Hyun-Ra Loves Story (Part 14)

Hyun-Ra Loves Story (Part 14)

by : @ChoWirfania

πŸ€πŸ€πŸ€

Setelah menempuh perjalanan berpuluh-puluh mil, mobil Kyuhyun kini melintas di jalanan yang dihimpit hutan di kanan-kiri. Hari sudah beranjak sore dan sebentar lagi petang. Tetapi di tengah jalan itu bahkan terlihat seolah sudah malam dengan keadaan hutan yang gelap. Kyuhyun memencet remote control dan lampu depan mobil langsung menyorot tajam, terang benderang. Sepanjang jalan itu cukup sepi dan hanya satu dua mobil yang melintas dari arah berlawanan. Berkali-kali Kyuhyun mendesah panjang, namun tetap saja dadanya terasa sesak. Raut pucatnya tidak memudar dan ia seperti akan pingsan karena benaknya terus bergetar memikirkan Hyun-Ra, tanpa henti, tanpa putus, dan bahkan sudah sejauh ini ia belum juga menjangkau istrinya itu.

“Kyu, kita sudah mulai memasuki hutan,” kata Woo-bin memecah keheningan. “dan dari pesan yang dikirim HeeKyu, sepertinya kita sudah tidak jauh lagi.”

“Hutan ini masih beberapa kilometer lagi,” sahut Kyuhyun, menekan rasa marahnya. “kurasa ini bahkan belum menempuh seperempatnya. Hyun-Ra masih jauh.”

Jauh dari jangkauan dan rengkuhannya.

Woo-bin meraih tab di atas dashboard.

“Dan daerah ini tidak ada signal,” jelas Kyuhyun lagi. “Kita berada di titik terpencil, mobil itu tetap tidak terlacak.”

“Pantas saja.. ” Woo-bin mendesah lemas, meletakkan kembali tab itu. Berarti mereka tidak dapat mengetahui lokasi dan seberapa jauh yang akan mereka tempuh lagi. Ia melirik Kyuhyun yang terus terfokus pada jalan, tidak mengalihkan tatapannya sedikitpun, bahkan ketika menjawab ucapannya.

Kyuhyun kembali diam, senyum cantik istrinya melayang lagi di benaknya, semakin menyiksanya. Bagaimana keadaannya sekarang? Ya Tuhan… Kyuhyun bertambah cemas. Sadarkah istrinya itu kalau ia begitu mengkhawatirkannya? Sadarkah kalau dia sudah begitu ceroboh? Kalau saja ada jalan untuk membuat Hyun-Ra mengerti bahwa ia begitu mencintainya dan tidak sanggup kehilangannya, mungkin istrinya itu bisa lebih peka dan tidak melakukan sesuatu yang akhirnya mengancam keselamatannya.

Kyuhyun menghela napas panjang lalu menghembuskannya dengan berat. Demi apa ia benar-benar kalut sekarang.

Beberapa lama kemudian mereka semakin jauh menyusuri hutan yang gelap itu, dan tiba-tiba Kyuhyun menghentikan mobilnya ketika menyadari ada jalanan berbelok yang tak beraspal di sisi kanannya. Instingnya mencurigai jalan itu, terlebih mereka memang sudah berada di ujung timur hutan, hampir mendekati pinggiran. Kyuhyun mengernyit, ia mengarahkan mobil agar lampu depan menyorot ke jalan tak beraspal itu, jauh kesana, dan Kyuhyun semakin curiga.

Seorang pengawal mendekat dan mengetuk kaca jendelanya.

“Tuan?” Pengawal itu hendak bertanya namun Kyuhyun menjawab lebih dulu.

“Kita susuri jalan itu,” mata Kyuhyun menyalang tajam ke arah kegelapan di depannya. “Dan bagaimana lelaki itu?”

“Dia masih aman, Tuan, kami memastikan dia tidak akan membahayakan.”

“Bagus.” Kyuhyun menoleh. “Cepat kembali ke mobil dan tetap awasi dia.”

“Saya siap, Tuan.”

Kyuhyun langsung melajukan mobilnya memasuki jalanan tak beraspal itu dengan pengawalnya yang masih setia berada di belakangnya. Keadaan hutan tampak semakin mencekam dengan suara-suara burung berterbangan yang hinggap di pohon-pohon. Tetapi sorotan lampu mobil menembus jauh ke depan sana, memudahkan Kyuhyun. Mereka tidak bisa melaju cepat, keadaan jalan sedikit berbatu dan berkelok-kelok dengan permukaan yang tidak rata.

“Kau yakin arahnya kesini?” tanya Woo-bin. Sebenarnya ia memiliki insting yang sama, hanya bedanya Woo-bin masih ragu.

Kyuhyun terus terfokus pada jalan, memastikan mobilnya tidak terjebak lubang-lubang yang menghampar di depannya. “Aku yakin,” jawabnya. “Perkiraanku biasanya tidak salah. Lelaki itu pasti melewati tempat ini.”

“Kuharap kita tidak salah jalan dan nyasar. Hutan ini bermil-mil.”

“Kurasa tidak.” Kyuhyun mendesah. “Apa ada pesan lagi dari HeeKyu?”

Woo-bin menggeleng. “Tidak. Hanya itu. Dan disini tidak ada padang rumput, hanya pohon-pohon yang lebat di sekeliling.”

Kyuhyun diam beberapa saat, memikirkan ucapan Woo-bin, lalu matanya berkilat-kilat.

“Aku akan segera menemukannya,” desisnya dengan geram, aura kemarahan kembali menguasainya. “Aku akan segera mendapatkan istriku, dan memastikan lelaki itu menyesali perbuatannya sebelum menghembuskan napas terakhirnya.”

πŸ€πŸ€πŸ€

Daewoon berdiri tegang dengan wajah merah padam mengamati alarm yang berbunyi nyaring di atasnya. Alarm itu berada tepat di atas pintu masuk, dengan lampunya yang berputar-putar persis sirene mobil polisi. Emosinya langsung memuncak dan amarahnya berkobar-kobar. Ia sengaja memasang alat pemantau sejauh lima kilometer dari rumahnya, yang akan berbunyi ketika ada yang melintasi sinar ultra tak kasat mata di jalan itu. Dan itu berarti, ada seseorang yang sedang menuju kemari atau bahkan mengetahui letak rumah persembunyiannya.

Dengan murka Daewoon berbalik ke arah Hyun-Ra yang duduk ketakutan di ranjang sana, mendekatinya dan menariknya berdiri. Tatapannya penuh kobaran ambisi tidak akan membiarkan siapapun membawa Shin Hyun-Ra darinya.

“Kita harus pergi dari sini dan mencari tempat yang lebih aman untuk sementara waktu,” kata Daewoon, meraih beberapa barang yang diperlukan untuk dibawanya.

Hyun-Ra mengernyit, kemudian ia sadar ada harapan yang sedang menuju kesini. Dan kalau mereka pergi, berarti siapapun yang datang nanti akan kembali kehilangan jejaknya. Ataukah itu Kyuhyun? Suaminya itu sudah berhasil menemukan lokasinya sekarang? Kalau begitu ia tidak boleh kemana-mana, tidak boleh pergi dari rumah itu sampai siapapun yang membuat Daewoon panik itu sampai ke tempatnya.

Hyun-Ra memberontak ketika Daewoon hendak merangkulnya. “Aku tidak mau pergi dari sini!” serunya.

Daewoon mengerut gusar. “Jangan selalu menentangku, sayang, posisi kita tidak aman lagi dan kita harus segera pergi.”

“Tidak!” Hyun-Ra bersikeras. “Aku akan tetap disini dan kau tidak bisa membawaku!”

Kali ini Daewoon menggertak geram, ia meraih tali di atas meja dan mencengkram tangan Hyun-Ra. Lebih baik ia mengikatnya saja supaya ia bisa membawa gadis itu dengan mudah. Hyun-Ra kembali memberontak, memukul-mukul lengan Daewoon sambil berteriak; “Lepaskan! Aku tidak mau ikut denganmu!”

Daewoon menahan rasa sakit menyengat di lengannya yang terbalut kain bandana Hyun-Ra, merasakan darah dari luka itu mengalir lagi karena pukulan gadis itu, namun ia mengabaikannya. Kain bandana itu terlepas, dengan darah yang memenuhi hampir seluruh warna kremnya. Daewoon menyatukan kedua tangan Hyun-Ra lalu mengikatnya, menghentikan rontaannya.

“Kau hanya akan bersamaku dan aku tidak akan melepaskanmu,” desis Daewoon. “Berapa kali harus kubilang, sayang?”

“Dasar laki-laki gila!!”

“Diam!!” Daewoon membentak. Namun kemudian ucapannya kembali penuh rayu. “Menurutlah sayang, kita akan bahagia bersama, hanya berdua, dan aku tidak akan membiarkan siapapun merusaknya.” Lelaki itu menarik Hyun-Ra dan merangkul paksa membawa Hyun-Ra pergi dari sana.

“Lepaskan aku!!” teriak Hyun-Ra sekali lagi, tetapi Daewoon mengabaikannya.

πŸ€πŸ€πŸ€

Tidak ada tempat lagi yang bisa Daewoon tuju selain harus memasuki hutan dan bersembunyi di sana. Dan sialnya, ia tidak bisa membawa mobil karena sulit melewati pohon-pohon yang berjejer rapat. Dengan berbekal lampu penerangan di tangannya, Daewoon membawa Hyun-Ra menembus gelapnya hutan itu, menyusuri semak belukar yang tinggi dan ranting-ranting tajam yang sesekali menggores kulitnya. Ia memastikan Hyun-Ra tetap aman dalam rangkulannya, mendekapnya dari apapun yang menghalanginya. Daewoon menajamkan penglihatan dan pendengarannya dari binatang buas yang bisa saja mendekat lalu menerkamnya. Dan suara-suara dari penghuni hutan di kejauhan sana membuat keadaan malam itu terasa semakin mencekam.

Hyun-Ra gemetar dalam sikap diamnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti Daewoon atau ia akan tersesat di hutan yang gelap ini. Kakinya menginjak sesuatu dan bunyi yang terdengar seketika mengejutkannya. Hyun-Ra memekik, Daewoon langsung mengarahkan senter ke arah kaki Hyun-Ra, melihat sekelebat binatang melompat memasuki semak menghindari mereka.

Hyun-Ra ketakutan.

“Sstt, tenanglah.” Daewoon mengeratkan rangkulannya. “Itu hanya tupai. Tidak ada apa-apa. Tenanglah.”

Hyun-Ra masih meringkuk ketakutan namun kemudian Daewoon kembali membawanya berjalan. Gadis itu mencoba menenangkan dirinya yang bahkan seperti akan pingsan. Raut khawatir Kyuhyun muncul di benaknya, membuatnya merasa bersalah, membuatnya ingin menangis. Dalam diam Hyun-Ra mencari kehadiran Cassandra dalam dirinya, yang dulu selalu menjawab apapun pikirannya bahkan tanpa perlu ia mengucapkannya. Dan kalau Cassandra masih ada, apakah mungkin sosok itu masih mendiami tubuhnya? Namun tetap seperti kemarin-kemarinnya, ia tidak lagi merasakan kehadiran arwah itu di dalam dirinya. Benarkah Cassandra masih bersemayam di sana?

Cassandra? Hyun-Ra mencoba memanggil dengan pikirannya. Cassandra, apa kau di sana? Cassandra?

Tak ada jawaban, tak ada sahutan.

Hyun-Ra mendesah lemah dan kini merasa sendirian.

Kyu… aku merindukanmu..

Mereka akhirnya berhenti di sebuah pohon besar yang berakar kuat. Daewoon mendudukkan Hyun-Ra di bawah pohon lalu menatap gadis itu penuh peringatan.

“Aku akan membuka ikatanmu, tapi kau jangan coba-coba untuk kabur. Kau tidak akan bisa pergi dariku.”

Hyun-Ra hanya memalingkan wajahnya, melipat kedua tangannya di depan dada ketika Daewoon sudah membuka ikatannya. Ia ingin menjerit frustasi tapi ia menahannya.

Daewoon mengamati sekeliling dan keadaan begitu gelap gulita. Ia memungut ranting-ranting kayu yang berada di sekitarnya dan mengumpulkannya di depan Hyun-Ra, meraih korek api di sakunya sambil melirik gadis itu.

“Apa kau dingin?” tanyanya. “Tahanlah, sebentar lagi kau akan hangat.” Daewoon memantik korek dan api langsung menjilat semua ranting-rantingnya. Lelaki itu kemudian duduk di batu seberang Hyun-Ra, menggosok-gosok tangannya lalu menghangatkannya dengan mengarahkan telapak tangannya ke kobaran api.

Hyun-Ra melirik Daewoon, rasanya ia ingin mati saja daripada berada di situasi seperti ini, di tengah hutan yang gelap bersama seorang lelaki gila, dan terpisah dari Kyuhyun. Ia tidak pernah membayangkan akan mengalami ini sebelumnya. Dan bagaimana Kyuhyun sekarang? Hyun-Ra mengamati jalan kedatangannya tadi, memandang jauh dan hanya kegelapan pekat yang ditemuinya. Bisakah ia kabur dan berlari tanpa ia tersandung atau bahkan terjerembab di lubang lalu kemudian terjatuh? Ia sadar hutan ini sudah cukup jauh dilewatinya.

Dan siapa sebenarnya yang akan datang ke rumah itu dan membuat Daewoon panik?

“Apa yang kau pikirkan?” suara Daewoon menginterupsi Hyun-Ra yang sedang termenung, mengejutkannya. Hyun-Ra menatap lelaki itu yang tampak memicing curiga. “Jangan berharap yang macam-macam. Apapun yang kau rencanakan hanya akan sia-sia saja, sayang.” Daewoon tersenyum lembut. Ia beranjak berdiri lalu melangkah perlahan mendekati Hyun-Ra dan duduk di sampingnya.

Hyun-Ra berjengit, refleks menggeser tubuhnya.

“Bβ€”bisakah kau kembali ke tempatmu dan jangan mendekatiku?”

Daewoon terkikik.

“Ayolah sayang, apa yang kau takutkan? Kita hanya berdua, dan aku akan menjagamu. Kemarilah,” tangan Daewoon terulur. “biarkan aku menghangatkanmu.”

“Aku bilang kembali ke tempatmu!!”

“Sstt,” Daewoon meletakkan telunjuk di depan bibirnya, menyuruh Hyun-Ra diam. “Kau akan mengundang binatang mendekat dengan teriakanmu.” Lelaki itu tersenyum, begitu mengerikan di keremangan malam, menatap Hyun-Ra dengan penuh puja. “Kemarilah. Sebelum aku beranjak dan menarikmu ke arahku.”

“Tidak!!” Hyun-Ra menggeleng panik.

Daewoon menunggu.

Dan Hyun-Ra tidak beranjak dari tempatnya.

“Sayang, kau mendengarku?” ucap Daewoon lambat-lambat. “Kau lihat di sekelilingmu? Kita tidak sedang di rumah. Dan kau tidak seharusnya jauh-jauh dariku. Aku dingin, kita bisa saling menghangatkan.”

“Jangan mimpi!!” Hyun-Ra mulai marah. “Aku tidak sudi berada di dekatmu!”

Daewoon justru terkekeh mendengar itu. Tanpa tahan ia akhirnya berdiri, matanya kembali menggelap, dan kepalanya bergerak-gerak seolah sedang melenturkan otot-ototnya. Ia melangkah perlahan, mendekati Hyun-Ra, lalu dengan gerakan cepat ia mencekal lengan Hyun-Ra sebelum gadis itu menjauh lagi.

“Lepaskan aku! Aku ingin suamiku!” Hyun-Ra menyentak lengannya, meronta, namun pegangan Daewoon semakin mengencang, menyakitinya. Lelaki itu mendorongnya menyandar di pohon besar belakangnya.

“Jangan selalu menolakku, sayang, kau memancing emosiku.” Daewoon membelai pipi Hyun-Ra yang langsung memejamkan matanya ngeri. “Atau kau ingin aku membunuh Cho Kyuhyun itu agar kau tidak lagi memikirkannya dan mau menerima sentuhanku?” Daewoon tersenyum. “Kalau itu maumu, aku akan melakukannya untukmu sayang, aku akan membunuhnya dengan tanganku.” Lelaki itu mengangkat tangannya, menggerakkan jari-jarinya, lalu kemudian terkepal, menunjukkan pada Hyun-Ra bahwa tangannya cukup kuat untuk membantai Cho Kyuhyun. “Aku akan membunuhnya, untuk kebahagiaan kita.”

“Cukup!!” Hyun-Ra menjerit, mendorong dada Daewoon hingga lelaki itu mundur beberapa langkah. “Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti suamiku!” Hyun-Ra berbalik dan bertekad untuk kabur, memberanikan diri. Kalaupun ia harus mati diterkam binatang buas atau terperosok jurang, itu lebih baik dari pada selalu terjebak dengan lelaki gila itu.

Namun Daewoon tidak membiarkannya. Ia bergerak dan kembali mencekal lengan Hyun-Ra dengan kuat ketika gadis itu meronta-ronta.

“Berani-beraninya kau menentangku!”

“Lepaskan!” Hyun-Ra memberontak, merasa ngilu di lengannya. “Lepaskan aku, brengsek! Kyuhyuuuunnn!!” Hyun-Ra berusaha memanggil suaminya, seolah Kyuhyun akan mendengar dan datang menolongnya.

Daewoon menjadi murka. Rahangnya mengeras dan dengan begitu saja tangannya melayang menampar Hyun-Ra dengan keras. Gadis itu langsung lunglai, pingsan, dan Daewoon merengkuhnya sebelum tubuh Hyun-Ra membentur tanah.

πŸ€πŸ€πŸ€

Meski nyaris nyasar dan cukup membingungkan, Kyuhyun akhirnya berhasil menemukan rumah itu. Persis seperti petunjuk dari HeeKyu, rumah yang berdiri sendirian dan dikelilingi padang rumput yang indah. Mobil hitam yang tak terdeteksi itu bertengger di pekarangan samping. Tetapi di dalam rumah itu tidak ditemukan Hyun-Ra. Tidak ada yang bisa mereka dapatkan kecuali kain bandana Hyun-Ra yang penuh dengan darah.

Kyuhyun langsung pucat pasi, wajahnya penuh emosi.

“Bukankah itu milik Hyun-Ra?” gumam Woo-bin. “Ya Tuhan! Darah? Apakah itu… darah Hyun-Ra?” suara Woo-bin tertelan karena syok. Ia menatap Kyuhyun yang hanya tercengang pada kain bandana di tangannya, menegang, merah padam menahan sakit, seolah sahabatnya itu sedang terkena panah besi yang menembus punggungnya untuk kemudian ambruk ke lantai.

“Kyu?” panggil Woo-bin merasa khawatir. “Kauβ€””

“Hyun-Ra… ” lirih Kyuhyun, suaranya bergetar, tidak bisa menyembunyikan perasaan lemahnya. Tetapi kemudian tangannya terkepal kuat menggenggam kain itu, matanya membara dan amarahnya langsung memuncak. Ia menatap Woo-bin.

“Kalau sampai… kalau sampai darah ini darah Hyun-Ra, aku bersumpah akan membantai siapapun, termasuk kau, Kim Woo-bin!” mata Kyuhyun berkilat-kilat, beralih penuh ke arah para pengawalnya. “Aku bersumpah untuk hal itu. Tidak akan ada dari kalian yang akan selamat. Dan sekarang, cari istriku ke seluruh hutan ini! Cepat!!!” Kyuhyun berteriak kalab.

Woo-bin menelan ludahnya penuh rasa bersalah. Ya, kalau sampai terjadi sesuatu dengan Hyun-Ra dan terluka separah itu, Woo-bin rela mati di tangan Kyuhyun karena ia memang bersalah dan ia terima hukumannya.

Woo-bin baru tersadar dari terpekurnya ketika Kyuhyun sudah menghilang. Ia melihat Kyuhyun berlari keluar rumah, ke seberang jalan, lalu memasuki hutan yang gelap di sana. Woo-bin mengerjap, para pengawal masih berdiri memucat karena kemurkaan Kyuhyun.

“Kita harus menemukan Hyun-Ra,” ucap Woo-bin kepada para pengawal. “Siapapun dari kita yang menemukan lebih dulu, pastikan Hyun-Ra selamat dan baik-baik saja.”

“Kβ€”kami siap, Tuan Woo-bin.”

“Dan aku juga akan membantu.” tiba-tiba suara Tae Jun terdengar. Lelaki itu berada bersama seorang pengawal yang mengawasi, dan Woo-bin hampir lupa dengan keberadaannya.

Woo-bin mengangguk.

“Kita harus bekerja sama dalam hal ini.”

Dan kemudian semuanya serempak berhambur memasuki hutan, terpisah-pisah, mau tidak mau harus melawan kegelapan yang pekat di depan mereka.

Kyuhyun melangkahi semak belukar dengan pikiran kalut. Ia memegang senter kristal di tangan kanannya sedangkan yang lainnya masih menggenggam kain bandana Hyun-Ra yang sudah berwarna merah karena darah. Ia berusaha fokus, langkahnya cukup gesit meski seiring langkah pikirannya terasa semakin kalut.

Kalau sampai Hyun-Ra tidak terselamatkan… ia pasti akan menyusulnya secepat yang ia bisa. Ia akan membunuh dirinya sendiri.

Kyuhyun menyorot sekeliling yang gelap gulita, memicing penuh konsentrasi kemana kira-kira penculik itu membawa istrinya. Ia yakin lelaki itu sudah mengetahui kedatangannya lalu memutuskan kabur. Mobilnya ditinggal. Dan kemana lagi tujuan penculik itu tanpa mobil selain ke dalam hutan?

Kemudian, samar-samar Kyuhyun mendengar suara Hyun-Ra dalam imajinasinya, memanggilnya, tetapi lalu lenyap. Kyuhyun tersentak, memutar-mutar tubuhnya mengamati sekeliling dengan blingasan. Kemana suara Hyun-Ra? Kenapa imajinasinya begitu jelas di telinganya? Ia butuh Hyun-Ra, atau ia akan benar-benar jadi gila.

Kyuhyun memandang jauh arah-arah di sekitarnya. Dengan mengikuti instingnya, ia berlari menerobos semak-semak dan melewati pohon-pohon yang menjulang tinggi di kegelapan mencari suara Hyun-Ra. Ia tidak bisa memanggil istrinya, atau penculik itu akan menyadari kedatangannya.

Sementara di belakangnya, Woo-bin kebingungan mencari Kyuhyun. Sepertinya sahabatnya itu berjalan cukup cepat dan berada jauh di depan. Woo-bin meringis, teringat raut terakhir Kyuhyun yang terlihat begitu hancur, begitu tersiksa.

Woo-bin menyingkirkan ranting-ranting yang merambat menghalangi kakinya, menerangi arah jalannya, berharap tidak ada lubang atau ular yang terinjak olehnya. Ia melihat ada cahaya yang bergerak-gerak di depan sana, yang ia yakin berasal dari senter seperti miliknya.

Woo-bin mengerjap. “Kyuhyun?” gumamnya, kemudian berjalan cepat mengejar Kyuhyun yang sudah jauh.

πŸ€πŸ€πŸ€

Daewoon menghamparkan beberapa daun lebar di tanah lalu membaringkan Hyun-Ra yang pingsan di atasnya. Pipi gadis itu memerah, membekas tangan Daewoon karena tamparannya yang cukup keras. Dan sekarang, Daewoon menyesali perbuatannya. Ia duduk di dekat Hyun-Ra, menghadap ke arah api yang masih melahap semua ranting-ranting kayu. Ia kembali menghangatkan tangannya sambil mengamati sekeliling, menyadari semakin malam udara terasa semakin dingin.

Tiba-tiba ia mendengar suara burung-burung kecil yang gaduh, berterbangan kesana kemari dan hinggap berpindah pohon. Daewoon langsung siaga. Ia tahu itu pertanda bahwa ada yang memasuki hutan selain ia dan Hyun-Ra.

Dengan tergesa Daewoon memadamkan api di depannya, menendang sisa ranting jauh-jauh dan memastikan asapnya menghilang. Keadaan langsung gelap gulita. Ia mendekati tubuh Hyun-Ra yang masih terbaring pingsan, mengangkatnya dan menyandarkannya di batang pohon. Daewoon meraih pistol yang dibawanya, mengisinya dengan beberapa peluru, dan kembali menyimpannya ke saku mantelnya bagian dalam. Lalu berlanjut pada pisau kecil yang ia selipkan di balik sepatu bootnya.

Daewoon kemudian terdiam di dekat Hyun-Ra, bersiap, memasang pendengaran ekstra agar bisa tahu setiap pergerakan di sekitarnya.

Beberapa lama berdiam dalam keheningan, Daewoon akhirnya mendengar decak langkah kaki mendekat. Daewoon siaga, memicing tajam sambil meraih pisau kecil di balik sepatunya. Ini dia yang ia perkirakan, musuh yang datang mencarinya dan pasti akan merebut Hyun-Ra darinya. Ia melirik Hyun-Ra yang masih pingsan, beruntung gadis itu sedang tidak sadar atau jeritannya akan memudahkan musuh-musuhnya.

Daewoon mulai membungkuk siap, menyadari decak langkah kaki itu menuju tepat ke arahnya dari samping kanan. Lampu senter berpendar-pendar mengitari hutan. Daewoon bergerak maju dengan perlahan, bersembunyi di balik pohon saat sedikit lagi orang itu akan menjangkaunya.

Seorang lelaki.

Daewoon masih bisa melihat perawakannya di kegelapan. Dengan gerakan cepat Daewoon merangsek halus dan langsung menggoreskan pisaunya ke leher lelaki itu, memastikan tancapan pisaunya sudah memutus urat nadinya.

Lelaki itu ambruk sambil mengerang kesakitan. Mengetahui bahwa musuh yang dicarinya sudah melukainya, ia kemudian melepaskan bola kembang api yang berisi asap, meletup letup dengan sinar pelangi yang terang disertai asap yang keluar, menyebar di sekitar mereka.

“Tuaaaan!!” lelaki itu masih menguatkan diri untuk berteriak sebelum kemudian tewas seketika.

Daewoon langsung tersadar, lelaki itu pasti anak buah Cho Kyuhyun. Dengan tergesa ia lalu berlari ke arah Hyun-Ra dan mengangkat gadis itu ke dalam gendongannya.

Dan Daewoon beruntung, waktu sempit masih memihak dan mencukupinya untuk pergi dari tempat itu sebelum kemudian Kyuhyun sendirilah yang menemukan mayat pengawalnya.

Kyuhyun berjongkok mengamati leher dari anak buahnya itu yang digorok sadis. Darahnya terus mengucur, mati dengan mata melotot.

Woo-bin terengah menghampiri Kyuhyun dari belakang.

“Ada apa?”

Kyuhyun berdiri dan matanya terlihat membara, aura murkanya semakin naik pesat dan berkobar-kobar.

“Ya Tuhan!” pekik Woo-bin ketika tersadar akan mayat pengawal mereka tergeletak di semak semak.

“Lelaki itu membunuh anak buahku,” desis Kyuhyun. “Sedikit lagi, aku akan menjangkaunya.”

“Penculik itu pasti belum jauh dari sini, Kyu, kita harus cepat!”

Kyuhyun menggertakkan gigi, tangannya gemetar. “Arah tenggara, Woo-bin,” serunya, lalu berlari menembus semak belukar yang merundukβ€”pertanda telah dilewati seseorangβ€”dengan Woo-bin mengikutinya di belakang.

πŸ€πŸ€πŸ€

Hyun-Ra merasa tubuhnya terayun-ayun dan ia mengernyitkan kening kemudian membuka mata. Perlu beberapa detik untuk menyadari semua hal yang sebelumnya terjadi. Hingga akhirnya ia mengingat; hutan, kegelapan, dan Daewoon. Hyun-Ra langsung meronta ketika wajah itulah yang kini berada di atasnya, mendekapnya, membawanya dalam gendongannya.

“Lepaskan aku!” jerit Hyun-Ra, kakinya menendang-nendang meronta minta dilepaskan.

Daewoon langsung marah. “Diam!!” bentaknya. Ia mempercepat langkah kakinya. “Kalau kau tidak menurutiku, maka aku akan memperkosamu dan membunuhmu disini!”

Hyun-Ra seketika bungkam. Wajahnya memucat.

Daewoon berubah lembut.

“Kau aman bersamaku, asal kau penurut dan tidak membuatku marah, aku akan membahagiakanmu, sayang.”

Hyun-Ra berdiam ketakutan. Baginya, diperkosa akan jauh lebih mengerikan dari pada dibunuh lelaki itu. Kini ia hanya bisa pasrah kemanapun lelaki itu akan membawanya.

Tiba-tiba langkah Daewoon terhenti ketika telinganya mendengar gemerisik dari semak-semak dan ranting pohon yang terinjak di belakang sana.

Mata Daewoon menggelap.

“Brengsek!” geramnya, menyadari sepertinya ada yang mengejar dan mengetahui arah langkahnya. Kali ini waktu tidak lagi memihaknya, tidak cukup kesempatan untuk berlari dan menghilangkan jejak. Ia harus bersembunyi.

Daewoon menurunkan Hyun-Ra, menyeret gadis itu dalam rangkulannya. Mereka melangkahi belukar dan duduk di tanah, jaraknya hanya dua meter dari jalan setapak yang mereka lewati tadi. Tatapan Daewoon penuh ancaman kepada Hyun-Ra, menyuruhnya untuk bungkam dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Kini setelah decak langkah kaki mereka tak terdengar lagi, keheningan terasa mencekam. Burung-burung membisu. Dan setelah duduk posisi mereka jadi tak terlihat dengan belukar itu lebih tinggi dari kepala. Dan seseorang bisa saja berjalan di jalan setapak yang hanya dua meter jauhnya itu tanpa melihat keberadaan mereka.

Gerakan-gerakan langkah kaki itu semakin jelas, semakin mendekat. Perasaan Hyun-Ra meletup gembira ketika mulai melihat sosok Kyuhyun di jalan itu, bersama Woo-bin, dan tanpa harus melihat wajahnya, Hyun-Ra tahu suaminya itu dipenuhi kepanikan. Hyun-Ra hampir berdiri saat tangan Daewoon menariknya dan membekap mulutnya.

“Diam!!” bisiknya marah. “Jangan bersuara atau aku akan menembakmu!”

Hyun-Ra gemetar.

Kyuhyun dan Woo-bin berhenti tepat di dekat mereka.

“Bagaimana, Kyu?” tanya Woo-bin, terengah.

“Jejaknya menghilang. Tapi aku yakin lelaki itu pasti berada di sekitar sini.”

Hyun-Ra ingin berteriak memanggil Kyuhyun tapi ia tertahan, air matanya mengalir, sampai ia merasakan Daewoon meraih sebuah pistol dan dengan perlahan mengarahkannya kepada Kyuhyun untuk dibidiknya

Hyun-Ra membelalak, melotot.

Dan saat Daewoon nyaris menarik pelatuknya, Hyun-Ra menggigit tangan lelaki itu keras-keras hingga bekapannya terlepas. Hyun-Ra berdiri dan hendak berlari ke arah Kyuhyun.

“Kyu!!!” jerit Hyun-Ra. Kyuhyun menoleh. Melihat istrinya di sana tetapi Daewoon sudah lebih cepat menariknya, tidak membiarkan Hyun-Ra. Lelaki itu mendekap Hyun-Ra sambil mengarahkan pistol ke kepala gadis itu.

Daewoon menatap penuh tekad ke arah Kyuhyun.

“Jangan coba-coba mendekat atau aku akan menembak kepalanya.”

Kyuhyun berjengit, tersadar dengan situasi, wajahnya seketika memucat.

Hyun-Ra-nya…

“Hyun-Ra,” gumamnya dengan syok. Jantungnya seolah lepas melihat benda hitam itu menempel di pelipis istrinya.

Tidak!! Kyuhyun melangkah tanpa sadar.

“Aku bilang jangan mendekat!!” ancam Daewoon. “Atau kalau tidak… ” Daewoon mengendus telinga Hyun-Ra. “Terpaksa dia harus kubunuh.”

To Be Continued…

(Silahkan kalo mau protes karena kependekan πŸ˜‚

Abisnya buntu, idenya nyampe disitu doang πŸ˜ͺ
Thanks buat yang selalu setia menunggu 😘)

23 thoughts on “Hyun-Ra Loves Story (Part 14)

  1. tegang abisss…..gila tu si psiko….tp untungnya smpai sjauh ini dia g apaapain hyunran sih ..cmn ngamcem aj…ayoo kyu pkirkan solusinya…

  2. wuahhh deg2an gw bacanyaa. daewon nyerah aja plis.. ga liat tuh hyunra ketakutan? psyco bgt itu cowo 😞. kyu fighting! im with you! with authornya jg !!

  3. Ya ampun sumpah
    Nntn sfc tegang banget
    Baca ini tambah tegang deh gw
    Pikiran2 negatif terus muter di kepala gw

  4. Y ampun ksian bgt ini si hyunra. Dy pst takut bgt. Mn si daewoon org ny nekat lg. Bhrp g tjdi ap2 am kyu n hyunra.
    Jd ikut tegang bc ny… Aduhhh ni org mau ny ap sih? Kok jahat bgt -.-”
    Dtgu next part ny.

  5. Selalu nunggu akhirny keluar juga, tu beneran insting atau casandra yg membimbing kyu koq timing ny pas bgt sumpah tmbh bikin penasaran eon

  6. Ya ampun smpet was2, kirain yg kbunuh itu kyuhyun tau.y anak buahnya.
    Bner2 gila s daewoon. Smga hyunra sgra lpas dari tngan daewoon.

    D tunggu sllu klnjutannya.😊

  7. Hyun ra kemana aja, baru berlanjut lagi… aku nunggu2 lho, tambah tegang aja nih kisah rumah tangga kyuhyun sama hyunra, dikira selesai sampai casandra keluar dari tubuh hyunra ternyata ancaman nya lebih bahaya ini.. semangat lanjut ketik ffnya kakak…😚😘😚😘

Tinggalkan komentar