Revenge And Love – Part 19

Revenge And Love (Part 19)

by : @ChoWirfania

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Kyuhyun melangkah tergesa memasuki rumahnya dengan menggendong Hyun-Ra yang masih pingsan. Rautnya penuh kepanikan dan ia berteriak ke arah Seung-hyun yang sedang sibuk di ruang tengah memeriksa berkas-berkas pekerjaan.

“Hyung, cepat hubungi dokter Kim,” serunya, melangkah terus menaiki tangga menuju kamarnya. Ia membaringkan Hyun-Ra di ranjang, meraup wajah gadis itu dengan penuh cemas, menyentuh keningnya sambil menepuk-nepuk pipinya pelan. “Bangun, sayang,” bisik Kyuhyun panik. “Badanmu panas sekali.” Ia merunduk di atas tubuh Hyun-Ra, menyentuh setiap kulit wajah gadis itu. “Bangun, Hyun-Ra. Demi Tuhan, kau akan membuatku mati jika seperti ini.”

Seung-hyun masuk dengan kebingungan. Ia mendekat ke arah ranjang, mengernyit melihat keadaan Hyun-Ra yang begitu pucat. “Kenapa dengannya?”

“Dia demam. Panasnya tinggi sekali.” Kyuhyun menatap Seung-hyun dengan raut merah padam. “Cepat panggil dokter Kim.”

Rasa khawatir seketika ikut merayapi Seunghyun, ia menyentuh lengan Hyun-Ra. “Panas sekali,” ringisnya. “Kau seka tubuhnya dengan air dingin. Aku akan menghubungi dokter Kim sekarang.” kemudian Seunghyun berjalan cepat keluar kamar.

Kyuhyun mengikuti saran Seung-hyun. Dengan tak sabar ia melepaskan jasnya, menggulung lengan kemejanya, lalu bergegas mengambil air dingin untuk menyeka Hyun-Ra.

Kyuhyun melepas seluruh kancing baju Hyun-Ra, tertegun sejenak melihat lekukan tubuh itu yang dulu pernah dijamahnya. Dan ia tiba-tiba merasa rindu. Tangan Kyuhyun bergetar menyusuri belahan dada Hyun-Ra, tetapi kemudian tersadar ketika panas kulit gadis itu menyengatnya.

Demi Tuhan Kyuhyun, Hyun-Ra sedang sakit!! Buang pikiran kotormu!!

Kyuhyun mendesah, berusaha mengenyahkan gairahnya yang mulai membara dan berlanjut menyeka tubuh Hyun-Ra dengan kain yang dibawanya. Kulit gadis itu memerah karena suhu tubuhnya yang panas, mengerang dalam tidurnya ketika menerima sentuhan air dingin di kulitnya yang panas tapi Kyuhyun menahan.

“Tidak apa-apa, tahan sayang, nanti kau akan kuselimuti,” gumam Kyuhyun lembut.

Setelah selesai Kyuhyun mengeringkan tubuh Hyun-Ra lalu memakaikan piyama bersih untuknya. Ia menyelimuti Hyun-Ra dengan selimut tebal, dan gadis itu tetap dalam tidur pingsannya.

Beberapa saat kemudian dokter Kim yang ditunggu datang, masuk ke kamar bersama Seung-hyun dan mendapati Kyuhyun duduk di samping Hyun-Ra dengan raut kacau.

Kim Heechul, dokter itu mendekat.

“Siapa yang sakit, Kyu?” dokter Kim melihat Hyun-Ra dan ia mengernyit.

Kyuhyun menoleh dan beranjak dari tempatnya. “Tolong obati dia, hyung, demamnya membuatku takut.”

Dokter Kim duduk di kursi samping ranjang lalu menyentuh kulit leher Hyun-Ra. “Panas sekali. Apa kau sudah mengompresnya?”

“Ya,” Kyuhyun mengangguk. “Dan kenapa dia pingsan lama sekali?”

“Tenanglah,” bujuk dokter Kim, ia mengambil peralatan dokternya kemudian memeriksa Hyun-Ra dan mengecek tekanan darahnya.

Kyuhyun mengamati dengan wajah cemas, rautnya ikut memucat. “Hati-hati hyung, dia sedang hamil.”

Gerakan tangan dokter Kim terhenti sejenak, ia menatap Kyuhyun dengan picingan curiga, lalu melanjutkan pekerjaannya. “Siapa sebenarnya gadis ini, Kyu? Yang aku tahu kau tidak pernah memasukkan perempuan ke dalam rumahmu apalagi tidur di kasurmu.”

Kyuhyun jadi gelagapan, ia berdehem pelan. “Dia.. istriku.. ”

Dokter Kim menatap heran. “Istri? Sejak kapan kau menikah?”

“Emm.. belum. Tapi akan segera.”

“Belum menikah tapi kau sudah menyebutnya istri?”

Kyuhyun menggaruk kepalanya. “Dia pacarku. Ah tidak, itu terdengar tidak enak. Dia kekasihku.”

“Dan anak yang dia kandung?”

“Itu… ” Kyuhyun melirik Seung-hyun yang berdiri di pintu, merasa kesal melihat pria itu malah tersenyum geli. “itu anakku,” lanjut Kyuhyun akhirnya.

Dokter Kim manggut-manggut. Ia mengambil plester demam dan menempelkannya di dahi Hyun-Ra.

“Jadi, kau belum menikahinya tapi sudah menghamilinya?”

Dan sejak kapan dokter Kim Heechul ini cerewet sekali?

Kyuhyun mengacak rambutnya dengan frustasi, menahan diri untuk tidak menyumpal mulut dokter sahabatnya itu dengan sepatu yang dipakainya.

Kim Heechul tergelak melihat raut Kyuhyun.

Kyuhyun menatap sengit. “Bagaimana dia?”

“Jangan khawatir. Nanti demamnya pasti turun. Mungkin dia hanya kelelahan.” Sang dokter beranjak dari duduknya. “Kau harus lebih menjaganya, Kyu, perhatikan asupan makanannya. Jangan berikan dia obat apapun, kecuali dari dokter kandungan.”

Kyuhyun mengangguk.

“Dan ngomong-ngomong,” dokter Kim menggantung ucapannya, matanya melirik Hyun-Ra. “Dia cantik. Kalau sembuh nanti aku akan mengajaknya berkenalan.”

Dokter genit!! batin Kyuhyun mendumel.

“Pergilah hyung, sebelum aku menghajarmu.” Kyuhyun cemberut masam, lalu melangkah ke sisi Hyun-Ra.

Seung-hyun tergelak di ujung sana, ia menatap dokter Kim kemudian mengedik ke arah pintu di samping. “Ayo kuantar. Jangan ganggu Kyuhyun, dia sedang kacau.”

“Ah benar.” dokter Kim menyandangkan tali tasnya dan berjalan ke pintu. Ia berbisik pada Seung-hyun. “Baru sekarang Presdir tampan yang tidak tersentuh seperti Kyuhyun terlihat jelek karena kacau mengkhawatirkan perempuan.”

“Aku mendengarnya!” Kyuhyun berseru marah disana.

“Lebih baik kita pergi ” Seung-hyun menyeret dokter itu keluar kamar sambil terkikik-kikik geli.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Hyun-Ra mengerjapkan matanya sambil mengernyit lalu membukanya perlahan. Silau lampu kamar langsung membuat matanya terasa ngilu, ia memejam kembali.

“Kyu?” gumamnya, mencari Kyuhyun. Sebuah tangan langsung mendekapnya, menyentuh keningnya, merapikan poninya.

“Aku disini,” bisik Kyuhyun lembut. “Syukurlah panasmu mulai turun. Kau masih merasa pusing?”

Hyun-Ra mengangguk.

“Akuโ€”dimana?” tanya Hyun-Ra lemah.

“Di rumah. Kita tidak sedang di rumah eomma Shim lagi.”

“Di rumah…mu?”

“Rumah kita,” ralat Kyuhyun. “Sebentar lagi kau akan menikah denganku. Rumahku akan menjadi rumahmu.”

“Emm.. ” Hyun-Ra menelan ludahnya yang terasa pahit, ia mengernyit tidak nyaman.

“Apa kau haus?” raut Kyuhyun kembali penuh khawatir. “Kau tidur lama sekali, membuatku takut.”

Hyun-Ra mencoba membuka matanya, ia berpaling menghindari cahaya lampu dan menatap Kyuhyun dengan kondisi tidak fokus. “Maโ€”af.. ” gumamnya.

Kening Kyuhyun berkerut. “Maaf? Untuk apa?”

“Karena tidur terlalu lama.. dan aku.. merepotkanmu… ”

Tanpa tahan Kyuhyun melumat bibir Hyun-Ra. “Dasar gadis aneh. Kau meminta maaf untuk hal yang tidak perlu.”

Hyun-Ra tersenyum lemah, ia bisa melihat raut kacau dan cemas Kyuhyun.

“Kenapa.. kau membawaku kemari? Lebih baik.. aku di apartemen saja.. ”

“Sstt.. ”

“Aku.. tidak mau.. merepotkanmu.”

Kali ini Kyuhyun membungkam mulut Hyun-Ra dengan jarinya, menghentikan rentetan gadis itu.

“Kau sekarang tanggung jawabku. Dan jangan meminta yang tidak-tidak. Aku akan mengembalikan apartemen itu pada Changmin karena kau sudah tidak lagi membutuhkannya.” Kyuhyun bangkit duduk, masih menatap Hyun-Ra. “Aku akan menyuruh pelayan membawakan makanan. Kau harus makan, sayang.”

Hyun-Ra menggeleng. Mendengar kata makan perutnya langsung bergolak.

“Dan jangan menolak,” ancam Kyuhyun. “Aku tidak mau calon bayiku kenapa-napa dan kau harus cepat sembuh.”

“Tapi.. Kyu.. ”

Kyuhyun merunduk cepat mendekati bibir Hyun-Ra dan membisik; “Atau kau lebih suka aku menelanjangimu? Asal kau tahu, aku sudah bergairah sejak kau pingsan tadi.”

Hyun-Ra meringis. “Aku.. aku mau makan.. ”

“Bagus.” Kyuhyun tersenyum usil lalu menegakkan tubuhnya. “Aku akan bersabar kalau kau penurut, sayang.. ” kemudian Kyuhyun turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar, memberikan perintah pada pelayan yang berada di sana lalu kembali ke sisi Hyun-Ra. Ia menatap gadis itu yang terlihat begitu pucat sambil menghela napas dalam-dalam. Benaknya tiba-tiba mengingat semua perkataan-perkataan Changmin beserta niat busuk sahabatnya itu. Bukankah dulu Changmin dengan baiknya menerima semua keputusan yang ia dan Hyun-Ra ambil? Lalu kenapa pria itu sekarang berubah? Bagaimana sebenarnya jalan pikirannya? Haruskah ia melontarkan semua kebenaran pada Nyonya Shim tanpa memperdulikan apapun? Kyuhyun memejamkan matanya dengan frustasi, tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Hyun-Ra.

Dalam keadaan lemah Hyun-Ra menyadari raut tersiksa Kyuhyun. Kepalanya begitu pening untuk ia mampu bangkit duduk tetapi ia ingin menggugah Kyuhyun. Tangannya bergerak melepaskan diri dari genggaman Kyuhyun dan mata pria itu membuka.

“Kenapa?” Hyun-Ra berbisik lemah. “Kauโ€”memikirkan apa?”

Kyuhyun meraih tangan Hyun-Ra dan menggenggamnya lagi. Ia tahu ini begitu egois, tetapi ia harus mengungkapkannya.

“Hyun-Ra,” ucap Kyuhyun, ekspresinya penuh dengan tekad keegoisan. “akuโ€”tidak mau kau bertemu dengan Changmin lagi.”

Hyun-Ra mengernyit. “Kenapa, Kyu? Kau.. tidak percaya padaku?”

“Bukan.” Kyuhyun menggeleng. “Aku bukan tidak mempercayaimu. Tapi aku hanya tidak bisa mempercayai Changmin. Dia sekarang sedang dalam usahanya untuk merebutmu dariku.”

Mata Hyun-Ra terpejam sejenak, tiba-tiba ia merasa semakin pening. Sejujurnya ia tahu bagaimana perasaan Kyuhyun, dan seharusnya Kyuhyun juga tahu bagaimana perasaannya. Kalau Kyuhyun tidak ingin terpisah, maka ia jauh lebih takut lagi. Seharusnya Kyuhyun tahu bahwa Hyun-Ra tidak akan mampu hidup bersama lelaki lain selain dirinya.

“Kyu.. ” bisik Hyun-Ra lagi. Matanya masih memejam tapi kemudian membuka dan menatap Kyuhyun. “Aku hanya akan bersamamu… tidak akan ada.. yang bisa merebut… siapapun… kau harus tahu itu.. ”

Kyuhyun mengangguk, tanpa tahan mengecup tangan Hyun-Ra dengan sayang. Seorang pelayan masuk membawa nampan makanan dan pembicaraan mereka tersela sejenak.

“Tuan, izinkan saya menyuapi nona Hyun-Ra,” pinta pelayan itu, merasa malu kehadirannya menginterupsi kemesraan pasangan di sana.

“Tidak. Biar aku saja. Kau boleh pergi,” sahut Kyuhyun.

Pelayan itu membungkuk hormat lalu beranjak keluar dari kamar.

“Aromanya harum. Sepertinya supnya enak.” Kyuhyun meraih mangkok sup diatas nampan yang diletakkan pelayan tadi, mengaduk sambil meniup-niupnya.

Hyun-Ra meringis. “Kyu.. ” keluhnya.

“Tiga suap saja, sayang.”

“Aku tidak mau.. ”

“Harus, Hyun-Ra, kumohon.” Kyuhyun mengelus perut Hyun-Ra, merasakan perasaannya menghangat menyadari calon anaknya sedang bertumbuh di perut gadis itu. “Aku janji, tiga suap saja, yang penting perutmu diisi.”

Hyun-Ra lemah melihat raut memohon Kyuhyun. Kepalanya tidak cukup kuat untuk memikirkan sesuatu. Tetapi samar-samar ia mengingat ucapan Changmin ketika mereka berada di rumah keluarga Shim. Hyun-Ra membuka mulutnya menerima suapan Kyuhyun, mengunyah makanan itu dan mencoba menghaluskannya agar mudah diterima perutnya yang bergolak.

“Mungkin kemarin masih kubiarkan kau membawanya, tapi sekarang tidak lagi, Kyuhyun. Dia calon istriku dan disinilah tempat dia seharusnya.”

“Buka mulutmu, sayang.”

Hyun-Ra mengerjap saat Kyuhyun hendak menyuapinya lagi. Ia menelan paksa makanan yang dikunyahnya kemudian membuka mulutnya menerima suapan Kyuhyun.

Hyun-Ra berhenti mengunyah, ia terdiam dengan mulut penuh.

“Tidak, Hyun-Ra, aku berubah pikiran. Aku tidak akan merelakanmu kepada siapapun.”

Hyun-Ra kembali mengerjapkan matanya ketika merasakan bibir Kyuhyun menyentuh bibirnya, melumatnya sekilas.

“Kunyah dan telan makanannya,” bisik Kyuhyun. “Buang apapun yang sedang kau pikirkan. Kau harus tenang dan istirahat.”

Mulut Hyun-Ra bergerak mengunyah tapi benaknya terus berputar membuat kepalanya semakin ngilu.

Bagaimana ini? batin Hyun-Ra. Kenapa Changmin jadi seperti itu? Kenapa Changmin begitu? Bukankah dia bilang sudah merelakan ia dan Kyuhyun bersama? Kenapa sekarang malah begini?

Sebentar lagi perutnya akan semakin besar dan keluarga Shim cepat atau lambat harus tahu yang sebenarnya. Lagipula… Hyun-Ra melirik Kyuhyun yang sedang mengamatinya. Lagipula ia tidak mau menikah dengan siapapun selain Kyuhyun. Kyuhyun ingin menikahinya dan ia juga hanya ingin dinikahi Kyuhyun. Seharusnya ini berjalan mulus. Seharusnya hal itu sudah menjadi puncak dari semua hal yang sudah dilalui.

Tetapi…

Kenapa jalan hidupnya malah seperti ini?

Terlebih lagi, Kyuhyun dan Changmin adalah dua bersahabat, semakin dipersatukan oleh seorang ibu, dan harus renggang hanya karena dirinya. Ditambah dengan kebohongan yang ia lakukan pada Nyonya Shim membuatnya lebih terlihat buruk lagi.

Ya Tuhan…

Harus bagaimana dia?

“Aku benar-benar akan menidurimu kalau kau masih saja tidak mendengarkanku, Shin Hyun-Ra.”

Lagi-lagi Hyun-Ra mengerjap, lalu menelan sisa makanan di mulutnya. Seketika perutnya semakin bergolak tak tertahankan.

“Kyu.. aku mual.. ” ringis Hyun-Ra.

“Minum dulu.” Kyuhyun mengambil air di atas meja.

“Kyu! Aku mau muntah!” Hyun-Ra berseru kesal di tengah tubuh lemahnya.

Kyuhyun langsung menegakkan tubuhnya, meletakkan gelas dan mangkok yang dipegangnya di atas nampan. Ia membangunkan Hyun-Ra lalu dengan sigap menggendong gadis itu ke kamar mandinya.

Kyuhyun memijit leher Hyun-Ra ketika gadis itu memuntahkan semua isi perutnya, mengambil tisu basah dan mengelapkan bibirnya. Setelah selesai Kyuhyun kembali membawa Hyun-Ra berbaring di ranjangnya. Gadis itu berkeringat.

“Kau merasa sudah lega?” tanya Kyuhyun. Rautnya tak lepas dari kekhawatiran.

“Ya,” Hyun-Ra mengangguk. “rasanya pusingku sedikit mereda, tubuhku ringan, tapi aku tidak mau makan lagi.”

Dahi Kyuhyun berkerut gusar. “Tapi ini makanannyaโ€” ”

“Kyu… ” keluh Hyun-Ra, ia menatap Kyuhyun dengan memohon.

“Baiklah-baiklah,” Kyuhyun menyerah. “Sekarang istirahatlah. Jangan memikirkan apapun. Kau mengerti?”

Hyun-Ra hanya mengangguk. Tiba-tiba matanya memberat dan ia merasa mengantuk.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Malam itu Nyonya Shim keluar kamar dan mencari Hyun-Ra, tetapi tidak menemukan gadis itu dimana-mana. Di ruang TV hanya ada Changjo sendirian dan itupun sedang tertidur. Sementara Min-Ah sepertinya masih di kamar.

Lalu Changmin?

Nyonya Shim berjalan ke arah kamar Changmin sambil berpikir apakah Hyun-Ra sedang bersama Changmin. Tidak, mereka belum menikah dan tidak boleh tidur bersama dulu. Nyonya Shim menggeleng-geleng sambil mengulum senyum.

Tetapi ketika Nyonya Shim membuka kamar itu tidak ada Shin Hyun-Ra yang ia temukan kecuali Changmin yang sedang duduk di lantai bersandar pada tepi ranjang. Anaknya itu terlihat murung di detik terakhir sebelum mengubah ekspresinya ketika melihat dirinya masuk ke dalam.

“Eomma?” sapa Changmin. Ia berdiri dan menghampiri Nyonya Shim. “Kenapa eomma tidak beristirahat? Apa eomma butuh sesuatu?”

“Tidak.” Nyonya Shim melongok ke belakang Changmin, masih mencari Hyun-Ra. “Eomma hanya ingin ditemani Hyun-Ra. Dia dimana?”

Changmin jadi gelagapan, seketika ia menjadi gugup seperti tidak tahu harus menjawab apa, dan ekspresi itu tertangkap Nyonya Shim.

“Apa kalian baik-baik saja?” Nyonya Shim memicing curiga.

Dan apa yang harus ia katakan pada ibunya? Changmin jadi kebingungan. Tetapi kemudian ia berdehem mencoba meredakan gugupnya. Mungkin ia harus berbohong dulu demi kebaikan ibunya.

“Hyun-Ra.. ” Changmin mengusap tengkuknya. “Tadi aku lihat dia kelelahan, eomma, jadi aku menyuruhnya istirahat. Tapi dia meminta pulang ke apartemennya karena ada yang harus dia bereskan.”

Kening Nyonya Shim berkerut, tetapi akhirnya mengangguk juga.

“Eomma ingin ditemani Hyun-Ra, Changmin. Apa lain kali dia bisa tinggal disini? Eomma harap besok pagi dia akan kemari. Kau harus jemput dia.”

Changmin tersenyum.

“Eomma tenang saja, aku pastikan mulai besok Hyun-Ra akan tinggal disini.”

“Baiklah.” Sang ibu berbalik berjalan keluar kamar, menoleh sebentar ke arah Changmin sebelum pergi dari sana.

Changmin mendesah berat, ia mundur lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

Dan sekarang, apa yang harus ia lakukan? Mengingat perdebatan terakhirnya dengan Kyuhyun, apakah mungkin pria itu mengizinkan Hyun-Ra tinggal di rumahnya? Atau yang lebih penting sekarang, bisakah Kyuhyun mengizinkan Hyun-Ra datang kemari besok pagi sesuai permintaan ibunya? Sedangkan di detik terakhir perdebatan itu ia bisa melihat tekad membara di mata Kyuhyun. Tekad untuk menjauhkan gadis itu darinya.

Dikejutkan oleh semua hal itu Changmin akhirnya beranjak lalu meraih ponsel di atas bantalnya.

Ia menghubungi nomor Kyuhyun.

“Ada apa?” bahkan kata ketus itu yang langsung terdengar ketika Kyuhyun mengangkat panggilannya.

Changmin berdehem, mungkin dengan menekan emosinya semua akan sedikit jadi lebih mudah.

“Bagaimana keadaan Hyun-Ra? Apa diaโ€” ”

“Parah.”

“Apa?”

“Dia demam, badannya panas, dan tidak mau makan. Sepertinya dia tidak bisa diganggu oleh siapapun.”

Sebuah kecemburuan dan penolakan yang langsung diungkapkan Kyuhyun.

“Aku tidak ingin berdebat, Cho Kyuhyun. Ini demi eomma, Hyun-Ra harus ada di rumah ini.”

“Aku tidak mau berkompromi lagi.”

“Dan tidak memperdulikan keadaan eomma?”

Kyuhyun terdiam di sana.

Changmin tahu Kyuhyun akan bimbang kalau sudah menyangkut ibunya, dan ia menggunakan itu.

“Aku tahu kau juga tidak ingin terjadi apa-apa dengan eomma, begitupun aku. Untuk sekarang kehadiran Hyun-Ra bisa membuat eomma senang. Bahkan baru saja eomma menanyakan Hyun-Ra dan aku terpaksa berbohong. Besok, eomma ingin Hyun-Ra kembali ke rumah.”

Terdengar helaan napas panjang di seberang sana. Dan Changmin yakin Kyuhyun pasti sedang diliputi kebimbangan memikirkan semua ucapannya. Paling tidak, ia berharap Kyuhyun akan goyah lalu mengalah dalam urusan Hyun-Ra.

Meski rasanya memang tidak mungkin.

“Tapi Hyun-Ra masih sakit.” akhirnya Kyuhyun menjawab. “Aku rasa besok dia belum membaik dan kuat keluar rumah. Jadi aku belum bisa mengizinkannya. Terserah apapun caramu untuk menjelaskan pada eomma.”

“Aku akan merawatnya, Kyu.”

“Aku bilang tidak bisa, Changmin, dan jangan menentangku.”

Kali ini giliran Changmin mendesah panjang.

“Untuk saat ini aku tidak ingin eomma tahu tentang kebenaran itu dulu, aku mengkhawatirkan kesehatannya. Jadi aku mohon padamu, izinkan aku besok menjemput Hyun-Ra.”

“Dia sedang sakit, Shim Changmin! Apa kau tidak mendengar kata-kata ku?!”

“Aku akan merawatnya dengan baik disini.”

“Dan apa kau pikir aku akan membiarkanmu?”

Changmin mulai geram. Emosinya mulai tersulut tapi ia menahannya.

“Tetap saja kau selalu egois, Cho Kyuhyun. Harusnya kau tidak perlu datang lagi pada kehidupan Hyun-Ra dan mengacauโ€” ”

Pip!

Sambungan terputus.

Shim Changmin membeku di tempat, lalu perlahan menurunkan tangannya, menatap layar ponselnya dengan gertakan giginya.

Kyuhyun memutus sambungannya.

Changmin melempar ponselnya dengan asal kemudian menunduk lemas. Tiba-tiba ia ingin menangis keras-keras untuk menumpahkan semua kesesakannya.

Bukan hanya ibunya, tetapi ia pun begitu membutuhkan kehadiran Hyun-Ra.

Nyonya Shim bersandar di dinding dekat pintu mendengarkan semua perkataan Changmin di telpon itu. Dan entah bagaimana semua kecurigaannya sedari kemarin semakin menguat.

Apa sebenarnya hubungan Kyuhyun dengan Hyun-Ra?

Dan bagaimana sebenarnya hubungan Hyun-Ra dengan Changmin?

Kebenaran apa yang sedang mereka sembunyikan?

Nyonya Shim pergi dari sana dengan jantung yang mulai berdetak cepat dan benak yang penuh pertanyaan. Nyonya Shim sadar ia harus tenang, atau serangan itu akan datang kembali.

Paling tidak, apapun yang menjadi rahasia Changmin dan Kyuhyun, suatu saat nanti kedua anaknya itu akan jujur padanya.

Dan Nyonya Shim akan menunggu.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Hyun-Woo berdiam di kursi rodanya menunggu pintu kamar di depannya terbuka. Hari ini dokter pribadi Kyuhyun datang untuk memeriksa keadaan Ahra, dan sudah 30 menit berlalu tapi dokter itu belum keluar juga. Kalau saja dokter itu seorang lelaki, mungkin ia sudah cemas dokter itu akan berbuat hal macam-macam pada wanita yang dicintainya. Tetapi beruntung dokter ini perempuan, jadi Hyun-Woo bisa tenang dalam menunggu.

Tak berapa lama pintu itu akhirnya terbuka. Seorang dokter paruh baya tersenyum ketika menyadari Hyun-Woo tetap berada di sana. Rautnya penuh sahabat.

“Luar biasa,” ucap dokter itu dengan takjub. “Aku tidak percaya kemajuan ini akan dialami nona Ahra. Sudah setahun aku merawatnya tetapi selalu nihil. Bahkan sedikitpun dia tidak pernah mengeluarkan suara selain hanya teriakan-teriakan miris tiap kali benaknya menyeret masa lalu kelam untuk diingatnya.”

Hyun-Woo bernapas lega, ikut tersenyum, mendengarkan ungkapan takjub sang dokter dengan perasaan haru.

“Kami tadi berbicara cukup banyak,” lanjut dokter itu. “Setidaknya banyak dalam versi keadaan nona Ahra. Kurasa semua ini adalah berkatmu. Kau Hyun-Woo, dan namamu sering aku dengar disetiap tangisan nona Ahra yang terdengar pilu.”

Kali ini Hyun-Woo mendesah, rasanya terlalu sesak untuk mendengar hal itu. Tetapi ia pastikan penderitaan Ahra akan segera berakhir, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk itu, Ahra akan mendapatkan keceriaan dan kebahagiaannya lagi.

“Apa sekarang dia sudah tidur?” tanya Hyun-Woo.

“Ya,” dokter itu mengangguk. “Aku memberinya obat tidur agar dia bisa beristirahat.”

“Terima kasih untuk bantuannya, dokter.”

“Ya, Hyun-Woo, aku ikut merasa senang dengan kemajuan ini.” tiba-tiba dokter itu memperhatikan keadaan Hyun-Woo, mengamati kedua kakinya yang terlihat baik-baik saja tetapi sebenarnya kehilangan kekuatan. Sang dokter menatap Hyun-Woo. “Apa kau pernah melatih kakimu untuk berdiri?”

Sejenak Hyun-Woo ikut mengamati kakinya sendiri, kemudian mengangguk sedih.

“Ya, dokter, aku sudah mencoba berkali-kali, tetapi sepertinya aku memang tidak akan bisa berjalan lagi.”

Sang dokter tersenyum menenangkan. “Kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri seperti itu. Aku bisa memastikan kau akan bisa berjalan lagi kalau berada di tangan yang tepat.”

Hyun-Woo mengernyit tak mengerti. “Maksud dokter?”

“Tuan Kyuhyun sudah menceritakan keadaanmu padaku. Dia ingin memberikan pengobatan terbaik untukmu. Aku mempunyai teman spesialis tulang dan saraf yang sangat ahli, yang bisa menyembuhkanmu lebih cepat, dan kau harus mengambil kesempatan ini.”

Raut Hyun-Woo seketika berbinar, ada pancaran harapan dan kepedihan yang menyatu di sana.

“Benarkah, dokter?”

“Ya.”

“Tapi.. ” Hyun-Woo kembali muram. “Biaya pengobatan itu pasti sangat mahal.. ”

“Jangan memikirkan masalah itu. Aku yakin tuan Kyuhyun pasti rela menghabiskan seluruh kekayaannya, kalau perlu, untuk mengobati dirimu. Dia merasa sangat bertanggung jawab dengan kesembuhanmu. Dia hanya ingin kau dan nona Ahra bahagia.” dokter itu tersenyum mengenang Kyuhyun. “Kadang kala aku tidak menyangka dibalik sikap arogansi tuan Kyuhyun tersimpan kebaikan yang begitu besar.”

“Ya,” Hyun-Woo mengangguk menyetujui. “Dia memang pria baik, aku tahu itu, dokter. Aku percaya dan yakin, adikku pasti akan bahagia bersamanya.”

“Semoga kalian berbahagia,” ucap dokter itu dengan tulus. “Aku pergi dulu. Dan bersiap-siaplah, mungkin kau akan memulai pengobatan dalam waktu dekat ini.”

Hyun-Woo mengangguk penuh terima kasih. Tuhan sedang memberinya jalan, dan ia hanya berharap jalan ini akan sesuai dengan harapannya selama ini. Karena ia hanya ingin sembuh dan membahagiakan orang-orang di sekitarnya, orang-orang yang dicintainya.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Pagi itu Hyun-Woo melihat bibi Jung sedang memasak membantu para pelayan yang seharusnya tidak perlu. Karena perintah dari Kyuhyun, semua pelayan harus menghormati keluarga Hyun-Ra layaknya mereka menghormati dirinya. Namun karena bibi Jung sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah dan merasa tidak sehat jika hanya berdiam saja, mau tidak mau para pelayan membiarkannya.

Bibi Jung menoleh ketika menyadari kehadiran Hyun-Woo di ambang pintu dapur. Wanita itu tersenyum dan menghampiri Hyun-Woo.

“Apa kau akan pergi ke kamar nona Ahra?” tanya bibi Jung.

Hyun-Woo mengangguk. Ia sudah mandi dan sudah segar, dan saatnya ia membangunkan Ahra. “Apa dia belum bangun?”

“Akan ku antar kau ke kamarnya,” sahut bibi Jung. “Kau akan terkejut dan tidak percaya saat nanti kau melihatnya.”

Dahi Hyun-Woo berkerut bingung. Tetapi bibi Jung tersenyum penuh rahasia lalu meraih kursi roda Hyun-Woo dan mendorongnya menuju kamar Ahra.

“Apa Ahra baik-baik saja?” tanya Hyun-Woo, tiba-tiba dililit kecemasan.

“Sangat baik kurasa. Dan kau harus melihat ini, Hyun-Woo.”

Kemudian bibi Jung membuka pintu kamar itu, kamar Ahra, lalu mendorong kursi roda Hyun-Woo sedikit memasuki ambang pintu.

“Nona Ahra ada di balkon. Pergilah. Temani dia,” bisik bibi Jung sebelum meninggalkan Hyun-Woo dan menutup pintu di belakangnya.

Entah bagaimana dada Hyun-Woo jadi berdebar. Bibi Jung tidak pernah terlihat penuh rahasia seperti itu, meski ia masih bisa menangkap sinar binar di matanya yang menandakan tidak ada hal buruk yang sedang terjadi pada Ahra.

Perlahan Hyun-Woo memutar roda kursinya menuju pintu mendekati balkon itu, namun kemudian terhenti. Dari kaca ia bisa melihat rambut Ahra bergerak tertiup angin, sedang menghadap ke arah pemandangan di sana. Tetapi ada yang aneh. Hyun-Woo semakin dekat ke pintu hingga kemudian ia benar-benar melihat Ahra sepenuhnya.

Perempuan itu…

Hyun-Woo membeku di tempat dan dadanya lebih berdebar-debar. Ahra sedang berdiri santai bersandar pada pagar balkon dan meninggalkan kursi roda sehari-harinya di belakang.

Oh benarkah yang ia lihat ini?

“Kโ€”kau??” Hyun-Woo mengamati Ahra dengan tak percaya.

Perempuan itu menoleh ke arahnya, seperti biasa yang tidak Hyun-Woo sangka, Ahra tersenyum menyambutnya tetapi dengan kerutan di dahinya.

“Hyun-Woo?” gumam Ahra, nadanya masih seperti sedang memastikan apakah itu benar-benar Hyun-Woo.

“Ya.” suara Hyun-Woo berubah serak karena terharu. “Ini aku. Hyun-Woo.”

Senyum Ahra semakin lebar. Perempuan itu berbalik dan menghadap ke arah Hyun-Woo. Sejenak Ahra menatap hamparan langit kemudian kembali pada Hyun-Woo. “Pagi ini sangat cerah. Aku suka, Hyun-Woo. Entah kenapa aku seperti tidak pernah melihat pagi sebelumnya.”

Ucapan Ahra, berapa banyak kata yang Hyun-Woo hitung dalam hati, dan itu menghangatkan dadanya, menentramkan jiwanya, seolah menariknya ke tepian telaga setelah terlalu lama terombang-ambing oleh pusaran yang menenggelamkannya. Hyun-Woo meraih tangan Ahra dan mengecupnya dengan sayang. Perempuan itu kembali merespon dengan senyum, terpesona dengan perlakuan Hyun-Woo.

“Aku senang, Ahra… ” bisik Hyun-Woo.

Tetapi Ahra terlihat bingung. “Senang?”

“Ya. Senang. Aku senang melihatmu sekarang.”

“Memangnya kenapa, Hyun-Woo?”

“Namun kau tidak perlu mengungkit apapun keadaan terburuk yang pernah dialami nona Ahra sebelumnya. Biarkan dia sembuh seperti cara Tuhan sekarang menyembuhkannya. Biarkan dia tidak tahu apa saja yang sudah terjadi padanya. Aku rasa memorinya selalu menarik masa-masa kelam karena dia tidak bisa melihatmu. Sekarang terbukti, keberadaanmu berpengaruh besar pada kesembuhannya. Dia hanya ingin melihatmu, Hyun-Woo, hanya ingin kau baik-baik saja, tidak dalam keadaan sebagaimana memorinya yang sering menggambarkan keadaan terburukmu. Biarkan kesembuhannya berjalan seperti apa adanya.”

Hyun-Woo mengerjap ketika mengingat perkataan dokter paruh baya tadi dengan semua nasehatnya. Ya, ia memang tidak perlu mengungkit apapun yang bisa saja berdampak pada perubahan emosional Ahra dan kembali menyeret ingatan-ingatan ironisnya. Yang lalu biar saja berlalu. Melihat Ahra seperti ini sudah jauh lebih indah dari apapun keindahan di dunia.

“Karena kau sehat dan begitu cantik,” jawab Hyun-Woo akhirnya. “Karena kau ada disini, bersamaku, dan aku bisa menyentuhmu.”

Ahra kembali tersenyum meski kerutan di dahinya belum menghilang, seolah setiap ucapan yang Hyun-Woo lontarkan masih saja membingungkannya.

Hyun-Woo menarik tangan Ahra dan menempelkannya di pipinya, merasakan kulit lembut perempuan itu yang begitu menenangkan.

“Maukah kau mendengar sesuatu dariku?” gumam Hyun-Woo.

“Apa itu?”

Hyun-Woo menatap dalam manik mata Ahra, seperti ingin menyelami untuk tahu apa yang ada di sana. “Aku mencintaimu,” gumamnya kemudian. “Aku mencintaimu disetiap helaan napas. Aku mencintaimu tanpa batas, hingga akhir kebaikan dan keburukan, hingga akhir kehidupan. Aku mencintaimu dengan seluruh kekuranganku.”

Ahra tertegun, bungkam, seolah berusaha mencerna dengan daya tangkapnya yang masih lemah.

“Dan aku mencintaimu untuk kehidupan berikutnya, Ahra.”

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Changmin mondar-mandir di dalam kamarnya dengan gelisah, nyaris putus asa. Berkali-kali ia menghubungi nomor Kyuhyun tapi pria itu sepertinya mematikan ponselnya dengan sengaja. Dan pagi ini Hyun-Ra harus kemari menemui ibunya, entah bagaimana caranya, dan ia bahkan hampir kehilangan akal untuk menarik Hyun-Ra kembali padanya.

Pada akhirnya Changmin tidak bisa berdiam diri dan hanya meratap. Ia meraih jaket dan kunci mobilnya lalu bergegas keluar kamar untuk kemudian berhadapan dengan ibunya yang hendak masuk.

Nyonya Shim menyipit mengamati Changmin.

“Kau mau kemana?”

Changmin gelagapan. “Aku… ”

“Apa kau akan menjemput Hyun-Ra?” nada Nyonya Shim seketika berubah penuh harap, membuat Changmin tidak tega. “Kalau kau ingin menjemput Hyun-Ra, pergilah, eomma akan menunggu. Lagipula banyak yang perlu eomma bahas dengan Hyun-Ra untuk keperluan pernikahan kalian.”

Sejenak Changmin jadi membeku. Ia merasa sesak. Akankah pernikahan indah itu bisa terwujud? Akankah Tuhan pada akhirnya jatuh kasihan padanya lalu memutuskan mengembalikan semua yang terlepas dan menyatukan dirinya dengan Hyun-Ra kembali?

“Kenapa masih diam?”

Changmin mengerjap mendengar pertanyaan menginterupsi ibunya. Sang ibu memicing curiga.

“Apa ada sesuatu yang terjadi?” lanjut Nyonya Shim.

“Tidak, eomma.. ” Changmin menggeleng, lalu bergegas mengecup kening ibunya. “Aku akan pergi sekarang menjemput Hyun-Ra.”

“Ya, jemputlah. Eomma akan menunggu disini.”

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Setelah keluar dari rumah, tak ada tempat lagi yang bisa Changmin tuju kecuali mendatangi rumah Hyojin, dokter baik sekaligus sahabatnya itu. Sudah lama sejak banyak kejadian yang dialaminya Changmin tidak pernah bertemu dengan Hyojin. Setidaknya ia juga berharap Hyojin bisa membantu permasalahannya ini.

Sekarang Changmin sedang berada di rumah Hyojin, duduk termenung setelah menyelesaikan ceritanya dan menunggu Hyojin yang sedang mengambilkan minuman untuknya.

“Jadi Hyun-Ra dan Kyuhyun sudah kembali bersama dan Kyuhyun akan bertanggung jawab?” Hyojin datang dengan dua gelas jus jeruk di tangannya lalu meletakkannya di meja depan Changmin.

Changmin mengangguk pedih. “Ya, begitulah,” lirihnya.

“Lalu? Kau tidak bisa menerima semuanya?”

“Bukan.” Changmin mendesah. “Awalnya aku menerima keputusan mereka, karena aku berpikir yang penting Hyun-Ra bahagia dan Kyuhyun benar-benar di tanggung jawabnya. Tetapi sekarang masalahnya adalah eomma, yang belum tahu bahwa aku dan Hyun-Ra sudah tidak bersama. Padahal eomma begitu berharap. Terlebih sekarang eomma baru keluar dari rumah sakit akibat serangan di jantungnya.” Changmin mengusap wajahnya dengan frustasi, menghela napas berat, kemudian menatap Hyojin. “Aku tidak sanggup memberitahu semua ini dengan kondisi eomma yang sedang lemah.”

Hyojin ikut mendesah, ikut merasakan kepedihan yang dirasakan Changmin.

“Aku tahu ini berat, tapi aku yakin kau cukup bijak untuk mengatasi semuanya.”

“Kau tahu, aku sekarang ingin Hyun-Ra kembali padaku. Karena setelah aku pikir, ternyata berat untuk merelakannya.”

“Kau tidak boleh seperti itu,” protes Hyojin. “Kalau memang Hyun-Ra dan Kyuhyun saling mencintai, kau tidak bisa memisahkannya. Apalagi mereka berdua akan memiliki seorang anak, kau jangan lupakan hal itu.”

“Aku tahu. Tapi.. sakit.. ”

Hyojin mengamati Changmin dengan prihatin. Pria itu terlihat begitu terluka dan menderita.

“Bisakah kau membantuku?” pinta Changmin kemudian. “Setidaknya ini yang terpenting saat ini.”

Hyojin mengernyit. “Apa itu?”

Changmin menatap Hyojin dengan memohon.

“Membawa Hyun-Ra dari rumah Kyuhyun untuk bertemu eomma.”

“Membawa?” kerutan di dahi Hyojin semakin dalam. “Kau seolah ingin mengajakku untuk menculik Hyun-Ra.”

“Entahlah. Apapun sebutanmu, kumohon bantu aku.”

Hyojin terdiam, berpikir.

“Karena aku hampir tidak bisa memikirkan apapun sekarang,” keluh Changmin.

Hyojin terenyuh. Karena sedari awal ia memang sudah ikut terjun ke dalam permasalahan Changmin dan Hyun-Ra, kenapa tidak sekalian saja ia tuntaskan untuk membantu sahabatnya?

“Baiklah,” putus Hyojin akhirnya. “Aku akan coba berbicara pada Kyuhyun dan meminta pengertiannya.”

To Be Continued…

26 thoughts on “Revenge And Love – Part 19

  1. Kenapa makin pelik gini sih kasihan kyuhyun dan hyunra kapan merek bisa tenang dan bahagia apalagi mereka sebentar lagi bakal punya anak..kenapa makin kesini malah makin benci ama changmin dan ibunya, gara gara changmin yg gk bisa jujur ke ibunya dan sekarang malah pingin misahin kyuhyun dan hyunra dengan alasan ibunya dan nyonya shim yg menurutku juga malah bikin nyebelin entahlah…
    Tolong kak jangan bikin kyuhyun hyunra menderita lama lama greget aku bacanya..

  2. Pagi pagi buta ada notif ๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„ baca dulu lah
    Changmin jangan jadi jahat ya inget eomma mu hyun ra hanya bisa bahagia dengan kyuhyun
    Jangan egois kalo merelakan ya ikhlaskan

  3. Ksian sma changmin tpi kok ksel yah dy jdi egois gtu. Changmin jga ud tau klo kyuhyun & hyun ra slng mencintai mau dpksakan kya apa jga hyun ra lbh bahagia saat bersma kyuhyun. Ny. Shim sprtinya hrus dbri pngertian peln2 sma mslh yg sdng dhpin saat ini. Bkn trus3 dsmbunyikan yg kakhrnya mlh jdi pjng dan smngkn bkn ny. Shim terluka

  4. ya ampun kenapa gak pada jujur saja sama eomma nya changmin secara terlahan aja.. udah mulai curiga juga tuh eomma nya changmin.. ahra sembuh karena kangen itu mau obat semahal apapun kalau sembuhnya karena kangen atau butuh seseorang pasti sembuh.. author semangat nulis nya…jangan lama2 lanjut ff nya.. semangat..

  5. Knp mkin ribet gini sih msalah ny, ksian kn hyunra jd trtekan gt, mn lg hamil eh mlah bnyk msalah yg gngu dy.
    Ini jg changmin, g bs kah jelasin k eomma ny pelan2. Ksih pngertian klo dy n hyunra g ad hubngn ap2 lg.
    Wah ahra udh smbuh y. Ikut sng liat ny.. Tyta khdiran hyunwoo bnr2 brdampak baik bwt ahra y.

  6. Kenapa ya hyunwoo ngucapin kalimat yg begitu sentimentil sama ahra, kayak hyunwoo udah mau mati aja, hyunwoo atau ahra gak sedang mengidap penyakit serius yg beresiko mematikan kan? semoga aja gak…. soalnya mereka udah bisa bersatu, gak ada lagi orang yg bakalan memisahkan cinta mereka.
    trus giliran cinta Kyuhyun sama Hyunra yg kini harus bertahan menghadapi changmin… semoga changmin jgn terlanjur jd tokoh antagonis deh…

  7. ada aja masalah satu kelar muncul lagi masalah baru cobaan cinta mereka gk ada abisnya semoga cepet terselesaikan.
    changmin knp jadi egois gitu sih jd mempersulit keadaan aja semoga nyonya shin gk jantungan lagi deh klau nanti denger kebenarannya semoga nanti hyura mau jujur sama nyonya shin klau di tanya…

  8. Udah bongkar ajj semua biar shim eomma tau๐Ÿ˜‘ sebel gw lama2 liat tingkah si changmin..
    Mentang2 emaknya nanyain mulu hyunra dia merasa pen memiliki again, merasa di dukung lah, cih๐Ÿ˜ฌ
    Greget sumpah ๐Ÿ˜ ๐Ÿ˜ 
    Terharu ahra eonni akhirnya berangsur pulih ๐Ÿ˜ข moga bahagia terus ya bareng hyunwoo oppa๐Ÿ˜š๐Ÿ˜š

  9. Udah bongkar ajj semua biar shim eomma tau๐Ÿ˜‘ sebel gw lama2 liat tingkah si changmin..
    Mentang2 emaknya nanyain mulu hyunra dia merasa pen memiliki again, merasa di dukung lah, cih๐Ÿ˜ฌ
    Greget sumpah ๐Ÿ˜ ๐Ÿ˜  kyuhyun lu jan diem ajj donk,, cepet halalin hyunra kek…biar semua tenang๐Ÿ˜๐Ÿ˜‰
    Terharu ahra eonni akhirnya berangsur pulih ๐Ÿ˜ข moga bahagia terus ya bareng hyunwoo oppa๐Ÿ˜š๐Ÿ˜š

Tinggalkan komentar