Revenge And Love – Part 18

Revenge And Love – Part 18

by : @ChoWirfania

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

Keesokan harinya dokter sudah mengizinkan Nyonya Shim untuk pulang, meski semua keluarga begitu khawatir melihat raut pucat dan tubuh lemahnya. Tapi bagaimana menahannya kalau Nyonya Shim sudah memaksa?

Hyun-Ra membantu Min-Ah mengepaki barang-barang keperluan yang dibawa dari rumah ke dalam tas. Tuan Shim sedang menyiapkan mobil sementara Changmin sedang mengurus semua biaya rumah sakit. Dan Nyonya Shim sudah duduk di ranjang, tampak siap untuk meninggalkan kamar bau obat yang cukup membosankan itu dengan Kyuhyun berdiri di samping ranjang menemaninya. Pria itu mengamati Hyun-Ra yang sedang sibuk, melihat tubuh mungilnya yang selalu mengundangnya untuk memeluk.

Ia selalu sesak, tidak pernah tenang, sebelum ia berhasil membawa gadis itu ke depan altar dan menjadikan istrinya.

“Kyu?” Nyonya Shim bergumam, mengernyit mendapati Kyuhyun tidak berkedip dari sosok Hyun-Ra di seberang ranjang. Kyuhyun menoleh. “Apa kau baik-baik saja?”

Kyuhyun langsung tersadar. Picingan ibunya itu seolah bertanya-tanya dengan ekspresi dirinya barusan. Bodoh kau, Kyuhyun! rutuknya. Ia tidak bisa menahan untuk tidak memperhatikan gadis itu.

“Aku… baik-baik saja, eomma,” jawabnya. “Kenapa eomma bertanya begitu?”

“Tidak.” Nyonya Shim melirik Hyun-Ra lalu kembali pada Kyuhyun. “Tatapanmu terfokus pada Hyun-Ra seperti tidak ada orang lain saja di sekitarmu.”

Kyuhyun tergelak, ia mengelus tangan Nyonya Shim dalam genggamannya. “Aku hanya berpikir bagaimana Hyun-Ra hamil nanti, dengan tubuh mungil seperti itu dan perut besar yang menjadi bebannya,” alibinya. “apakah dia tidak bisa lebih tinggi lagi?”

Mendengar itu Nyonya Shim jadi tertawa, melirik Hyun-Ra dan gadis itu tampak merah padam menatap sengit kepada Kyuhyun. Nyonya Shim mengulurkan tangannya. “Kemari lah, Hyun-Ra,” pintanya. Hyun-Ra mendekat, melirik mengancam kepada Kyuhyun untuk nanti mencakar-cakarnya. “Kau baru mengenal Kyuhyun dan pasti jengkel dengan sikap usilnya.” Nyonya Shim terkekeh. “Dia memang suka begitu, becandanya kadang menyebalkan. Tapi dia anakku yang baik.”

Kyuhyun nyengir lalu berpaling menghindari tatapan kesal Hyun-Ra. “Aku kan berkata yang sebenarnya, eomma,” kilahnya. “dia memang pendek dan kurus, aku saja jadi mengkhawatirkannya.”

“Diam kau!” sungut Hyun-Ra. Dan Kyuhyun malah terkekeh, membuat Hyun-Ra semakin jengkel. Apakah pria itu sedang dalam mode ingin menjahili orang, dan sekarang dirinyalah sasarannya?

Nyonya Shim kembali tertawa. “Sudah-sudah,” lerainya, mengernyit ketika menyadari wajah pucat Hyun-Ra. “Hyun-Ra, apa kau sakit? Kau terlihat pucat dan tidak sehat.” Nyonya Shim menyentuh lengan Hyun-Ra dan merasa khawatir. Bahkan Kyuhyun ikut terdiam memperhatikan raut Hyun-Ra.

Ya, Shim eomma benar, Hyun-Ra terlihat begitu pucat sekarang, pikir Kyuhyun.

“Aku tidak apa-apa, eomma, aku baik-baik saja.” Hyun-Ra tersenyum. “Aku mungkin hanya kurang tidur, semalam sering terbangun dan sulit tidur lagi.”

Nyonya Shim mengangguk. “Setelah ini kau harus istirahat, tidur yang cukup. Kau tidak perlu membantu apapun, Min-Ah dan yang lainnya bisa mengerjakannya,” katanya, mengedikkan dagunya ke arah Min-Ah yang sedari tadi hanya diam saja.

Kyuhyun melirik Hyun-Ra, dan gadis itu cukup membuatnya khawatir sekarang. Semalam dia memang sering terbangun karena mual, muntah-muntah sepanjang malam.

“Aku akan menuruti kata-kata eomma,” jawab Hyun-Ra. Ia menyadari tatapan Kyuhyun namun ia menahan diri untuk tidak balas menatapnya. Mereka sedang bersama ibu Changmin dan ia tidak mau Nyonya Shim curiga lalu mengganggu kesehatannya.

Sebenarnya sedari tadi Hyun-Ra sudah menahan-nahan rasa mualnya. Ia tidak tahan dengan bau rumah sakit dan ia mencoba mengabaikannya meskipun cukup menyiksa. Ditambah lagi dengan kepalanya yang sering pusing dan ngilu. Dan pagi ini ia belum meminum vitamin dan obat lainnya untuk kesehatan kandungannya.

Saat itulah pintu ruangan terbuka dan Changmin melongok di sana.

“Apa semua sudah siap?” tanyanya, lalu melangkah masuk mendekati ranjang, berdiri di samping Hyun-Ra. “Suster sedang menyiapkan kursi roda untuk eomma, appa menunggu di luar.”

Dan ketika mereka sampai di tempat parkir, pelan-pelan Kyuhyun mengangkat Nyonya Shim dan mendudukkannya di mobil. Ia menatap lembut ibunya yang lemah itu. “Aku tidak bisa duduk bersama eomma, aku membawa mobil sendiri.”

Nyonya Shim mengangguk, kemudian beralih pada Hyun-Ra yang berada di belakang Kyuhyun. “Hyun-Ra?”

“Biar Hyun-Ra bersamaku saja, eomma,” kata Changmin, mengerti dengan maksud ibunya. Ia mendekat dan merangkul Hyun-Ra dengan santai. “Lagipula di dalam sudah ada Min-Ah.”

“Baiklah. Dan kau Kyu,” tatapan Nyonya Shim beralih ke Kyuhyun. “Kau tidak akan kemana-mana kan?”

Kyuhyun tersenyum dan menggeleng. “Tidak eomma, aku akan pulang bersamamu dan menemanimu.”

“Ya,” Nyonya Shim menepuk-nepuk tangan Kyuhyun yang masih di lengannya. “Kau memang harus menemani eomma, menyiapkan pernikahan Changmin dan Hyun-Ra. Changmin juga pasti membutuhkan bantuanmu.”

Kyuhyun langsung membeku, bahkan saat mobil Tuan Shim melaju dan menghilang di belokan. Nyeri dadanya berdenyut lagi, sesuatu yang selalu ia rasakan tiap kali mendengar pernikahan yang Nyonya Shim persiapkan untuk Hyun-Ra dan Changmin. Bagaimanapun caranya, ia tidak bisa membiarkan pernikahan itu terjadi.

Kyuhyun mendesah, lalu berbalik ke arah Hyun-Ra dan Changmin yang masih berdiri tertegun. Tangan Changmin sudah tidak bertengger di bahu Hyun-Ra lagi, seolah itu hanya sebuah skenario yang harus dijalankan di depan ayah dan ibunya.

Mata Kyuhyun menyala. “Hyun-Ra akan bersamaku,” tukasnya.

Changmin mengangguk. “Ya, aku tahu. Maafkan aku.”

Kyuhyun meraih Hyun-Ra dan membawanya ke arah mobilnya. “Sampai bertemu di rumah,” ucapnya pada Changmin lalu memasukkan Hyun-Ra ke dalam mobil.

Hyun-Ra hanya bisa menurut, terlebih karena ia memang tidak bisa berbuat apa-apa. Meski semua ini terasa berat dan selalu menyesakinya. Ia menangkap raut merajuk dan cemburu di wajah Kyuhyun. Sedangkan Changmin… Hyun-Ra melirik pelan ke arah pria itu yang terlihat membatu dengan raut kesakitan. Hyun-Ra meringis, betapa ia sudah menyakiti Kyuhyun dan Changmin dalam waktu yang bersamaan. Oh Tuhan…

Selama perjalanan Kyuhyun hanya diam dengan pikiran kalut. Sandiwara ini terlalu menyakitinya, kepura-puraan ini harus segera diakhiri. Ia tidak tahu kesakitan apa saja yang akan ia terima nanti selama ia berada di rumah itu menemani Nyonya Shim. Pun tidak tahu akhir kisah ini akan seperti apa.

Tanpa tahan ia meraih tangan Hyun-Ra untuk digenggamnya, untuk menenangkannya.

Paling tidak, satu yang masih menguatkannya, bahwa gadis itu, Shin Hyun-Ra, hanya mencintainya.

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

Hyun-Woo memutar kursi rodanya mendekati kursi roda Ahra. Gadis itu sedang berdiam di balkon, memandang keindahan Busan di bawah dengan tatapan mata kosong dan hampa.

Semalam gadis itu menunjukkan perkembangan yang cukup menakjubkan, sesuatu yang tidak Hyun-Woo duga akan ia dapat dalam waktu sedekat ini. Ahra mengingatnya, menyebut namanya, bahkan memeluk dan menangis di dadanya. Padahal Kyuhyun bilang selama setahun ini Ahra hanya terdiam dalam keterpurukan, dengan tatapan kosong seolah berada di dunianya sendiri, dan sering mengamuk menjerit histeris ketika memori kelamnya terkuak kembali.

Melihat semua itu semangat Hyun-Woo meletup untuk membawa gadis itu pada keceriaan lagi, kepada Ahra-nya yang seperti dulu lagi.

Hyun-Woo berhenti di samping gadis itu, menatapnya, menyadari kecantikan itu tidak pernah memudar sekalipun dikelilingi oleh keterpurukan yang begitu kelam. Hyun-Woo mendesah, dadanya selalu berdenyut nyeri ketika melihat keadaan perempuan yang dicintainya itu, yang pernah disangkanya sudah berbahagia dengan pria pilihan orang tuanya namun ternyata begitu menderita.

“Ahra… ” panggilnya, dengan lembut. Gadis itu menoleh, tanpa diduga tersenyum dengan kerutan di dahinya. “Hyun-Woo?” tanyanya memastikan.

Hyun-Woo mengangguk takjub. “Ya, ini aku.” Ia memposisikan kursi rodanya menghadap ke arah Ahra. “Bagaimana kabarmu hari ini? Pelayan bilang kau tidak mau meminum obatmu? Kenapa, hm?”

Ahra murung, lalu menggeleng perlahan. “Aku… bosan.”

“Hei,” Hyun-Woo meraih tangan Ahra. “Kau tidak boleh bosan meminum obat.”

“Tapi… kenapa?” Ahra terlihat bingung. “Aku selalu diberi obat, tapi itu untuk apa, Hyun-Woo?”

“Itu… emm… ” Hyun-Woo kebingungan mencari jawaban. “Obat itu baik untuk kesehatanmu, jadi kau harus rutin meminumnya. Kalau kau tidak mau, nanti kau bisa sakit dan membuat Kyuhyun sedih, aku sedih, dan semua akan sedih. Kau mau?”

Ahra menggeleng polos, seperti anak kecil yang tidak mau ayahnya sedih kalau dia nakal.

Hyun-Woo tersenyum. “Kalau begitu, aku ingin kau minum obatmu sekarang. Bisa? Kau ingin aku senang kan?”

Ahra hanya mengangguk patuh sambil menatap Hyun-Woo. Pria itu lalu memanggil pelayan yang langsung datang seolah tidak berada jauh dari sana dan membawakan obat Ahra yang sudah dipersiapkan.

“Tolong berikan obatnya sekarang,” pinta Hyun-Woo, dan Si pelayan membantu Ahra meminum obatnya. Disitu Hyun-Woo merasa getir, sedih sekaligus lebih terpukul dengan keadaan dirinya. Seharusnya ia yang merawat dan membantu Ahra apapun yang gadis itu butuhkan, menyuapinya makan, meminumkan obat dan mendorongkan kursi rodanya mengajaknya jalan-jalan, bukannya hanya berdiam memperhatikan seperti sekarang. Tapi sungguh ia begitu tak berdaya dengan keadaan kedua kakinya yang tidak punya kekuatan, hanya bisa mengeluh dan merepotkan orang. Ya Tuhan…

“Aku sudah meminumnya,” ucap Ahra dengan polos. Hyun-Woo mendongak, menyadari pelayan sudah tidak ada, mungkin ia sedang melamun ketika pelayan itu berpamit pergi.

“Ya.” Senyum Hyun-Woo terlihat bersinar. “Dan aku bangga padamu. Tapi kau harus berjanji, kau tidak akan menolak obatmu lagi. Janji?” Hyun-Woo mengacungkan jari kelingkingnya.

Ahra mengamati jari Hyun-Woo beberapa saat, kemudian mengangkat jari kelingkingnya dengan perlahan dan menirukan yang dilakukan Hyun-Woo. Ia mengangguk, “Janji.”

Dan kalau saja Hyun-Woo tidak sedang lumpuh di atas kursi roda, ia pasti sudah merengkuh gadis itu dan mendekapnya dalam pelukannya.

Dan hal yang menakjubkan itu datang lagi, yang tidak pernah disangkanya, bahwa Ahra hari ini sudah begitu banyak mengeluarkan suara indahnya, berkata-kata, menjawabnya, merespon ucapannya, dan itu adalah perkembangan yang begitu luar biasa, tidak bisa tergantikan dengan hal apapun.

Kyuhyun pasti akan senang saat nanti melihatnya.

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

Malam itu Ahra bermimpi. Mimpi yang mengerikan. Ia melihat Hyun-Woo tergeletak di lantai penuh darah, dengan lima orang lelaki yang masih menghajarnya sekalipun Hyun-Woo sudah hampir kehilangan kesadarannya. Sementara ayahnya berdiri angkuh mengamati itu semua, dengan pandangan yang menyalang murka, penuh kebencian ke arah Hyun-Woo.

“Pastikan dia akan cacat, kalau perlu potong kedua kakinya. Itu hukuman karena dia sudah berani mengabaikan laranganku.”

“Tidak appa!!” dengan panik dan derai airmata Ahra berlari hendak menghampiri Hyun-Woo, namun tertahan oleh rengkuhan ibunya.

“Ahra… ” isak sang ibu. “Berhenti nak, aku sudah berusaha melarang appamu tapi sia-sia. Aku tidak mau kalau sampai appamu semakin marah dan menyakitimu.”

Tangisan Ahra makin histeris. “Aku tidak perduli eomma! Sekalipun appa akan membunuhku aku tidak perduli!” Ahra meronta sekuat tenaga namun ibunya semakin mendekapnya.

Tuan Cho berbalik ke arah putrinya. “Bawa dia dan kurung di kamar!” teriaknya.

“Appa! Hentikan!! Jangan sakiti Hyun-Woo! Aku mencintainya, appa!!” Ahra kembali memberontak ketika ibunya merengkuhnya untuk membawanya ke dalam kamar.

“Ayo Ahra, jangan sampai appamu lebih marah dan dia akan melampiaskannya pada Hyun-Woo.”

“Tidak!!” Ahra terus meronta dan rengkuhan sang ibu terlepas. Ia berlari menghampiri Hyun-Woo yang sudah tak sadarkan diri. “Hyun-Woo, bangunlah!” Ahra hendak memeluk Hyun-Woo namun suara ayahnya terdengar murka.

“Bawa dia ke kamar dan kunci pintunya dari luar!” perintahnya pada anak buahnya.

Ahra menjerit histeris dalam cekalan anak buah ayahnya, memanggil Hyun-Woo tetapi tubuh pria itu semakin menjauh.

“Dan kalian, bawa laki-laki ini dan lemparkan ke jalanan!” Tuan Cho menunjuk Hyun-Woo yang sudah pingsan.

Ahra mendengar itu dan kembali berteriak. “Tidak appa!! Jangan lakukan itu pada Hyun-Woo! Appa!!” namun tiba-tiba saja ia sudah berada di kamarnya dan terkurung. “Hyun-Woo!!” Ahra menggedor-gedor pintu. “Hyun-Woo!!”

Hyun-Woo!

Tanpa sadar Ahra menyebut nama itu lalu tersentak dari mimpi buruknya. Ia membuka mata dan langsung berhadapan dengan wajah yang ada di mimpinya, wajah Hyun-Woo, bersih tanpa ada darah yang melumuri. Pria itu sedang berada di sisi ranjang sebelahnya. Tidak tidur, dan hanya duduk bersandar di kepala ranjang.

“Hei, kau mimpi buruk?” Hyun-Woo bertanya lembut, rautnya terlihat khawatir.

Seketika Ahra memeluk Hyun-Woo erat-erat, entah kenapa merasa lega pria itu ada dan baik-baik saja. “Hyun-Woo.. ” gumamnya, dan ia mulai terisak.

Hyun-Woo mendekapnya, mengelus punggung gadis itu menenangkannya. Apapun mimpi buruk yang dialami Ahra, ia hanya berharap tidak akan berdampak pada keadaan dan kondisi Ahra.

Tapi lama kelamaan isakan Ahra makin keras hingga kemudian menangis pilu, tersedu-sedu, yang akhirnya berubah jeritan histeris. Pelukan Ahra terlepas, gadis itu kini menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Sstt… sayang, Ahra, buka tanganmu,” bujuk Hyun-Woo. “Tenanglah, tidak terjadi apa-apa. Aku disini bersamamu. Sayang.. ”

Ahra masih menangis, masih dengan jeritan yang teredam di balik tangannya.

Hyun-Woo kembali merengkuhnya, mendekap Ahra, dengan setengah berbaring miring menarik Ahra ke dadanya. Hyun-Woo memutuskan menunggu sampai gadis itu tenang ketika dirasanya bujukannya tidak akan berhasil apa-apa. Dan saat jeritan Ahra berganti tangisan yang kemudian isakan sesenggukan, Hyun-Woo menarik tangannya perlahan, menemukan wajah cantik itu memerah dengan mata bengkak dan sembab, penuh dengan luapan emosi.

Sebenarnya apa yang dimimpikan Ahra?

Hyun-Woo mengelus rambut Ahra memberinya ketenangan, mengecup keningnya dengan sayang, membelainya agar terlelap kembali.

“Kau tidak perlu takut, semua baik-baik saja. Dan aku akan selalu bersamamu,” bisik Hyun-Woo.

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

Hyun-Ra mengambil beberapa bantal dan menatanya di ujung ranjang, lalu membantu Nyonya Shim berbaring di sana. Ia menarik selimut hingga ke perut sang ibu kemudian menatapnya dengan teduh.

“Istirahatlah eomma, jangan memikirkan apapun dulu,” kata Hyun-Ra. “Kalau eomma butuh bantuan, aku ada di luar bersama Changmin.”

Pancaran Nyonya Shim begitu lembut ketika melihat perhatian calon menantunya itu, mengulurkan tangannya dan menyentuh lengan Hyun-Ra.

“Aku harus secepatnya melanjutkan rencanaku untuk pernikahanmu dan Changmin. Lagipula itu tidak membuatku lelah, Hyun-Ra, justru aku akan senang kalau bisa secepatnya menjalankan apapun yang aku rencanakan.”

Hyun-Ra menggeleng. “Tidak, eomma, lupakan dulu soal itu. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan eomma. Eomma masih terlihat lemas.” Hyun-Ra mengelus tangan Nyonya Shim di lengannya. “Kalau nanti eomma sudah pulih dan sehat, eomma boleh melakukan apapun yang eomma inginkan, kami tidak akan melarang eomma.”

Nyonya Shim mendesah murung, menyerah. “Baiklah, eomma akan tunda dulu.”

Hyun-Ra tersenyum. “Kalau begitu sekarang eomma tidur ya, perjalanan tadi pasti cukup membuat eomma lelah.”

Changmin melihat semua itu dari celah pintu yang terbuka. Sedari tadi ia berdiam di sana, urung memasuki ruangan ketika mendapati Hyun-Ra berada di dalam, membantu ibunya, begitu baik dan perhatian dengan tatapannya yang seolah menganggap ibunya seperti ibunya sendiri. Hati Changmin seketika memanas, begitu sakit menyadari ia tidak akan bisa lagi menyatukan ibunya dan Hyun-Ra sebagai pasangan mertua dan menantu. Harapan dan rencana itu sudah hancur, seperti hatinya yang kini sudah menjadi serpihan-serpihan kecil, hancur lebur dengan kegagalannya. Ia tidak bisa memikirkan perempuan lain selain Hyun-Ra, semua yang ia inginkan ada pada Hyun-Ra, dan ia hanya mau Hyun-Ra. Kenapa begitu sulit meraih gadis itu?

Pandangan Changmin mengamati ibunya yang begitu pucat dan tampak lemah. Ia mengusap wajahnya dengan frustasi. Haruskah ia mengungkapkan batalnya menikah dengan Hyun-Ra dan membuat ibunya kembali jatuh sakit? Padahal perkataan Changjo waktu itu masih terngiang-ngiang di benaknya. “Dokter bilang, kalau tadi terlambat sedikit saja eomma mungkin tidak bisa diselamatkan.” Ya Tuhan… Ia tidak ingin kehilangan ibunya, dan ibunya itu terlalu rapuh untuk mendengar kabar menyakitkan darinya.

Lalu, didorong oleh cintanya pada Hyun-Ra yang begitu menyiksa, ditambah dengan ketakutannya akan terjadi hal-hal buruk pada ibu yang disayanginya, tekad Changmin menyala dan ia mengambil sebuah keputusan.

Ia akan mempertahankan Hyun-Ra.

Persetan dengan siapa ayah dari bayi yang dikandung Hyun-Ra, ia tidak perduli, dan ia bahkan sudah menerima dengan ikhlas apapun keadaan Shin Hyun-Ra.

Changmin berbalik dan menuruni tangga, menghampiri Kyuhyun yang sedang mengobrol dengan ayahnya.

“Kyu, aku ingin bicara. Temui aku di teras belakang.” Changmin berlalu dan pergi lebih dulu ke tempat yang disebutnya.

Kyuhyun mengernyit. Apa yang ingin dibicarakan Changmin? Dia terlihat begitu serius.

Ia kemudian menatap Tuan Shim.

“Aku temui Changmin dulu, appa, mungkin dia ingin membicarakan masalah kantor.”

Tuan Shim mengangguk. “Ya, kyu, silahkan.”

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

“Aku berpikir untuk membiarkan Eomma meneruskan apapun rencana yang sedang dibuatnya,” Changmin bergumam pelan, bersandar disalah satu pilar teras halaman belakang rumahnya. “Aku tidak bisa mengecewakan Eomma yang bisa saja berakibat fatal dan mengganggu kesehatanโ€””

“Maksudmu kau akan memaksa Hyun-Ra menikah denganmu?” sela Kyuhyun, tubuhnya tegak, tegang, tidak lagi serileks sebelumnya. Ia bersandar di pilar lainnya. “Kurasa kau tidak cukup bodoh untuk mengingat kalau Hyun-Ra hamil dan kami memutuskanโ€””

“Yaโ€”aku tahu,” sahut Changmin. Keadaannya sekarang keduanya saling memotong ucapan masing-masing sebelum mencapai akhir. Changmin mendesah, kali ini memalingkan wajah ke sampingโ€”ke arah pot-pot bunga yang berjejer rapi demi menghindari menatap wajah merah padam Kyuhyun. “Tapi aku bahkan mulai sangsi mempertaruhkan nyawa Eomma untuk semua ini. Terlalu banyak perempuan yang mengejarmu untuk bisa membuatmu merasa merana ditinggalโ€””

“Hyun-Ra mengandung anakku,” desis Kyuhyun.

“Aku tahu.”

“Dan bagaimana kau bisa berharap aku akan melepaskannya?”

Kali ini Changmin menatap Kyuhyun. “Well, rasanya tidak akan sulit menganggap anak Hyun-Ra sebagai anakku.”

“Jangan gila kau. Ini tidak seenteng yang kau pikir, Shim Changmin.”

“Dan ini juga tidak semudah yang kau inginkan, Cho Kyuhyun. Ada eomma yang harus kita pikirkan disini. Cintamu atau nyawa eomma?”

Kyuhyun tergelak sinis, pandangannya begitu dingin dan menusuk. “Ternyata kau tidak seperti yang kupikirkan. Kau menyelinap dan mengambil kesempatan disini. Harusnya aku menyadari rencana busukmu dari awal.”

Changmin tak mengubris, ia menegakkan tubuhnya, dengan tekad yang mendera-dera ia menatap Kyuhyun lekat-lekat, lama, sadar emosi Kyuhyun begitu membara. “Aku tidak akan mengubah keputusanku. Nyawa Eomma ditangan kita.” lalu ia beranjak dari tempatnya, berlalu meninggalkan Kyuhyun yang membeku bagai patung berhala yang menguarkan kobaran amarah.

Shin Hyun-Ra hanya miliknya! Dan gadis itu hanya akan bersamanya. Ia tidak rela ada pria lain mengklaim anak di perut Hyun-Ra sebagai anaknya. Mereka berdua hanya miliknya, milik Cho Kyuhyun!

Tersadar dengan semua bisikan hatinya, Kyuhyun bergegas mengejar Changmin yang sudah berlalu kemudian meraih bahunya, mendorongnya ke tembok.

“Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Hyun-Ra, Changmin. Sadarlah, dia sedang mengandung, dan itu adalah anakku!”

Changmin menepis tangan Kyuhyun kemudian balas mendorongnya.

“Tapi maaf Kyuhyun, aku tidak bisa menurutimu. Kau cari saja perempuan lain dan biarkan Hyun-Ra bahagia bersamaku.”

“Brengsek!” Kyuhyun hendak melayangkan kepalan tangannya tetapi terdengar suara Min-Ah dari ujung lorong.

“Oppa!!” Min-Ah berlari ke arah mereka. “Apa yang kalian lakukan!!”

Tangan Kyuhyun turun perlahan, ia menatap garang kepada Changmin, mengabaikan Min-Ah.

“Dengar, kau boleh berencana merebutnya dariku, tapi aku akan mempertahankannya sekuat tenaga, memastikan usahamu hanya akan sia-sia,” desisnya disela gertakan giginya. “Dan jangan lupakan satu hal, Shin Hyun-Ra hanya mencintaiku, hanya aku, tidak dirimu atau siapapun.” Kyuhyun kemudian berlalu pergi meninggalkan Changmin. Meski wajahnya membara penuh amarah, tapi ia cukup sadar menahan diri untuk tidak pergi dari rumah itu. Ada Nyonya Shim yang masih membutuhkannya.

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

Sore harinya semua keluarga berkumpul di ruang santai. Changsunโ€”saudara tertua Changmin baru saja pergi setelah menjenguk ibunya yang baru keluar rumah sakit, meminta maaf tidak bisa lama karena masih harus mengurus masalah rumah tangganya yang belum selesai, sekaligus meminta maaf karena tidak bisa menemani ibunya ketika di rumah sakit.

Ruang santai itu berbentuk melingkar, dengan Changjo dan Min-Ah duduk di ujung kiri berdekatan dengan Tuan Shim, Kyuhyun di samping Nyonya Shim, sementara Changmin dan Hyun-Ra berada di seberang lainnya. Di hadapan mereka menyala sebuah televisi besar yang menempel di dinding, menampangkan gambar-gambar gaun pengantin beserta cincin pasangan yang semuanya terlihat memukau. Nyonya Shim memencet remote control menunjukkan satu persatu setiap gambar itu.

“Hyun-Ra, pilihlah mana yang kau suka. Eomma ingin gaun dan cincin serta semua persiapan sesuai keinginanmu.”

Changmin mendekat dan memeluk pinggang Hyun-Ra.

“Pilihlah sayang, kau tinggal tunjuk mana yang kau mau,” kata Changmin dengan mesra.

Hyun-Ra seketika gugup dan ia melirik Kyuhyun, menemukan pria itu tengah menatapnya dengan tajam, sinis, dengan rahangnya yang mengeras seperti menahan ledakan emosi. Ia tahu Kyuhyun marah dan cemburu. Tapi ia harus apa? Kyu… aku harus bagaimana sekarang?

“Hyun-Ra?” panggil Nyonya Shim karena Hyun-Ra diam saja dan hanya menatap Kyuhyun. “Hyun-Ra, apa gaun-gaun ini tidak ada satupun yang kau suka?” tanya Nyonya Shim lagi.

Hyun-Ra tersadar lalu menggeleng dengan gugup. “Bโ€”bukan eomma, gaun-gaun itu sangat bagus, semuanya indah.”

“Kalau begitu, kau pilih yang mana? Eomma akan memesan gaunnya langsung ke Paris.” Nyonya Shim mengganti-ganti layar televisi lagi agar Hyun-Ra lebih jelas.

Hyun-Ra menatap gambar-gambar di sana, mengamati setiap gaun yang tampak luar biasa indahnya. Kalau saja untuk pernikahannya dengan Kyuhyun, ia pasti sudah memilih dengan bahagia. Tapi sekarang, tidak ada yang bisa ia lakukan selain ia harus benar-benar memilih.

“Aku… pilih yang nomor tujuh, eomma,” jawabnya. Ia melirik Kyuhyun lagi, dan sekarang pria itu tidak lagi menatapnya, hanya memandang dingin ke arah layar.

Gambar itu kemudian berhenti pada nomor tujuh, sebuah gaun putih dengan taburan kristal di bagian pinggang membentuk sabuk kecil yang manis, menjuntai dan memanjang di belakang.

Nyonya Shim tersenyum. “Ini juga salah satu yang eomma suka, simple tapi elegan.” Kemudian Nyonya Shim menatap ke semua orang yang ada. “Dan eomma sudah menentukan tanggal pernikahan, seminggu lagi.”

Hyun-Ra tertegun, begitupun Changmin, terlebih Kyuhyun.

Seminggu lagi?

“Kalau lusa eomma kuat, kami akan menemui bibi dan kakakmu, Hyun-Ra, untuk memberitahukan kabar gembira ini. Syukur kalau mereka setuju.” Nyonya Shim tersenyum, menatap Hyun-Ra dengan lembut. “Eomma ingin kalian cepat menikah, supaya eomma bisa cepat menimang cucu. Benar kan, yeobo?” tanyanya, beralih menatap Tuan Shim meminta persetujuan.

Tuan Shim mengangguk. “Eomma kalian benar, lebih cepat lebih baik. Kalau kalian sudah saling mencintai, apalagi yang harus ditunggu?”

Aku hanya mencintai Kyuhyun… batin Hyun-Ra merintih dan ia menunduk.

Changmin tersenyum. “Masalah cucu appa dan eomma tidak usah khawatir, kami pasti akan segera memberikannya. Iya kan, sayang?” tanyanya pada Hyun-Ra, dengan sengaja mencium mesra pelipis gadis itu. Hyun-Ra terkejut, ia kembali melirik Kyuhyun dan pria itu tampak merah padam sekarang. Hanya sekejap, dan pria itu kembali ke arah layar.

“Iโ€”iya… benar.” Hyun-Ra balas tersenyum, meski dipaksakan, meski hatinya terasa kacau.

Semua ini sungguh begitu menyesakkan.

Dan Changmin benar-benar ingin berperang dengannya, Kyuhyun menggeram dalam diam, ia seperti akan mati perlahan menahan tumpukan emosinya. Demi apapun, kalau Changmin memang menginginkan pertikaian, maka ia akan melawannya dengan kekuatan penuh.

Changjo dan Min-Ah hanya diam saja di ujung sana, mengerti dengan situasi yang sebenarnya, kepura-puraan mereka.

Dan bagaimana jika nanti ibu mereka tahu dengan sandiwara yang mereka jalani untuk membohonginya? Bisakah sang ibu memaafkannya? Melupakan kekecewaan dan menerimanya? Atau, mampukah ibu mereka mendengar kebenaran itu tanpa mengganggu kesehatannya?

Ketika semua orang sudah membubarkan diri, Hyun-Ra berjalan ke arah dapur hendak meminta pelayan membuatkannya teh mint. Kepalanya mulai pusing sudah sejak kumpul keluarga tadi dan perutnya juga terasa bergolak, mual. Hyun-Ra memegang kepalanya ketika denyutan ngilu itu kembali menyerang. Ia berpegangan pada tembok, berjalan perlahan dan tiba-tiba Kyuhyun dan Changmin berlari ke arahnya dengan panik.

“Hyun-Ra?” ucap mereka bersamaan. Keduanya saling tatap, dengan pancaran yang sama-sama dingin, tidak menyangka mereka mendekat bersamaan.

“Sayang, apa kau baik-baik saja? Kau pusing?” tanya Kyuhyun, pria itu terlihat begitu cemas.

“Kalau kau tidak kuat berjalan, biarkan aku menggendongmu,” timpal Changmin tak kalah cemasnya.

Kyuhyun melayangkan tatapan geramnya, sementara Changmin membalas tatapannya dengan garang.

“Aku… tidak apa-apa, hanya pusing dan mual,” keluh Hyun-Ra. Ia menyadari aura tantangan di antara kedua pria itu. “Kalian tidak usah khawatir, aku baik-baik saja dan kalian bisa meninggalkanku.”

“Mana mungkin?” tanpa sadar Kyuhyun dan Changmin kembali berucap bersamaan. Kyuhyun menatap sinis. “Bisakah kau pergi dan tidak usah ikut campur dengan keadaan Hyun-Ra? Dia tanggung jawabku.”

“Dia tunanganku, Kyuhyun, apa kau lupa?” balas Changmin. “Kami akan menikah dan seharusnya menjadi urusanku apapun keadaan Hyun-Ra.”

“Jangan menantangku, Changmin,” Kyuhyun mendesis. “Dia milikku.”

Tetapi Changmin tersenyum meremehkan. “Dia milikku, bukan milikmu lagi.”

“Cukup!!” Hyun-Ra menjerit lemah. Ia merasa kepalanya semakin berdentam sakit. “Aku bisa mengurus diriku sendiri dan kalian tidak perlu bertengkar.” Ia menatap Changmin. “Aku harus pulang dulu, kepalaku sakit, sepertinya aku butuh tidur.”

“Tidak,” Changmin menggeleng. “Kau calon istriku dan kau bisa tinggal disini semaumu. Ayo, aku akan tunjukkan kamar untukmu.” Changmin meraih Hyun-Ra hendak merangkulnya, tetapi Kyuhyun menepisnya dengan kasar.

“Jangan sentuh dia,” geram Kyuhyun, matanya menyala. “Dia akan pulang ke rumahku, tidak kemanapun.”

Changmin mengernyit tidak setuju. “Mungkin kemarin masih kubiarkan kau membawanya, tapi sekarang tidak lagi, Kyuhyun. Dia calon istriku dan disinilah tempat dia seharusnya.”

Hyun-Ra menoleh kaget, gerakannya tampak begitu lemah, menahan sakit di kepalanya yang semakin berdenyut-denyut.

“Apa ini, Changmin? Bukankah semua ini hanya pura-pura? Hanya untuk di depan eomma?”

“Tidak, Hyun-Ra, aku berubah pikiran. Aku tidak akan merelakanmu kepada siapapun.”

“Biadap,” desis Kyuhyun. “Kau ternyata berniat menusukku pelan-pelan, Shim Changmin?”

Mata Hyun-Ra mulai berkunang-kunang, pusingnya tidak tertahankan.

“Ya. Terserah apapun sebutanmu, aku tidak akan mengubah keputusanku.” raut Changmin penuh tekad.

Dan saat itulah Hyun-Ra sudah benar-benar tidak tahan dengan pening di kepalanya. Tubuhnya lunglai dan dia jatuh pingsan. Kyuhyun dengan sigap merengkuhnya.

“Hyun-Ra? Sayang, bangun,” Kyuhyun menepuk-nepuk pipi Hyun-Ra pelan, menyadari bahwa gadis itu begitu pucat dan terlihat lemah. Seketika Kyuhyun dan Changmin merasa panik dan cemas.

“Lebih baik kita bawa dia ke kamar, sebelum eomma tahu. Aku akan memanggil dokter pribadiku.”

“Tidak. Aku akan membawanya pulang,” tukas Kyuhyun.

“Dan aku tidak akan membiarkan mu.” Changmin bersikeras. “Bisakah kali ini kita bekerja sama?”

“Untuk menguntungkan dirimu sendiri?” Kyuhyun tersenyum sinis. “Aku tidak akan terbodohi lagi olehmu, Shim Changmin.” Ia kemudian mengangkat Hyun-Ra ke dalam gendongannya, mendekapnya.

Changmin berjengit tidak rela. “Aku tidak akan membiarkanmu membawa Hyun-Ra!” serunya lagi.

Mata Kyuhyun mulai berkilat-kilat. “Jadi kau lebih suka aku membongkar semua ini sekarang juga? Di depan eomma?”

Changmin terhenyak, terdiam.

“Jangan halangi aku atau kerja sama konyol ini berakhir,” ujar Kyuhyun. “Anak, cinta, dan bahkan pikirannya hanya milikku. Kau tidak punya celah untuk memasuki itu semua.” Lalu Kyuhyun melangkah pergi meninggalkan Changmin dengan membawa Hyun-Ra. Bersyukur karena semua orang sepertinya sedang beristirahat, jadi ia tidak perlu repot menjelaskan ini-itu kalau ada yang melihat dan bertanya.

Changmin beranjak dari berjongkoknya, memandang penuh tekad ke arah Kyuhyun yang semakin menjauh.

“Dan aku tidak akan mundur begitu saja, Cho Kyuhyun. Hyun-Ra pasti sudah menjadi milikku kalau kau tidak datang lagi dan mengacaukan semuanya. Aku tidak akan mundur!”

Aku tidak akan mundur!

Tekad itu semakin menyala-nyala di hati Changmin.


To Be Continued…

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ
Oke, sesi curhat dikit lah ya..
Aku ga berharap part kali ini bakalan dapet feel-nya, atau bakalan sesuai dengan harapan kalian.

Dan sorry buat kelanjutan semua ff aku yang lama nongolnya, sibuk banget dan aku sempet berpikir buat nutup aja blog ini, tapi ragu.

Atau ada yang nyangka ff ini udah jadi buku novel?

Itu sih keinginan aku ya

Tapi nyatanya, ff ini terlalu panjang untuk batas minimal halaman yang diharuskan, dan aku udah pingsan di part 5 buat ngedit ulang #lebay

Jadi biarlah ff ini kalian nikmatin di blog aja.

Aku kadang ga peduli ya dengan yang namanya sider, mereka yang baca mau komen atau engga, mau like atau engga, yang penting aku ngisi blog buat ledakin statistik aja. Tapi kadang juga aku ngerasa kesel ama yang namanya sider, semacam mereka gamau ngehargain karya orang. Jadi aku bisa mahamin buat author yang kadang bawel banget masalah sider ampe mereka ngeprotect setiap ff nya.

Dan kalo keselku tiba-tiba datang, gapapa lah ya aku main protect protect juga?

Buat yang emang sering komen, gausah khawatir bakalan sulit dapet pw. Orang baik jalannya pasti mulus kok #apadah

Dan thanks banget buat yang selalu setia baca di blog ini atau bahkan menunggu kelanjutan dari kisah kisahnya. Thanks banget, dan aku usahain terus menulis buat kalian.

โ™ฅ U All ๐Ÿ˜˜

ChoWirfania

25 thoughts on “Revenge And Love – Part 18

  1. seneng banget waktu ada notif Chowirfania’s update
    kan, masalahnya runyam lagi T.T
    Changmin berubah pikiran dan malah jadi rumit begitu ๐Ÿ˜ญ
    Kyuhyun ga terima, Hyu-Ra juga banyak pikiran karena merasa bersalah sama Kyuhyun Changmin
    aku yang baca juga nyesek ๐Ÿ˜ญ
    ditunggu lanjutannya… author-nim, fighting^^

  2. Makin greget lo kenapa semuanya begini sih…kapan berakhirnya dan nyonya shim tau semuanya bukannya jahat dan ngarepin nyonya shim jatuh sakit tapi entah kenapa aku gk suka ama sikap nya changmin udh dibantuin malah ngambil kesempatan, jangan terlalu berbelit kak aku pengen kyuhyun dan hyunra kembali kehubungan normal mereka setelah semua masalah yg terjadi dalam hubungan mereka..

  3. Wah udh ad kmjuan nih. Smg ahra cpt smbuh y.
    Loh kok mkin rumit gni sih,,, ksian hyunra ny. Mn lg hamil,,mlah bnyk pikiran. Smg hyunra n kndungnny gpp y.

  4. Wah udh ad kmjuan nih. Smg ahra cpt smbuh y.
    Loh kok mkin rumit gni sih,,, ksian hyunra ny. Mn lg hamil,,mlah bnyk pikiran. Smg hyunra n kndungnny gpp y.

  5. Duh makin kesini
    Makin runyam deh
    Dgn hyunra n kyu yg serba salah
    Dgn keadaan changmin jg yg makin tergila2 ma hyunra
    Dgn eomma changmin yang harapannya amat besar ke hyunraaaaa

    Kasian deh ama mereka
    Ga kebayang klw semua kebongkar
    Krn ini udh berurusan dgn nyawa

  6. Yaaa changmin bnr2 membuat emosi kyu, apa dia gak sadar low hyunra menderita hrs bersandiwara n berjauhan dg kyu hanya demi ibu changmin. Semoga kyu bisa menemukan jalan keluar utk membuat hyunra terlepas dr sandiwara.

  7. Sya kira ga bakal di lanjut ceritanya tapi akhirnya di lanjut juka , terimakasih udah mau ngelanjutin ๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜ sya slalu menunggu kelanjutanya
    Alur ceritanya makin seru keduanya sama” egois , sama” ingin mempertahankan hyunra tapi kalau boleh hyunra harus nikah sama kyu kan kasian anaknya nanti kalau sampai di jauhkan dngn kyu ,lgian changmin jga harus tau kalau hyunra itu udah cinta mati ama kyu jadi dia yg harus mengalah biarkan hyunra bahagia bersama kyu ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

  8. Sih changmin mah ribet deh. Ngpain sih pke berfikir mau milikin hyun ra sgla. Lpa kli yah klo suh kyuhyun ud bnr2 cinta sma hyun ra dan bgtu jga sblknya. Mlh jdi manfaatin keadaan eommanya yg lgi skit buat dptin hyun ra.

  9. fanfic favorite akhirnya rilis kelanjutannya๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„
    semangat kaka๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช
    .
    Changmin udh memulai perang lgi sama Kyuhyun, dan semoga yg menang Kyuhyun haha๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†
    kembaran cepet sembuh yah *Hyun-Ra*๐Ÿ˜๐Ÿ˜

  10. Changmin kok jdi bgtu sih, jgn pisahin hyunra sma kyuhyun dong, apalagi hyunra sdng hamil ank kyuhyun. Jadi gemes kan bacanya ๐Ÿ˜Š.

    D tnggu sllu klnjutannya ya ๐Ÿ˜Š…

  11. Duuuh makin ribet ni masalah rebutan cewek๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜ฅkyuhyun dengan tekadnya & changmin dengan gigihnya pen rebut๐Ÿ˜‘
    Oppa rebutin gw coba, jiwa jones berontak nih๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚plak
    Ujian cinta kyuhyun hyunra ada2 ajj ya๐Ÿ˜ฃ
    Gw yg baca tiap scrool deg2an sendiri … heboh sendiri๐Ÿ˜†
    Makasih authornim udah lanjutin ni ff๐Ÿ™๐Ÿ˜š aku udah pesimis loh, kirain bakalan di jadiin novel ni cerita & gw ga bakal tau kelanjutan ceritanya gimana๐Ÿ˜ญ terimakasih ๐Ÿ™terimakasih love you๐Ÿ˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜—๐Ÿ˜™๐Ÿ˜š

  12. Duuuh makin ribet ni masalah rebutan cewek๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜ฅkyuhyun dengan tekadnya & changmin dengan gigihnya pen rebut๐Ÿ˜‘
    Oppa rebutin gw coba, jiwa jones berontak nih๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚plak
    Ujian cinta kyuhyun hyunra ada2 ajj ya๐Ÿ˜ฃ
    Gw yg baca tiap scrool deg2an sendiri … heboh sendiri๐Ÿ˜†
    Makasih authornim udah lanjutin ni ff๐Ÿ™๐Ÿ˜š aku udah pesimis loh, kirain bakalan di jadiin novel ni cerita & gw ga bakal tau kelanjutan ceritanya gimana๐Ÿ˜ญ terimakasih ๐Ÿ™love you๐Ÿ˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜—๐Ÿ˜™๐Ÿ˜š

Tinggalkan komentar