Hyun-Ra Loves Story (Part 13)

Hyun-Ra Loves Story (Part 13)

13. Mengejar Penculik

by : @ChoWirfania

🍁🍂

Pada akhirnya setelah bergelut melacak mobil yang membawa Hyun-Ra, anak buah Kyuhyun berhasil mendeteksi keberadaan mobil itu. Kyuhyun langsung mengemudi seperti orang gila, mengabaikan lampu lalu lintas dan selap-selip mobil di depannya, membuat Woo-bin meringis ngeri namun tidak berani mengomel. Dua mobil pengawal mengikuti di belakang, menyamai kecepatan Kyuhyun. Situasi seperti ini—kehilangan istrinya yang ceroboh itu—bahkan jauh lebih menakutkan dari kehilangan semua aset kekayaannya.


Aku tidak menyangka kau mengabaikan laranganku dan bisa sebodoh ini, Hyun-Ra,
pikir Kyuhyun dan tanpa sadar ia mendesiskannya dengan geram. Apa kau tidak memikirkan keselamatanmu? Tidak memikirkan dampaknya bagi diriku? Sepertinya merantaimu di dalam kamar itu jauh lebih benar.

“Jangan berpikir untuk menghukum istrimu, Kyu,” Woo-bin berkomentar. “Banyak yang salah di sini, yah, aku tahu, dan itu terutama aku.” Ia melirik Kyuhyun dan ekspresi sahabatnya itu cukup mengerikan, emosi terus terkumpul di wajahnya yang keras, seakan setiap mil perjalanan semakin mengundang amarahnya.

Kyuhyun diam.

Dan Woo-bin tahu Kyuhyun masih marah kepadanya. Sedari mansion pria itu memang terus mendiamkannya.

“Perempatan depan anda belok kanan, Tuan.” Instruksi itu terdengar dari monitor di atas dashboard, suara pengawal di mobil belakangnya. “Lima kilometer lagi, Tuan, mobil itu tidak sedang bergerak.”

“Pantau terus dan jangan sampai kehilangan jejak.”

“Saya siap, Tuan.”

Sejenak monitor itu mengeluarkan suara gemerisik sebelum kemudian senyap. 5 kilometer lagi, Kyuhyun menekan pedal gas menambah kecepatannya.

Detik-detik sepanjang jalan begitu menegangkan bagi Kyuhyun, amarah dan rasa cemas seakan menyatu untuk membunuhnya. Demi Tuhan, istrinya hilang dan seorang lelaki menculiknya! Seorang lelaki! Jantung Kyuhyun berjengit… Kalau sampai Hyun-Ra tersentuh sedikitpun… Atau ia tidak bisa menyelamatkannya dengan cepat… Kyuhyun mengerang frustasi dan memukul setir dengan marah, mengenai klakson yang langsung berbunyi nyaring.

“Ya Tuhan! Kendalikan emosimu Kyu, kau sedang mengebut!” Woo-bin meringis ngeri melirik jarum spidometer yang berdiri lurus di piringan, beralih ke wajah Kyuhyun yang terlihat begitu tersiksa. “Kau sedang tidak tenang, lebih baik aku saja yang menyetir.”

“Tidak.”

“Tapi kalau kau memaksakan kau bisa—”

“Aku bisa sendiri!”

Woo-bin mendesah, lalu mengangguk memutuskan menyerah. Kyuhyun sedang kehilangan istrinya dan Woo-bin memaklumi setiap emosi sahabatnya itu.

Kyuhyun kembali fokus pada jalan, mendengarkan setiap informasi dari anak buah di belakangnya. Dalam benak memikirkan hal terkeji apa yang akan ia lakukan pada lelaki yang sudah lancang membawa istrinya itu, sesuatu yang mungkin lebih menyakitkan dari ketika kulitmu dikupas hidup-hidup.

Ketika Kyuhyun berhenti di sebuah rumah hijau yang cukup mewah sesuai instruksi dari anak buahnya, ia langsung melihat mobil merah itu berada di sana, seolah berdiri menantang dan menyambut kedatangannya.

Kyuhyun mengerut gusar, tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Ia berbalik ke arah pengawal yang sudah berbaris di belakangnya. “Cepat periksa rumah itu,” perintahnya.

Mereka langsung bergerak dengan halus, seolah sudah terlatih, melakukan sesuatu pada lubang pintu dan membukanya dengan mudah. Kyuhyun menunggu dengan penuh ketegangan, sementara Woo-bin di sampingnya berdiri antusias dan was-was, berharap mereka tidak akan sia-sia atau kalau tidak ia akan merasa lebih bersalah lagi. Shin Hyun-Ra harus selamat dan baik-baik saja.

Beberapa saat kemudian seorang pengawal keluar.

“Tuan Cho, kami menemukan seseorang di dalam rumah. Tapi kami tidak melihat adanya Nyonya Cho di dalam.”

Kyuhyun dan Woo-bin langsung menghambur memasuki rumah itu. Mata Kyuhyun berkilat-kilat ketika mendapati bahwa orang itu adalah Park Tae Jun, terlihat tak berdaya dalam cengkraman dua pengawalnya dengan keadaan tangan terikat ke belakang. Jadi benar-benar ada hubungannya lelaki ini dengan penculikan istrinya? Kyuhyun sudah bersiap merangsek maju tetapi Woo-bin menahannya.

“Tunggu Kyu, tahan emosimu.” Woo-bin memegang bahu Kyuhyun tetapi pria itu menepisnya. Kyuhyun sudah menahan-nahan amarahnya, terlalu menumpuk, hingga membuatnya tak bisa terkendali lagi. Ia mendekati Tae Jun dan mencengkram kuat kerah kemejanya. “Dimana istriku?” desisnya.

Awalnya Tae Jun merasa bingung, namun kemudian memahami sesuatu dan kekhawatiran menerpanya dengan firasat buruk tentang Hyun-Ra. “Ada apa dengan Hyun-Ra? Dia kenapa?” Tae Jun tidak bisa menyembunyikan nada cemasnya. Park Daewoon, sepupunya yang psycho itu pasti sudah melakukan sesuatu di luar dugaannya.

Kyuhyun menghantam wajah Tae Jun, nada bicaranya yang seolah sedang menanyakan kekasihnya membuat Kyuhyun tidak bisa menahan kepalan tangannya. Tae Jun ambruk. Tetapi Kyuhyun menariknya berdiri lagi. “Katakan dimana istriku. Mobil yang membawanya jelas ada di depan. Aku bisa menembak kepalamu dengan keji kalau kau bermain-main dengan emosiku sekarang.”

Tae Jun meringis dengan cengkraman Kyuhyun di lehernya, tapi tidak cukup takut dengan ancamannya. Beberapa waktu tadi ia memang mendengar ada mobil yang datang lalu kemudian mobil lain melaju keluar pekarangan. Tae Jun langsung menyadari, Daewoon membawa Hyun-Ra dan berusaha mengecoh Kyuhyun dengan berganti mobil dan mengelabui mereka.

Ya Tuhan, Shin Hyun-Ra! Dan sepupunya yang sakit jiwa itu berbahaya! Tae Jun semakin cemas. Ia tidak bisa membayangkan Hyun-Ra celaka di tangan Daewoon. Ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan perempuan yang dicintainya itu.

Ekspresi cemas Tae Jun tertangkap Kyuhyun dan pria itu lebih kalap lagi, menghantam wajah dan perut Tae Jun hingga kembali ambruk.

“Cukup Kyu,” Woo-bin mendekat dan mencegah Kyuhyun yang sudah merunduk hendak meraih Tae Jun. Emosi menguasai Kyuhyun dan sahabatnya itu tak terkendali. Tae Jun benar-benar bisa mati kalau Woo-bin membiarkannya. “Dia terikat dan kurasa dia tidak ikut andil dalam membawa istrimu. Kalau kau membunuhnya kita tidak akan mendapatkan informasi apa-apa darinya.”

Kyuhyun akhirnya diam. Matanya menyala dan wajahnya merah padam karena amarah.

Woo-bin menyorot Tae Jun yang tak berdaya di lantai. “Hyun-Ra hilang,” tukasnya. “Seorang lelaki membawanya dan kurasa kau tahu sesuatu tentang lelaki itu.”

“Aku tahu.” Tae Jun menjawab di tengah kesusahannya karena masih terikat. “Park Daewoon, dia sepupuku dan dia psycho.”

Woo-bin tertegun. “Apa?? Psycho?” Lelaki psycho? Bahkan raut Kyuhyun di sampingnya perlahan-lahan memucat, terlihat tegang dan tersiksa. Demi apa, istrinya sekarang sedang bersama lelaki psycho?

“Ya. Lelaki itu sakit jiwa. Hyun-Ra dalam bahaya kalau Daewoon sudah berhasil membawanya.” Tae Jun meringis khawatir mengingat Hyun-Ra yang lembut. Ia memang membenci Kyuhyun, sakit hatinya masih panas membara. Tetapi kalau masalahnya seperti ini, tidak ada pilihan lain kecuali ia harus membantu mereka menyelamatkan Hyun-Ra. “Aku minta maaf,” lanjutnya. “Mungkin semua berasal dari kesalahanku. Tapi aku akan membantu mencari Hyun-Ra. Aku tidak akan membiarkan Hyun-Ra celaka di tangan Daewoon, aku tidak rela.”

“Berhenti berkata seolah Hyun-Ra adalah kekasihmu, Park Tae Jun,” Kyuhyun mendesis geram. “Dia istriku.”

“Aku tahu, Cho Kyuhyun. Tapi apa salah kalau aku mencintainya?” Perasaannya pada Hyun-Ra sudah cukup menyiksa, dan Tae Jun tidak takut mengatakannya pada Kyuhyun. Kalaupun ia harus mati karena mencinta, tidak apa-apa, ia rela. “Aku mencintainya, dan aku ingin Shin Hyun-Ra bersamaku.”

“Brengsek!!” Kyuhyun meraih pistol dari saku mantelnya dan mengarahkannya ke kepala Tae Jun.

“Tahan Kyu, hentikan!” Woo-bin berseru lagi. “Kita masih membutuhkannya. Lebih baik kita cepat mencari Hyun-Ra dan jangan membuang waktu.”

Kyuhyun menyorot Tae Jun dan ekspresinya masih penuh tekad untuk membunuh. Tetapi perlahan-lahan ia menurunkan tangannya, membebaskan Tae Jun.

“Mobil apa yang digunakan lelaki itu sekarang?” Woo-bin menatap Tae Jun. “Kami butuh untuk melacak keberadaannya.”

Dari suara mobil yang didengar Tae Jun beberapa waktu lalu, Daewoon membawa mobilnya sendiri. “Mobil hitam,” cetus Tae Jun. “Plat nomornya 9142.”

Woo-bin berbalik ke arah anak buah Kyuhyun. “Lacak nomor plat itu.”

Pengawal Kyuhyun langsung bekerja. Dan tidak butuh waktu lama pengawal itu melaporkan hasil pencariannya.

“Posisi terakhir mobil berada di pinggir kota menuju utara, Tuan. Tapi koordinat tidak akurat, posisi mobil menghilang seketika.” Pengawal itu menjelaskan, meringis mendapati raut tuannya lebih tersiksa lagi. “Sepertinya pelaku memotong kabel aki atau mungkin mobil itu memasuki daerah susah signal.”

Raut Kyuhyun semakin tegang, seperti benang yang ditarik kuat-kuat dan siap putus. Pria itu tidak mengeluarkan suara lagi dan langsung berlari keluar.

“Kyuhyun!” panggil Woo-bin, merasa khawatir. Ia berlari menyusul Kyuhyun namun berhenti di pintu, berseru pada para pengawal. “Lepaskan ikatannya dan bawa dia.”

🍁🍂

Mobil hitam itu masih melaju mulus dan tenang tapi tidak mengurangi kecepatannya. Hyun-Ra melirik lelaki di sampingnya yang terlihat mengerikan—yang sesekali menatapnya seperti ingin menyantapnya bulat-bulat. Hyun-Ra bahkan perlu menyadari berkali-kali bahwa dirinya sekarang sedang diculik, oleh seorang lelaki yang ia tidak tahu siapa.

Perjalanan mereka sudah tertempuh beberapa jam, Hyun-Ra tahu ia sudah begitu jauh dari Kyuhyun dan lelaki itu belum menunjukkan tanda-tanda akan membawanya kemana. Bagaimana kalau dia adalah seorang lelaki gila yang nantinya akan berujung membunuhnya? Kalau begitu apa bedanya dengan ia mati di bawah kuasa Cassandra, jika akhirnya tetap terpisah dari Kyuhyun?

Semakin lama mobil itu mulai meninggalkan pusat kota, melewati jembatan Soun dengan jalanan membentang ke utara, gedung-gedung tinggi yang mereka lalui semakin jarang, memasuki jalanan yang lebih kecil dan melewati rumah-rumah yang kemudian semakin menipis. Hyun-Ra melihat hutan di kanan-kirinya, menyelimuti kedua sisinya, bagai dinding berlumut ketika mobil itu melintas cepat. Hyun-Ra mencoba memutuskan untuk bertanya atau tetap berdiam ketika Daewoon tiba-tiba membelok ke jalanan tak beraspal, redup dengan sinar matahari terhalang dedaunan yang menyelimuti dan pohon-pohon merunduk di sisi kanan-kiri. Kemudian, setelah beberapa mil, hutan mulai menipis berganti padang rumput kecil, lalu mobil itu memasuki pekarangan dengan sebuah rumah besar berdiri di sana. Hyun-Ra bergidik ngeri saat tersadar tempat ini begitu jauh dari keramaian, seolah jauh dari kehidupan, dengan rumah itu berdiri sendirian. Tempat itu memang cukup tenang, tapi terlalu sepi.

Mesin mobil mati, dan perlahan-lahan Daewoon memposisikan tubuhnya menghadap Hyun-Ra yang ketakutan.

“Kau suka tempat ini?” suara Daewoon terdengar lembut. Hyun-Ra diam, ia hanya ingin pulang dan bertemu suaminya. “Kau lihat itu,” Daewoon menunjuk taman bunga yang berada di samping rumah, tampak indah dan terawat. “Kau pasti akan suka berada di sana. Sekarang di sini akan menjadi tempat kita berdua dan tidak akan ada yang bisa mengganggu kebahagiaan kita.”

Hyun-Ra bergidik.

“Kenapa kau membawaku kemari? Aku ingin pulang. Tolong lepaskan aku. Suamiku pasti mencariku.”

Dahi Daewoon berkerut. “Suami?” ucapnya lambat-lambat. Seolah Hyun-Ra telah salah bicara, raut lelaki itu seketika barubah. Pancaran kelembutannya lenyap dan telengan kepalanya seperti akan menyengat Hyun-Ra dengan racunnya. “Kenapa kau mengatakan itu di depanku, sayang?” Tangan Daewoon tiba-tiba gemetar, ia menggerak-gerakkan kepalanya perlahan seakan sedang melenturkan otot-ototnya yang tegang, dan kemudian merunduk cepat ke arah Hyun-Ra hingga gadis itu memekik kaget. “Aku yang sekarang suamimu, kau dengar? Jangan sekalipun menyebut pria lain lagi di hadapanku.” Daewoon membelai pipi Hyun-Ra dan gadis itu memejamkan matanya, mundur takut-takut. “Sudah kubilang lupakan orang-orang itu, tidak ada orang lain, hanya aku dan kau, kita berdua, di dunia kita yang indah ini.” Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya dan Hyun-Ra berpaling ngeri, mengendus pipinya seakan ingin menjilatnya. Dia berbisik, “Cantikku, ayo kita turun. Kau harus lihat bagaimana rumah kita yang sudah kupersiapkan untukmu, untuk dunia kita berdua.” Daewoon menyeringai menjauhkan tubuhnya dan Hyun-Ra bernapas lega.

Lelaki itu keluar dari mobil dan membukakan pintu Hyun-Ra.

Adakah yang akan menolongnya terlepas dari lelaki ini? Hyun-Ra ingin menangis dan menyesali semua larangan Kyuhyun yang dianggapnya berlebihan. Sekarang suaminya itu pasti panik dan kerepotan mencarinya. Paling tidak, kalau Tuhan masih berpihak padanya, ia bisa mencari cara untuk menggunakan ponsel dan memberi petunjuk pada Kyuhyun. Tidak ada gunanya ia berlari, tempat ini terlalu jauh, ditambah dengan tubuh kecil dan lemahnya hanya akan membuat lelaki gila itu terpingkal-pingkal lalu dengan mudah menangkapnya kembali. Setidaknya setelah mempelajari dari beberapa saat lalu, menjaga emosi lelaki itu adalah jalan agar dirinya tidak terbunuh dan Kyuhyun tidak akan menderita.

Pintu rumah itu terbuka lebar dengan nuansa hijau tosca yang menghampar di hadapannya.

“Selamat datang di rumah kita, sayang.. ” Daewoon masuk lalu merentangkan kedua tangannya, bentuk penyambutan. Hyun-Ra hanya terpekur, ekspresi Daewoon terlihat seperti berharap Hyun-Ra akan menyukai rumah itu. Sama sekali tidak! Hyun-Ra meringis. Ia hanya ingin pulang dan kembali pada suaminya.

Daewoon kembali membimbingnya masuk dan Hyun-Ra menurutinya.

Ruangan itu sangat luas, tidak ada ruang tamu, tidak ada sofa. Yang terlihat hanya sebuah meja bundar dengan dua buah kursi kecil seperti dikhususkan untuk dua orang… atau sebenarnya Daewoon memang tidak menginginkan adanya tamu? Televisi besar menempel di dinding persis di depan meja itu. Di ujung ruangan sebelah kiri ada sebuah ranjang besar bertengger, dengan taburan bunga-bunga membuat Hyun-Ra mengernyit. Sedangkan di ujung sebelah kanan ada dua ayunan kecil tergantung di penyangga kayu ukiran. Dan semua berwarna hijau tosca. Dalam hati Hyun-Ra tidak habis pikir, penataan ruangan yang benar-benar aneh.

“Bagaimana? Kau suka? Atau kau ingin langsung melihat kamar kita?” suara Daewoon di sampingnya mengejutkannya.

Hyun-Ra harus mencari cara lebih dulu untuk membuka ponselnya. “B—bisakah aku ke kamar kecil sebentar?”

Daewoon mengernyit tidak suka, ia bahkan belum memperlihatkan seluruh isi rumah pada Hyun-Ra. Tetapi akhirnya Daewoon masih mau mengerti untuk mengizinkan Hyun-Ra beranjak dulu.

“Ayo, kuantar,” ucap Daewoon.

Hyun-Ra kembali membiarkan lelaki itu menggandengnya menyusuri lorong. Dalam sekilas Hyun-Ra bisa melihat sudut-sudut rumah itu, ruang makan, dapur, ruangan bunga-bunga, dan terakhir yang ia lihat adalah ruangan yang penuh dengan foto-foto seorang perempuan, tergantung dan menempel dimana-mana. Alis Hyun-Ra berkerut, berlanjut pada detakan jantungnya yang berdebar liar. Foto-foto perempuan itu… Ya Tuhan! Hyun-Ra masih cukup jelas bahwa itu adalah dirinya! Foto dirinya!

“Masuklah, aku akan menunggumu di sini.”

Mereka berhenti di depan pintu toilet. Hyun-Ra masuk dan mengunci pintu rapat-rapat hingga putaran terakhir, takut Daewoon akan menerobos masuk. Ia berdiri di depan cermin, mengacak isi tasnya dengan tangan gemetar dan ponselnya nyaris terjatuh ketika dipegangnya. Ia ketakutan, detik-detik harapannya ia bisa menghubungi Kyuhyun. Tapi ternyata ponselnya sama sekali tidak menampakkan adanya signal. Daewoon pasti sudah memperhitungkan semuanya dengan membawanya ke tempat sunyi ini.

Tanpa tahan Hyun-Ra akhirnya menangis, putus asa, harapannya musnah. Namun tiba-tiba ia melihat ada cahaya dari cermin di depannya, lalu muncul sosok Cassandra di sana. Arwah itu tidak berubah, masih di pakaian putih indahnya dengan wajah cantik dan anggunnya.

“Shin Hyun-Ra.. “ sosok itu bersuara, seperti biasa, memantul dan tidak menyentuh udara. Hyun-Ra terkesiap, terkejut dengan kehadiran Cassandra yang tidak diduganya. Ternyata arwah itu benar-benar masih ada? Tetapi berikutnya Hyun-Ra melihat ada harapan di sana, berharap bisa meminta pertolongan pada Cassandra.

“Cassandra.. ” Hyun-Ra berbisik, jantungnya berpacu. “T—tolong aku… Aku diculik.” airmata Hyun-Ra semakin mengalir. “Aku takut.. ”

“Aku tahu kesulitanmu, Hyun-Ra, aku berhutang budi padamu.”

Hyun-Ra menyatukan kedua tangannya, memohon pada Cassandra.

“Tolong keluarkan aku dari sini… Atau… Tolong beritahu Kyuhyun kalau lelaki itu membawaku kemari.” Hyun-Ra terisak. “Cassandra, kau mungkin harapanku satu-satunya.”

“Hyun-Ra, kenapa kau di dalam lama sekali?” suara Daewoon terdengar dari luar. Hyun-Ra berjengit, was-was, takut Daewoon benar-benar menerobos masuk.

“Berbohonglah,” arwah itu berkata.

Hyun-Ra mengangguk, ia menekan suara gemetarnya. “M—maaf, aku sepertinya masih lama.”

Daewoon terdiam beberapa saat. “Apa kau sakit?”

“I—iya, perutku… sangat mulas. K—kau bisa meninggalkanku dulu.”

“Tidak, aku akan menunggumu di sini. Cepatlah, aku tidak mau kau berlama-lama di dalam.”

Hyun-Ra menggigit bibirnya cemas.

“Katakan sebentar lagi kau akan keluar.” Sosok itu berkata lagi.

Hyun-Ra menurutinya dan menjawab ke arah pintu. Suara Daewoon tidak terdengar lagi, tetapi gesekan di pintu menandakan lelaki itu sedang bersandar di sana.

“Apa yang harus aku lakukan?” Hyun-Ra berbisik, lebih kepada dirinya sendiri. Ia kembali menatap cermin. “Aku takut, aku tidak bisa berpikir sekarang.”

Sosok itu tersenyum lembut. “Cho Kyuhyun sedang mencarimu sekarang dan dia akan menemukanmu.”

“Tapi tempat ini sangat jauh, dia tidak akan menemukanku.” Hyun-Ra menyusut airmatanya. “Tolong aku… Datanglah padanya bagaimanapun caramu.”

Tetapi sosok itu hanya menatapnya sebelum kemudian menghilang dari cermin. Hyun-Ra panik, ia tidak ingin Cassandra pergi dulu.

Dan baru sekarang, untuk pertama kalinya, kehadiran sosok arwah itu begitu diharapkannya.

“Cassandra… ” gumam Hyun-Ra dalam tangis.

“Aku bersamamu, Hyun-Ra.” suara itu menjawab di telinga Hyun-Ra, suara Cassandra.

Hyun-Ra lega. Meski terasa konyol, tapi ia benar-benar berharap pada Cassandra. Walaupun ia tidak bisa membayangkan bagaimana cara Cassandra memberitahu Kyuhyun atau siapapun tentang keberadaannya. Karena sejauh ini hanya dirinya yang bisa berinteraksi langsung dengan sosok itu, tidak untuk Kyuhyun atau yang lainnya.

“Hyun-Ra, cepatlah! Kenapa kau lama sekali?” Daewoon menggedor-gedor pintu.

Hyun-Ra berdebar was-was, lelaki itu memutar-mutar knop pintu dengan tidak sabar. Hyun-Ra membasuh wajahnya lalu beranjak keluar, berhadapan langsung dengan raut Daewoon yang terlihat marah.

“Kenapa lama sekali! Apa yang kau lakukan!”

“M—maaf,” ucap Hyun-Ra. “Aku sembelit.” Ia tidak yakin alasan itu akan Daewoon percaya. Namun lelaki itu kemudian kembali pada senyum lembutnya. Begitu cepat emosinya berubah seperti berkepribadian ganda.

“Apa sekarang kau sudah lebih baik?”

Sama sekali tidak!! Tapi Hyun-Ra mengangguk juga. “K—kurasa begitu. T—tapi mungkin aku akan sering ke kamar kecil.” Ia membutuhkan cermin tentu saja, untuk bertatapan dengan Cassandra.

Daewoon menghirup napas banyak-banyak, seperti baru saja kehabisan udara, mengisi paru-parunya yang kosong. Hyun-Ra mengernyit dengan keanehan Daewoon, lalu merasakan tangan lelaki itu sudah bertengger di pinggangnya, menariknya dan membawanya berjalan.

Hyun-Ra tersiksa oleh perasaan takut dan risihnya, menahan keras untuk tidak menepisnya dengan kasar.

Mereka memasuki sebuah ruangan dan Hyun-Ra langsung syok melihat keadaan di dalamnya. Ruangan ini yang tadi dilihatnya sekilas, sebuah kamar, tetapi yang mencengangkan seluruh dindingnya dipenuhi foto-foto dirinya, tergantung di langit-langit, bertengger di setiap sudut ranjang, juga bertaburan di atas kasur.

“I—ini.. ” Hyun-Ra tidak mampu mengeluarkan suaranya yang gemetar. Ia memperhatikan setiap foto yang ada di sana, kebanyakan diambil beberapa hari yang lalu, Hyun-Ra masih ingat melihat latar atau pakaian yang dikenakannya. Ada juga foto dirinya dengan Kyuhyun, tetapi terbakar di bagian Kyuhyun, atau wajah Kyuhyun teriris, terpotong, dan hanya menyisakan bagian dirinya.

Hyun-Ra membungkam mulutnya menahan pekikan histerisnya, namun tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan perasaan syoknya.

“Ini kamar kita, sayang, kamar pengantin kita.. ” Daewoon mendekap Hyun-Ra dari belakang dan mengecup bahunya. Hyun-Ra terlonjak, refleks melepaskan diri dan menatap takut ke arah Daewoon, waspada.

“A—apa yang kau lakukan? Tolong jangan sentuh aku!” Hyun-Ra mundur, dan Daewoon melangkah mendekatinya. Lelaki itu menyeringai, matanya hitam gelap, meraih foto Hyun-Ra yang tergantung di dekatnya lalu menciumnya, menghirupnya dengan penuh dahaga. Matanya kembali pada Hyun-Ra.

“Jangan takut padaku, sayang.” Nada lelaki itu terdengar lembut, begitu lembut hingga terkesan mengerikan. “Kemari lah, aku akan membuat hidupmu senang, kita akan bahagia bersama di sini.. ”

“Cukup!!!” Hyun-Ra berseru marah, menjerit frustasi. Kalaupun pada akhirnya ia akan mati, lebih baik ia menyulut emosi lelaki itu agar cepat membunuhnya tanpa sempat menyentuhnya. “Berhenti dan jangan mendekatiku!!”

Tetapi Daewoon tidak menurutinya. Langkahnya terus mendekat, mendorong tekad Hyun-Ra untuk kabur dari sana. Ia berbalik dan berlari secepatnya mencari pintu keluar. Ia bisa mendengar tawa membahana Daewoon di belakangnya, menertawakan ketakutannya. Beberapa kali Hyun-Ra tersandung atau bahkan terantuk meja, kemudian terhantam dinding dalam usahanya mencapai pintu. Hyun-Ra meringis menahan ngilu di jidatnya, pasti memar, namun Hyun-Ra mengabaikannya. Tawa Daewoon terdengar dekat dan Hyun-Ra tahu lelaki itu mengejarnya.

“Kau melupakan ini, sayang.” ucapan Daewoon membuat Hyun-Ra berbalik, melihat sebuah kunci menggantung di tangan Daewoon. “Kau tidak akan bisa pergi dari sini, cantikku, aku tidak akan membiarkanmu.”

Hyun-Ra bersandar was-was saat Daewoon kembali mendekatinya. Lelaki itu melangkah lambat-lambat sambil menggerakkan kepalanya seolah melakukan pemanasan untuk kemudian membanting lawannya. Ia menyimpan kembali kunci ke dalam sakunya, menyorot Hyun-Ra seperti sedang menatap makanan lezat.

Hyun-Ra memekik keras ketika gerakan Daewoon begitu cepat hingga sekarang wajah lelaki itu sangat dekat di pipinya, mengendusnya, menghirup aromanya dalam-dalam, seperti pemakai yang menikmati heroinnya. Hyun-Ra memejam kuat, ia memalingkan wajah meringis—nyaris menangis.

“Kau harum.” gumam Daewoon, mengendus bahu dan leher Hyun-Ra. “Dan kau begitu lembut, sayang.” ia menurunkan wajahnya, merunduk dan menyandarkan kepalanya di dada Hyun-Ra. Ekspresinya sekarang seperti anak kecil yang menempel di dada ibunya. Hyun-Ra mulai mengisak.

“Buka matamu, sayang… Kenapa kau tidak mau menatapku?”

“Lepaskan aku!”

“Ssttt,” Daewoon berbisik, menyentuh bibir Hyun-Ra. “Cantikku, tenanglah, tidak akan ada yang mengganggu kita di sini.” Daewoon mengendus lagi. “Sekarang buka matamu, sayang, tatap aku.. ”

Hyun-Ra menggeleng, mempererat pejamannya.

“Buka, sayang.. ” pinta Daewoon lagi.

Hyun-Ra menggeleng makin keras.

Dan Daewoon menegakkan tubuhnya, mulai marah. “Aku bilang buka matamu!!” bentaknya. Hyun-Ra terlonjak kaget, meringis saat Daewoon mencengkram rahangnya, mendongakkannya. “Aku tidak suka kau berpaling tidak mau menatapku! Dan jangan berharap kau bisa lari dari sini, paham?”

Hyun-Ra ingin menjerit dan menangis keras-keras, tapi ia menahannya.

“Buka matamu,” ujar Daewoon, terdengar dingin.

Kali ini Hyun-Ra menurut, membuka matanya dan bertemu pandang dengan mata Daewoon yang hitam pekat. Hampir saja Hyun-Ra kembali memejam sebelum kemudian suara Daewoon mengancamnya. Lelaki itu menempelkan pipinya di pipi Hyun-Ra, menggeseknya perlahan lalu berdiam di posisi itu.

“Aku lebih suka kalau kau penurut dan tidak menentangku, sayang… Kita akan bahagia di sini, kau dengar aku? Kita akan bahagia di sini, di dunia kita berdua.”

🍁🍂

HeeKyu berjalan mondar-mandir di ruangan mansion Kyuhyun sambil menggigit jarinya dengan cemas. Menunggu dengan tidak pasti memang lebih menjengkelkan dari apapun. Ia bahkan lebih senang terjun langsung untuk ikut membantu mencari Hyun-Ra. Dan dari sekian panggilannya pada Woo-bin, pria itu hanya menjawabnya sekali dan itupun cuma menyuruhnya untuk tenang. Bagaimana ia bisa tenang kalau sahabatnya belum diketahui berada dimana, selamat atau tidak?

Pada akhirnya HeeKyu menghempaskan tubuhnya di atas sofa sambil menggerutu jengkel. Ia benar-benar gelisah hanya bisa menunggu seperti ini, cemas sekaligus membosankan. Lama-lama berdiam seperti itu justru membuatnya jadi mengantuk. Ini pasti gegara anggur yang diminumnya tadi, HeeKyu mendesah. Matanya memberat, hingga tanpa sadar tubuhnya bersandar dan ia mulai terlelap.

HeeKyu tidak tahu apa yang dirasakannya. Baru saja terlelap tetapi ia terbangun lagi, matanya tidak lagi memberat seolah ia sudah menghabiskan lima jam waktunya untuk tidur.

Tiba-tiba HeeKyu mendengar sebuah suara dari atas tangga, samar-samar, HeeKyu langsung tegap dan menatap ke arah undakan yang menjurus ke atas. Ia mengernyit sambil menajamkan pendengarannya. Makin lama suara itu makin jelas, seperti suara pijakan kaki yang berjalan di atas pecahan kristal—meski HeeKyu tidak yakin. Bagaimana kalau itu ternyata perampok?

Gadis itu berdiri, sambil berjinjit ia menaiki tangga dan kemudian terdiam di ujung teratas, menyadari bahwa suara itu berasal dari kamar Kyuhyun dan Hyun-Ra. Kali ini ia mulai ragu untuk masuk ke area pribadi tuan rumah itu, tetapi ia penasaran dan harus memastikan suara apa itu sebenarnya.

Ketika sampai di depan pintu kamar Kyuhyun, HeeKyu memutar knop dengan perlahan, melongok ke dalam dan suara itu langsung lenyap. Ia membuka pintu lebar-lebar dan mengamati sekeliling, tak ada apapun yang terjadi di kamar itu, tidak ada pecahan kristal ataupun perampok. Namun samar-samar ia menangkap sebuah gerakan di meja rias ujung sana, terlalu samar hingga HeeKyu hampir tidak melihatnya. Gadis itu mendekat dengan penasaran, alih-alih merasa takut dan lari, ia justru menghampirinya.

HeeKyu terkesiap, langkahnya terhuyung ke belakang dan ia nyaris terjatuh. Di atas meja rias itu ia melihat sebuah pena berdiri dan bergerak sendiri, menyapukan tinta merahnya di buku yang terbuka. HeeKyu memekik syok, dan kakinya tanpa sadar lebih mendekat lagi. Sekarang ia bahkan bisa melihat apa isi tulisan di sana.

HeeKyu…

Namanya tertulis di buku itu. HeeKyu ketakutan.

Pena itu kembali bergerak.

Aku tahu dimana Hyun-Ra berada.

Kali ini HeeKyu terperangah, suaranya bergetar ketika berucap;

“Si—siapa kau?”

Cassandra..

Cassandra? Hantu itu? Jantung HeeKyu rasanya akan melompat keluar. Selama ini ia belum pernah berinteraksi dengan arwah yang mengganggu Hyun-Ra itu. HeeKyu berusaha tenang, atau kalau tidak ia pasti sudah lari terbirit-birit.

“K—kau masih ada?” Pertanyaannya terasa konyol. Tiba-tiba khawatir hantu itu akan memakannya.

Ya.

HeeKyu terdiam.

“K—kau mau apa?”

Pena itu bergerak lagi.

Shin Hyun-Ra dalam kesulitan. Dia ingin agar aku memberitahu keberadaannya pada kalian.

HeeKyu langsung antusias, ketakutannya menguap.

“Dimana Hyun-Ra? Tolong beritahu aku. Dia baik-baik saja? Apa dia terluka?”

Tidak.

HeeKyu mengernyit.

Tapi pena itu menggoreskan tintanya lagi.

Di ujung utara kota
Melewati sungai Soun
Rumah besar dikelilingi padang rumput
Pinggir hutan

HeeKyu langsung tergeragap dan terbangun paksa dari tidurnya, duduk tegap mengamati sekeliling dan sadar ia masih berada di mansion Kyuhyun. Mimpi itu langsung menusuknya, seolah nyata dan baru saja terjadi di hadapannya.

Itu pasti bukan hanya sekedar mimpi, HeeKyu merenung, itu pasti adalah petunjuk dan ia harus segera memberitahu Woo-bin dan Kyuhyun.

🍁🍂

“Posisi masih belum pasti, Kyu, pengawal masih terus melacaknya.” Woo-bin mengamati Kyuhyun dan pandangan pria itu begitu nyalang ke arah jalan, seolah ia sedang mengendarai tank dan ingin melindas setiap mobil yang menghalanginya. Setelah keluar dari rumah Tae Jun, Kyuhyun kembali mengemudi dengan gila. “Aku minta kau tenang, ini di jalan dan kau mengebut.”

Kyuhyun melirik bengis. “Kau memintaku untuk tenang sementara istriku sedang bersama lelaki sakit jiwa? Kau bercanda?”

“Aku tahu kekalutanmu, aku juga mencemaskan Hyun-Ra. Aku cuma minta kendalikan dirimu, kau membuatku khawatir.”

Ekspresi Kyuhyun tidak berubah, ia tidak bersuara lagi dan hanya terfokus pada jalan. Wajah istrinya tiba-tiba menjelma di benaknya, tersenyum cantik melambai ke arahnya. Ia tidak ingin memikirkan raut Hyun-Ra yang mungkin sekarang sedang ketakutan, itu akan lebih menyiksanya. Mengingat itu membuatnya ingin menghantam Woo-bin dan para pengawalnya karena telah lalai menjaga istrinya.

Dan ia tidak menyangka masih sabar pada mereka semua.

Bunyi dering ponsel Woo-bin menginterupsi Kyuhyun. Ia melirik Woo-bin yang merogoh mencari-cari benda itu kemudian kembali ke jalanan. Setidaknya ia harus segera ke utara pinggir kota dulu, sampai mobil penculik itu berhasil dideteksi keberadaannya.

“Kyu,” panggil Woo-bin tiba-tiba. Ia menyodorkan ponselnya pada Kyuhyun. “HeeKyu mengirim pesan, ada petunjuk tentang Hyun-Ra.”

Kyuhyun meraih dan membaca pesan di sana.

Cassandra mendatangi mimpiku, dia memberi petunjuk tentang keberadaan Hyun-Ra. Di ujung utara kota dan kalian harus melewati sungai Soun. Cassandra bilang Hyun-Ra ada di sebuah rumah besar yang dikelilingi padang rumput, di pinggir hutan. Aku tidak tahu benar tidaknya, tetapi aku sangat yakin. Beritahu ini pada Kyuhyun.

“Cassandra?” gumam Kyuhyun, alisnya mengernyit. Arwah itu ternyata masih ada dan sekarang memberi petunjuk?

Dan apakah ia harus percaya pada mimpi HeeKyu itu? Petunjuk awalnya memang sama, pinggir kota bagian utara…

“Lupakan arwah itu dulu, kita tidak punya waktu. Kita harus cepat, Kyu.”

Kyuhyun seperti didorong oleh peringatan Woo-bin lalu dengan kalap menginjak pedal gas, menambah kecepatannya. Ia melirik spion, puas ketika para pengawalnya tetap berada di belakangnya, mampu mengimbanginya menyetir dengan gila.

Lelaki itu begitu jauh membawa istrinya, Kyuhyun menggeram, sekaligus cukup pintar memilih tempat untuknya nanti meregang nyawa.

To Be Continued…

11 thoughts on “Hyun-Ra Loves Story (Part 13)

  1. Bhrap kyu sgra nyelamatin hyunra dr orang gila itu. Ksian hyunra dy pasti takut bgt dsana.
    Tyt msih ada sisi baikny jg si cassandra 🙂
    Ahhh jd pnsrn am next part ny.

  2. Ya ampun plng sedih dgn to be continued di saat yg mendebarkan dan q hrs menunggu berbulan2 demi part selanjutny tor, ber harap kakak autor cantik bermurah hati melanjutkn ff ini dng cepat hahaha penasaran tingkat dewa dgn next part

  3. AkhirY cassandra bs berguna jg buat hyunra, mudah2n kyu woobin bs cepet newmuin hyunra, dsaat lg dag dig dug ga karuan ada bacaan TBC, ngarep bgt next partY cepat dpublish 😀

  4. Moga cassandra gk minta timbal balik akan pertolongannya pada hyun ra ya
    Hyun ra terlalu nekad dna bebal gk mau nurut ama kyuhyun sekarang dia bikin semua orang khawatir

  5. Ayo kyu sgra selamatkan hyun ra, jgn smpe nnti hyun ra knpa2.
    Mkasih juga utk cassandra sdh mmbantu hyun ra, trnyta dia ada baik.y juga…

Tinggalkan komentar