Hyun-Ra Loves Story – Part 4

Hyun-Ra Loves Story (Part 4)

 

 10385278_652243554846568_8251281576585076901_n

 

Created On Jember, 8 Agustus 2014

 

 

 

Ketika kau harus memilih antara hati dan rasa iba, mana yang akan kau pilih?

 

Cinta yang selalu kau nanti, tetapi sempat kau lupakan

Atau cinta yang selalu menyakiti, tetapi kini berubah dan ingin memohon ampunan?

 

 

 

This Story by @ChoWirfania

 

Sebelumnya…

Part 1

Part 2

Part 3


***

 

 

Tae Jun mengemudikan mobilnya dengan kencang dan berkali-kali matanya menatap ke arah Hyun-Ra yang tampak begitu gelisah dari kaca atas kemudi. Tae Jun tersenyum tipis, dalam benaknya selalu menari-nari bayangan dada telanjang Hyun-Ra yang mungkin sebentar lagi akan terpampang jelas di depan matanya. Tanpa sadar Tae Jun menelan ludahnya lapar, merasa tidak sabar untuk menyaksikan langsung pemandangan itu tanpa adanya gangguan apapun lagi. Mata Tae Jun menatap ke arah Hyun-Ra lagi, melihat gadis itu yang kali ini sedang menggigit bibirnya was-was dan Tae Jun mengernyit tidak tenang. Kenapa baru sekarang dia merasa gemas ingin melahap bibir itu? Kenapa baru sekarang dia merasa kalau bibir itu ternyata sangat manis dan cukup mengundang? Kemana saja dirinya selama ini? Bagaimana bisa lekukan indah itu tak pernah disadarinya sejauh ini?

 

Didera oleh perasaan kacau di benaknya Tae Jun lalu berdehem, membuat Hyun-Ra di belakang ikut menatap kaca melihat ke arahnya.

 

“Apa kau haus?” Tae Jun bersuara, tangannya lalu meraih sesuatu dari dalam tas kresek yang tergeletak di kursi sebelah kemudi dan memberikannya kepada Hyun-Ra. Jus gelas. “Minumlah, aku sengaja membelinya di Supermarket tadi.”

 

Hyun-Ra melirik minuman itu sebentar lalu kemudian beralih pada Tae Jun. “Tidak usah, Oppa, aku tidak haus.. “

 

“Minumlah, tidak perlu takut, jus itu aman kok tidak ada racun di dalamnya.” Tae Jun menyunggingkan senyum manisnya, senyum paling manis yang dia punya.

 

Dan Hyun-Ra di sana tertegun dengan ketakutan yang langsung menguap, hatinya berbinar lagi dan perasaan suka yang begitu dalam pada Tae Jun muncul kembali kepermukaan. Setidaknya Tae Jun sudah tidak bersikap sinis lagi kepadanya itu saja sudah cukup. Bukankah seharusnya dia senang? Park Tae Jun, pria yang didambanya selama ini sekarang entah karena angin apa tiba-tiba saja menculiknya untuk membawanya pergi berdua. Ini adalah hal bagus, dan seharusnya dia menikmatinya.

 

Hyun-Ra mengangguk. “Terima kasih Oppa.. ” Dengan gugup dia kemudian meneguk minuman itu, selain karena dia memang haus, dia tidak enak pada Tae Jun jika menolak minuman pemberiannya.

 

Cairan rasa jeruk itu langsung mengalir di tenggorokannya, menyisakan rasa segar di setiap aliran yang di lewatinya, mendinginkan sekaligus melepaskan dahaga. Lalu Hyun-Ra berdiam lagi, menatap Tae Jun sebentar kemudian beralih menatap keluar jendela. Dia takut untuk berbicara, takut salah kata dan membuat Tae Jun tersinggung dan pria itu akan kembali sinis padanya. Dia benar-benar harus menjaga segala-galanya agar acara pergi paksaan ini berujung dengan menyenangkan.

 

Tapi lama-lama berdiam seperti itu membuat Hyun-Ra seketika merasa mengantuk. Berkali-kali dia menguap dan matanya terasa begitu berat. Kantuknya benar-benar tak tertahankan dan diapun jatuh terlelap.

 

 

***

 

 

Kyuhyun menggeram marah di balik kemudi, mencengkram kuat setir dengan tetap tidak mengurangi kecepatan mobilnya. Matanya menyalang garang ke arah mobil di depannya dan dadanya seakan ingin meledak oleh luapan emosi. Park Tae Jun, pria brengsek itu berhasil mendahuluinya membawa Hyun-Ra dan tanpa diduganya sama sekali. Dalam keadaan murka Kyuhyun meraih ponselnya di dalam saku jaketnya, memencet nomer dengan cepat dan berkata langsung saat seseorang di seberang sana mengangkat panggilannya.

 

“Tae Jun membawa Hyun-Ra.”

 

“Apa!!” Suara di sana menjawab seperti terlonjak, suara Woo-bin.

 

Kyuhyun mendengus. “Tidak usah berteriak di telingaku, bodoh!”

 

“Bagaimana bisa? Ah, kau pasti terlalu lelet. Apa yang harus kukatakan kalau sahabatnya itu bertanya?” Nada Woo-bin terdengar panik.

 

“Gadis itu tidak perlu tahu, aku sekarang sedang mengejarnya.”

 

“Jangan sampai kehilangan jejak, Kyu. Kau tahu, Park Tae Jun itu dikenal sebagai penggila seks, jangan sampai Hyun-Ra dibuat macam-macam olehnya.”

 

“Aku pastikan laki-laki brengsek itu akan terbunuh di tanganku kalau sampai menyentuh Hyun-Ra.”

 

Woo-bin terdengar meringis. “Aku tahu kau akan melakukannya. Tapi… Kenapa si Tae Jun itu membawa Hyun-Ra? Bukannya dia itu terlihat begitu anti kepada Hyun-Ra?”

 

Sekali lagi Kyuhyun mendengus. “Jangan banyak tanya kau, kecerewetanmu itu yang membuatku lelet. Yang harus kau lakukan sekarang adalah, pastikan bahwa gadis itu tidak tahu kalau Hyun-Ra dibawa Tae Jun, kepanikannya bisa-bisa semakin mengacaukan semuanya.”

 

“Baik-baik.” Woo-bin menjawab cepat. “Dalam keadaan marah kau terdengar begitu mengerikan, kau tahu!”

 

“Ingat Woo-bin, pastikan gadis itu tidak tahu apa-apa, kau mengerti?” Dan Kyuhyun langsung mematikan sambungannya, mengabaikan dumelan Woo-bin tadi lalu kembali berkonsentrasi pada menyetirnya. Woo-bin benar, Park Tae Jun adalah penggila seks, dan bukan tidak mungkin kalau pria brengsek itu sekarang sedang dalam pikiran kotornya dengan membawa Hyun-Ra pergi.

 

Dengan kekalutan itu Kyuhyun semakin erat memegang setir dan dia menambah kecepatan mobilnya.

 

 

***

 

 

Tae Jun menghentikan mobilnya di sebuah rumah kecil, dengan pekarangan luas dan rumah itu terlihat sendirian tanpa adanya rumah lain di sekitarnya. Mata Tae Jun menatap kaca atas kemudi lagi dan menyadari bahwa Hyun-Ra masih terlelap di sana. Dengan tergesa-gesa dan hasrat yang mulai berkobar dia kemudian keluar dari kursi kemudi, membuka pintu penumpang belakang dan mendapati tubuh Hyun-Ra bersandar lemas dengan kepala sedikit miring.

 

Merasa tak sabar Tae Jun kemudian mengangkat tubuh Hyun-Ra, melangkah lebar-lebar memasuki rumah kecil itu lalu membaringkan Hyun-Ra di atas karpet tebal yang ada di sana. Sejenak Tae Jun mengamati gadis itu, menelusurkan matanya ke setiap lekukan yang masih tertutup kain lengkap dan tanpa sadar dia meneguk ludahnya sendiri. Bagaimana nikmatnya mencicipi tubuh mungil ini? Pertanyaan itu seketika melayang-layang di benaknya.

 

Tangan Tae Jun terangkat membuka kacamata tebal yang bertengger di atas hidung Hyun-Ra dan langsung disuguhkan dengan wajah cantik tanpa halangan apapun, melihat keindahan alami itu dan Tae Jun tertegun. Inikah gadis yang selama ini dicacinya? Bahkan gadis ini mampu menyaingi kecantikan Moura, model anggun sekaligus perempuan terseksi yang pernah di kencaninya. Mengabaikan Hyun-Ra selama ini, Tae Jun menelan ludahnya lagi, bagaimana bisa dia sebodoh itu?

 

Tangannya kini beralih pada dada gadis itu, meraba dengan pelan dan begitu sensual, terbayang kembali di otaknya saat tadi dia melihat kulit putih mulus dengan Bra merah yang langsung membangkitkan gairahnya. Tubuh Tae Jun panas terbakar, hasrat lelakinya naik pesat dan tanpa tahan dia lalu menyurukkan wajahnya di dada gadis itu tanpa membuka kancingnya lebih dulu, mengendus aroma tubuh gadis itu dengan penuh birahi. Namun tiba-tiba sebuah tangan menariknya dan mendorongnya hingga dia terjungkal ke belakang bersamaan dengan beberapa pukulan yang melayang dengan membabi buta ke arahnya dan membuatnya tersungkur di lantai. Tae Jun meringis, mendongak cepat lalu membelalak ketika mendapati seseorang berdiri murka di hadapannya.

 

“K—kau?” Tae Jun tidak perlu bertanya siapa pria itu, dia Cho Kyuhyun, pria yang mampu mendahului ketampanan dan kepopulerannya di kampus. Dan karena pria itu terlalu dingin, maka sebagian perempuan menyerah dan memilih untuk memuja dirinya.

 

Mata Kyuhyun memancar penuh amarah dan bibirnya mendesis di sela gertakan giginya.

 

“Berani-beraninya kau membawa gadisku, berani-beraninya kau menyentuhnya dengan tangan kotormu.” Mulut Kyuhyun terkatup rapat dan mulutnya menipis. Seakan belum puas meluapkan rasa marahnya Kyuhyun lalu merunduk di atas Tae Jun dan melayangkan hantamannya lagi, bertubi-tubi, sampai wajah pria itu penuh lebam dan darah keluar dari sudut bibirnya. “Kau menyentuhnya, dan kau tidak bisa kuampuni.” Hantaman-hantaman keras Kyuhyun terus terayun kepada Tae Jun seolah ingin melenyapkan nyawanya segera.

 

Tapi entah mendapatkan kekuatan dari mana, di tengah keadaan dirinya yang kesakitan Tae Jun akhirnya bisa mendorong tubuh Kyuhyun dan menghentikan pukulannya. Tae Jun tersengal, dengan menahan perih diusapnya darah dari sudut bibirnya lalu menatap Kyuhyun dengan tatapan menantang.

 

“Aku tidak tahu apa urusanmu sampai kau berani mencampuri urusanku. Gadis itu milikku, dia mencintaiku, jadi kurasa tidak ada yang salah dengan aku membawanya pergi.”

 

Apa? Miliknya? Brengsek! Tangan Kyuhyun terkepal kuat dan dia kembali merangsek maju, meraih kerah baju Tae Jun menariknya untuk berdiri dan kemudian mendorongnya hingga punggung pria itu membentur keras dinding di belakangnya. Napas Kyuhyun tampak memburu, matanya menyalang seperti iblis yang sedang mengobarkan amarah, berusaha keras menahan dirinya untuk tidak melilit leher Tae Jun dengan kabel yang tergantung di sampingnya dan membunuh pria brengsek itu sekarang juga. Kyuhyun hanya menekankan lengannya pada leher Tae Jun dengan kuat dan bibirnya kembali berdesis.

 

“Jangan pernah mengakuinya sebagai milikmu atau coba-coba menyentuh tubuh gadisku untuk yang kedua kali. Dia milikku, dan kupastikan kau akan mendapatkan yang lebih dari ini jika kau berani mengganggunya lagi. Asal kau tahu, aku bisa menghancurkanmu atau bahkan membunuhmu dengan mudah, kalau aku mau.” Dengan kasar Kyuhyun melepaskan tekanannya setelah menyelesaikan ucapannya, membiarkan Tae Jun menghirup napas di tengah sesak karena tercekik.

 

Lalu tanpa berkata lagi Kyuhyun menghampiri tubuh Hyun-Ra yang terbaring di sana, mengangkatnya dan membawanya keluar dari tempat itu meninggalkan Tae Jun yang masih terpekur dengan wajah penuh memar.

 

Shin Hyun-Ra…

 

Tiba-tiba muncul desakan kuat di dada Tae Jun untuk memiliki gadis itu dan menjauhkannya dari pria bernama Cho Kyuhyun itu.

 

Suatu desakan yang tidak pernah dia alami sebelumnya.

 

***

 

Entah apa yang membuat Hyun-Ra terbangun tengah malam dari tidur pulasnya, dia merasa seperti ada seseorang yang sengaja membangunkannya, tapi di dalam kamar rumahnya itu tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Sejenak Hyun-Ra mengedarkan pandangannya ke sekeliling lalu kemudian meraih gelas berisi air di meja kecil samping ranjang dan meneguknya sampai habis. Dia berkeringat dingin, seperti orang yang baru bangun dari mimpi buruk di tidurnya tapi dia yakin, dia tidak sedang memimpikan apa-apa.

 

Hyun-Ra terdiam, memijit pelan pelipisnya dan kemudian memutuskan untuk berbaring lagi dan kembali tidur. Tetapi baru saja Hyun-Ra memejamkan matanya tiba-tiba terdengar sebuah suara yang memanggilnya.

 

“Hyun-Ra… Bangunlah… Kemarilah… ” Mata Hyun-Ra terbuka cepat, mengamati sekeliling dengan blingasan namun tak menemukan siapa-siapa.

 

“Hyun-Ra… Kemarilah… ” Suara itu terdengar lagi, seorang perempuan dan kali ini tubuh Hyun-Ra langsung merinding dan jantungnya seperti akan melompat keluar. Suara itu begitu jelas, sangat jelas terdengar di telinganya.

 

Siapa itu?

 

Apakah dirinya kembali berhalusinasi?

 

“Kemarilah, Hyun-Ra… Mendekatlah ke arah cermin.”

 

Kepala Hyun-Ra menoleh cepat ke arah cermin riasnya, melihat cermin itu mengeluarkan sedikit cahaya yang memancar dari dalamnya. Tubuh Hyun-Ra tegang dan meremang, nyaris tidak bisa digerakkan karena terkejut. Alih-alih dia membenamkan tubuhnya ke dalam selimut atau berlari keluar kamar, dia malah bangkit dan turun dari ranjang hendak melangkah mendekati cermin itu.

 

“Jangan takut Hyun-Ra, kau adalah penolongku dan aku tidak akan menyakitimu.” Hyun-Ra lagi-lagi terkesiap kaget mendengar suara itu kembali berkata.

 

Dengan langkah perlahan dan gemetar Hyun-Ra berjalan ke arah cermin, meremas jarinya sendiri kuat-kuat untuk mengurangi ketakutannya. Tiba-tiba langkah Hyun-Ra terhuyung mundur ke belakang setelah melihat apa yang ada di dalam cermin itu.

 

Perempuan cantik itu lagi… Perempuan yang bagaikan peri itu lagi…

 

Napas Hyun-Ra tertahan dan tubuhnya semakin menegang. “K—kau?” Suara Hyun-Ra begitu lirih dalam bergumam, seperti berbisik, seolah sangat kesulitan untuk melantangkan suaranya.

 

Sosok perempuan di cermin itu tersenyum, dengan senyum yang sama, lembut dan begitu memukau. “Ya, aku, Cassandra. Maaf jika aku mengganggumu, tapi aku harus menunjukkan sesuatu padamu, dan aku mengharapkan pertolonganmu.”

 

Hyun-Ra menelan ludahnya susah payah, wajahnya memucat, dan meski benaknya masih cukup bingung dengan siapa sosok di hadapannya ini, namun Hyun-Ra diam dan berusaha tenang. Sosok itu tidak menakutkan, malah terlihat begitu indah dengan balutan gaun putih panjang seperti seorang peri. Yang membuat Hyun-Ra gemetar takut adalah, keyakinan bahwa sosok itu bukanlah manusia seperti dirinya.

 

Seperti tidak sedang menunggu jawabannya cermin itu kemudian berganti dengan gambaran tentang keadaan yang Hyun-Ra tak pernah tahu sebelumnya, seperti sebuah rekaman film yang diputar, cermin itu memperlihatkan suatu kejadian pada Hyun-Ra.

 

Kening Hyun-Ra mengernyit bingung mengamati gambar di depannya, seorang laki-laki dan perempuan yang berdiri berhadapan dan tampak sedang saling tatap. Mulut Hyun-Ra ternganga menyadari bahwa perempuan di sana adalah sosok peri tadi, tapi kali ini dalam balutan pakaian seperti manusia biasa. Dan laki-laki itu…

 

“Aku hamil, dan aku ingin kau segera menikahiku.” Perempuan di dalam cermin itu berkata dengan wajah yang terlihat panik, menatap memohon kepada laki-laki di depannya. Mata Hyun-Ra menyipit, merasa tidak asing dengan tempat di dalam gambar itu. Gudang. Ya, itu adalah gudang penyimpanan besi tua yang ada di kampus, benak Hyun-Ra menebak.

 

Laki-laki di sana tergelak sinis, dia memandang jijik pada perempuan itu.

 

“Menikahimu?” Laki-laki itu menunjukkan raut terperangah yang dibuat-buat, menganggap lucu hal yang dilontarkan si perempuan. “Kau memintaku menikahimu? Itu adalah sesuatu paling menggelikan yang pernah aku bayangkan.”

 

Perempuan itu terkesiap. “Apa maksudmu? Aku sekarang mengandung anakmu dan memang seharusnya kau menikahiku. Bukankah kau mencintaiku dan bilang akan bertanggung jawab?” Mata perempuan itu mulai meremang oleh air mata yang menggantung di pelupuk matanya.

 

Si laki-laki tertawa ngakak, seperti baru saja mendengar hal lucu yang langsung mengocok perutnya untuk tertawa. “Kau adalah perempuan ke 100 yang aku tiduri, dan sekarang kau bilang aku mencintaimu?” Tawa laki-laki itu makin keras, dan kali ini sambil menggeleng-gelengkan kepalanya merasa geli. “Kau bermimpi jika mengharapkan aku menikahimu. Kau telanjang di depanku dengan senang hati, menggodaku dengan tubuhmu, lalu sekarang kau menuntutku bertanggung jawab?” Laki-laki itu mendengus jengah. “Bahkan aku sangat yakin kalau itu bukan anakku. Bisa saja itu adalah hasil ketelanjanganmu dengan lelaki lain dan kau memanfaatkannya untuk menjebakku agar menikahimu.”

 

“Biadap kau Tae Jun!!” Perempuan itu berteriak marah dan hendak melayangkan tamparan ke wajah laki-laki itu namun tangan si lelaki lebih cepat menepisnya dengan mencengkramnya kuat.

 

“Jangan sekali-kali menyentuh wajahku atau aku bisa menghancurkan hidupmu.”

 

“Kau memang sudah menghancurkanku! Kau benar-benar lelaki biadap Tae Jun, kau brengsek! Aku bukan perempuan murahan seperti yang kau ucapkan. Aku hanya tidur denganmu dan ini adalah anakmu!” Raut sang perempuan tampak merah padam karena marah bercampur dengan air mata. “Dan aku tidak menggodamu, kau yang sudah merayuku untuk mau tidur denganmu!”

 

“Oh ya?” Laki-laki itu berdecak, pura-pura prihatin. “Ternyata aku ya yang merayumu? Ah, bagaimana aku bisa lupa ya?” Laki-laki itu menyeringai, melangkah mendekat lalu mencengkram rahang si perempuan dengan kasar, mendongakkannya.

 

“Dengar sayang, kau tidak seharusnya menjadi bodoh seperti ini. Seharusnya yang kau lakukan itu adalah melenyapkan bayi brengsek itu dari perutmu, dan dengan begitu aku tidak akan kasar padamu dan kita bisa tetap bersenang-senang.”

 

“Kau laki-laki kejam Tae Jun, kau tidak berperasaan.” Perempuan itu mendesis geram di tengah kesulitannya menggerakkan mulutnya.

 

Si laki-laki melepaskan cengkramannya dengan kasar lalu kembali tertawa.

 

“Jangan lupa sayang, aku memang tidak berperasaan. Kau pikir selama ini aku mencintaimu?” Laki-laki itu mengangkat alisnya dan menatap si perempuan dengan kasihan. “Sayang sekali aku tidak mengenal apa itu cinta, dan kau ternyata tidak cukup mengerti untuk tahu bagaimana aku sebenarnya.” Lalu wajah laki-laki itu mendekat ke wajah sang perempuan, bernapas panas di pipinya. “Aku hanya mengenal seks, sayang, seks, seks, dan seks. Jadi kalau kau masih ingin bersenang-senang denganku, lenyapkan bayi itu, maka aku akan memperlakukanmu seperti seorang putri. Kau paham kata-kataku?” Dia lalu menegakkan tubuhnya dan mengusap lembut bibir si perempuan yang langsung ditepis kasar oleh perempuan itu. Sekali lagi laki-laki itu tertawa menyebalkan menatap wajah perempuan di depannya yang tampak merah padam oleh amarah. “Oke sayang, aku harus pergi. Datanglah padaku nanti jika kau sudah bersih dari kotoran di perutmu, lalu kita kembali pada hubungan kita.” Selesai mengatakan itu sang laki-laki langsung melangkah pergi meninggalkan si perempuan yang seketika terjatuh duduk dengan jerit tangisan pilu.

 

Hati Hyun-Ra serasa diremas menyaksikan semua adegan itu, entah bagaimana dia tiba-tiba merasakan sakit di hatinya, seolah ikut merasakan apa yang menimpa perempuan di cermin itu. Tapi belum mereda raut terperangah Hyun-Ra dengan apa yang baru saja dilihatnya, cermin itu sudah mengganti gambaran di dalamnya dengan kejadian lain yang untuk sekali lagi membuat jantung Hyun-Ra semakin berpacu lebih cepat.

 

Perempuan yang tersakiti tadi kini berada di sebuah tepian gedung tinggi, menatap jauh ke arah bawah dengan derai air mata.

 

Hyun-Ra terperanjat kaget, hatinya lagi-lagi mencelos dan tanpa sadar dia berteriak panik, “Jangan!!!”

 

Namun perempuan itu tak sedikitpun mendengarnya, menatap pedih ke arah bawah sana dan kemudian tangannya terangkat mengelus perutnya. “Aku tidak ingin membunuhmu, aku juga tidak ingin melahirkanmu dan membuatmu menderita dengan kehadiranmu yang tidak diakui. Maka akan lebih baik bila kita pergi bersama, kita mati bersama agar kitapun terus bersama di alam sana.” Seolah tak ada jeda dari kata-katanya, perempuan itu langsung menerjunkan diri dengan keras ke bawah, melemparkan diri menuju tempat abadi yang dia inginkan.

 

“Tidaaaakk!!!” Hyun-Ra menjerit histeris dan menutup kedua telinganya dengan mata terpejam, tidak sanggup melihat pemandangan mengerikan itu lagi. “Cukup, hentikaaan!!!”

 

“Sekarang kau sudah melihat apa yang telah aku alami, Hyun-Ra, dan aku mengharapkan pertolonganmu.”

 

Hyun-Ra menoleh dan melepaskan tangan dari telinganya ketika mendengar suara lembut yang berasal dari cemin itu menggema di dalam ruangan kamarnya. Kali ini cermin itu tak lagi menampangkan adegan mengerikan seperti tadi, tapi ada sosok itu di sana tersenyum menatap dirinya.

 

“Tolong hentikan laki-laki itu agar tidak lagi mempermainkan perempuan lain sepertiku, Hyun-Ra, hentikan dia dan jangan sampai ada korban lagi.”

 

Hyun-Ra menelan ludahnya tercekat. “J—jadi, k—kau… Sudah meninggal?”

 

Sosok itu kembali tersenyum, pancaran matanya tampak sendu dan dia mengangguk tenang. “Ya, aku sudah meninggal, dan jiwaku tidak akan tenang sebelum laki-laki yang menghamiliku hancur dan berhenti untuk berbuat biadap.”

 

“L—lalu… K—kenapa kau datang padaku?”

 

“Karena aku merasa hanya kaulah yang bisa menghentikan pria itu.”

 

“A—aku?” Alis Hyun-Ra mengernyit bingung, meski ketakutan itu masih tersisa, tapi sekarang dia sudah mulai sedikit tenang, yakin kalau sosok cantik itu tidak akan menyakitinya.

 

“Aku tidak mengerti dengan maumu, pertolongan apa yang bisa aku lakukan? Dan aku tidak mengenal laki-laki itu.”

 

Sosok itu menggeleng lembut. “Kau memang tidak tahu dia, tapi kau mengenalnya dengan jiwaku, kau tahu dia dengan jiwaku.”

 

“Apa maksudmu?” Hyun-Ra semakin kebingungan.

 

Sosok itu kini tidak menjawab, dia hanya mengangkat tangannya dan melambai perlahan lalu sesuatu yang aneh terjadi. Tubuh Hyun-Ra merandek kaku, seperti terkena sihir otaknya tiba-tiba memutar sebuah klise-klise kejadian yang dia sendiri tidak pernah tahu. Klise-klise tentang dirinya yang mendamba mengejar seorang lelaki dan tak kenal sakit di tengah penghinaan yang begitu melukai, tentang bagaimana dirinya yang terus kukuh bahkan sampai merelakan dirinya direndahkan layaknya seorang budak. Semua berputar di kepala Hyun-Ra dari awal sampai akhir, semua air mata yang dikeluarkannya hampir setiap hari dan Hyun-Ra terperangah, mengerjap kaget saat semuanya selesai dan memandang syok kepada sosok di cermin itu.

 

Benarkah perempuan tidak tahu malu dan tidak peka yang ada di gambaran otaknya baru saja adalah dirinya? Bagaimana bisa dia sebodoh dan segila itu?

 

“B—bagaimana mungkin aku bisa— ” Kalimat Hyun-Ra menggantung, hatinya masih tidak percaya dengan semua gambaran di otaknya itu.

 

“Itu semua adalah aku, aku yang mengendalikanmu, aku yang sudah meminjam ragamu. Bahkan aku bisa menggerakkan tubuhmu dan menguasai pikiranmu sekalipun kau dalam keadaan sadar.”

 

“Bagaimana mungkin!!” Suara Hyun-Ra seketika langsung meninggi, mulai merasa marah ketika menyadari bahwa perempuan itu sudah menggunakan tubuhnya demi kepentingannya sendiri dan tentu saja telah merugikannya. Pria bernama Tae Jun itu sudah merendahkannya dengan sangat kejam, memakinya dengan penghinaan kasar tanpa ampun. Bahkan sekarang dadanya terasa begitu sakit mendengar setiap makian kepada dirinya yang didengarnya di dalam benaknya tadi. “Bagaimana mungkin kau memakai tubuhku dan membuatku terhina? Kau itu… ” Napas Hyun-Ra memburu. “Kau itu hanyalah arwah, bagaimana mungkin kau menguasai tubuhku di saat aku sedang sadar?”

 

Sosok perempuan itu tersenyum lagi dan kali ini dengan penuh permintaan maaf. “Aku mempunyai kekuatan, Hyun-Ra, bayiku, dia sumber kekuatanku dan apapun bisa kulakukan dengan bantuannya.” Sosok itu menatap lembut. “Tolong penuhi permintaanku, hanya kau yang bisa melakukannya.”

 

Napas Hyun-Ra kini jadi memberat dan perutnya seperti dipenuhi sesuatu hingga membuatnya melilit. “Aku— aku tidak mau. Kau bilang kau bisa melakukan apapun dengan kekuatan bayimu, kenapa kau tidak melakukannya sendiri untuk membalas pria itu? Tolong jangan ganggu aku lagi, jangan bawa aku dalam urusan yang tidak aku tahu. Pergi, jangan menggangguku.”

 

Mendengar kata-kata Hyun-Ra, raut wajah sosok itu langsung terlihat murung dan sedih, senyum lembutnya menghilang dan tatapan matanya seperti penuh kepedihan.

 

“Kalau kau tidak mau, aku akan mendiami tubuhmu untuk selamanya, aku akan berada di tubuhmu dan mengendalikanmu… untuk seterusnya.”

 

Hyun-Ra menggeleng-geleng panik, tidak bisa membayangkan jika arwah itu benar-benar akan menguasai tubuhnya selamanya. “Kau jahat! Kenapa harus aku? Kenapa kau harus datang padaku dan memanfaatkanku?”

 

“Karena hanya kecantikan alamimu yang bisa membalaskan semua sakit hatiku.” Sosok itu tersenyum kembali. “Kecantikanmu lah yang akan membut Tae Jun gila hingga merasa seperti sekarat dalam usahanya mendapatkanmu. Kau yang bisa membuatnya memuja dan juga melumpuhkan hatinya, dan kehancuran perasaannya akan membuatnya lebih sakit dan tersiksa dari apapun kekuatanku. Aku mohon padamu, lakukan semuanya demi ketenangan jiwaku, demi bayiku, demi kami berdua. Aku tidak akan mengendalikan tubuhmu lagi, aku akan membiarkanmu. Aku hanya akan menunggu kebaikanmu, dari sini… ” Kemudian sosok perempuan cantik itu menghilang cepat, bagai hembusan angin yang menerpa Hyun-Ra hingga saat dia mengerjap sosok itu sudah tidak ada di pandangannya.

 

“Lakukanlah Hyun-Ra, demi kami… demi kami… “ Suara itu terdengar lagi menggema di seluruh ruangan.

 

Hyun-Ra tersentak, tergeragap dan terbangun paksa dari tidurnya. Dengan cepat dia bangkit duduk dan napasnya terengah, menemukan ruangan mewah yang remang-remang oleh senja tanpa adanya penerangan lampu. Tubuh Hyun-Ra berkeringat dingin dan masih tersisa ketakutan dari gambaran di mimpinya tadi. Tapi kini dia kebingungan, merasa bahwa ini bukanlah kamarnya dan dia tidak tahu berada dimana. Dia lalu mengedarkan pandangannya dan mengamati setiap desain kamar yang tampak bernuansa hitam. Khas kamar seorang lelaki.

 

“Sudah bangun?”

 

Tiba-tiba suara maskulin itu terdengar dari arah samping kirinya. Di sudut sana, di dekat jendela, seseorang tengah duduk di kursi sofa tampak begitu misterius dengan tubuhnya yang membelakangi sinar matahari senja membuat wajahnya terlihat samar-samar.

 

Hyun-Ra terkejut dan dirinya langsung berjengit was-was. Siapa pria itu? Dan kenapa dia bisa berada di tempat ini?

 

“Si—siapa kau?” Akhirnya Hyun-Ra bisa mengeluarkan suaranya di tengah keterkejutannya. Dia memicingkan mata memperjelas penglihatannya, namun tetap saja wajah di sana masih terasa samar.

 

Lalu pria itu bangkit berdiri, berjalan mendekat ke arah ranjang dengan begitu elegan dan duduk di pinggir ranjang sangat dekat dengannya. Kini Hyun-Ra bisa melihat jelas, melihat wajah tampan dan memukau itu, melihat wajah yang terasa begitu familiar di hati dan pikirannya. Hyun-Ra tertegun dan terpekur, berusaha menelan ludahnya tapi begitu kesulitan, merasakan bagaimana hatinya bergetar dengan sebuah memori yang langsung menusuknya.

 

Pria ini…

Oh Tuhan, pria ini…

 

Air mata Hyun-Ra tiba-tiba saja mengalir, matanya tak berkedip menatap lekat wajah yang selama ini dinantinya dan bibirnya berucap gemetar.

 

“K—kau… Kyu—hyun?”

 

Mendengar itu jantung Kyuhyun seketika mencelos, tubuhnya membeku dan napasnya terasa berat. Apakah Hyun-Ra sudah mengenali dirinya? Mata Kyuhyun mengerjap kaget ketika merasakan tangan Hyun-Ra kini sudah berada di wajahnya, merabanya dengan hati-hati dan gemetar, mengusapnya lembut dan ekspresi gadis itu seolah tak percaya.

 

“Apa kau… Kyuhyun? Kyuhyun-ku? Pangeran Hyun-ku?” Air mata Hyun-Ra semakin mengalir saat dirinya menyadari bahwa ingatannya sama sekali tidak pernah lupa akan wajah ini, tidak pernah sedikitpun melupakannya. Tiba-tiba perasaan takut menyergap hatinya, takut kalau semua ini hanyalah mimpi dan sosok sempurna di hadapannya ini hanyalah bentuk dari angan-angannya. 8 tahun berlalu… Dan lekuk wajah ini masih sama, masih memukau, masih mempesona seperti dulu.

 

Dan sekarang Kyuhyun lah yang seakan tercekat oleh ludahnya sendiri, tangannya bergerak cepat menggenggam tangan lentik di wajahnya itu dan dia mengangguk mantab.

 

“Ya, aku Kyuhyun, Kyuhyun-mu, Kyuhyun yang dulu. Sekarang aku datang untukmu, aku kembali untukmu.”

 

Hyun-Ra terperangah tak percaya dengan wajah penuh air mata, dadanya berdentam keras.

 

Tuhan, jika memang ini hanyalah mimpi, tolong jangan bangunkan aku, biarkan aku tetap tertidur dalam waktu yang sangat lama.

 

Dan di detik itulah dia langsung melemparkan tubuhnya kepelukan pria itu, menangis keras dengan isakan bahagia. Sebuah pertemuan yang begitu agung, begitu syahdu, pertemuan yang selalu dinantikan keduanya.

 

Dan Kyuhyun menyambut Hyun-Ra dengan dekapan hangatnya, memejamkan matanya takjub penuh kebahagiaan yang membuncah merasakan tubuh yang dipujanya kini berada dalam rengkuhannya, tanpa paksaan, tanpa gadis itu melupakan dirinya.

 

“Kyuhyun… Kyuhyun… ” Hyun-Ra terus bergumam lirih di dada Kyuhyun menyebut nama indah itu. Dan Kyuhyun menjawabnya dengan semakin mengeratkan dekapannya.

 

“Aku sekarang di sini sayang, aku sudah bersamamu… ” Tak tahan oleh perasaan meletup di dadanya Kyuhyun lalu membenamkan wajahnya di leher Hyun-Ra, menghirup aromanya dalam-dalam dengan mata yang masih terpejam, tersadar bahwa dirinya begitu merindukan sosok mungilnya ini. “Aku merindukanmu sayang, dan aku hampir gila karenamu.. “

 

Hyun-Ra melepaskan pelukannya, menatap mata Kyuhyun dan menyentuh pipi itu lagi dengan kedua tangannya.

 

“Aku pikir kau tidak akan kembali, aku pikir kau sudah melupakanku dan menemukan wanita lain di sana, aku pikir… aku tidak akan bisa lagi bertemu denganmu… ” Hyun-Ra mencoba tersenyum meski yang keluar hanyalah isakan dan air mata yang terus mengalir. “Aku pikir aku sudah kehilanganmu… “

 

“Itu tidak akan pernah terjadi sayang,” Kyuhyun menggeleng keras. “Kau tempatku untuk pulang, dan sejauh apapun aku pergi aku pasti tetap kembali padamu.”

 

Sekali lagi Hyun-Ra melemparkan diri ke dalam pelukan Kyuhyun, hatinya penuh sesak oleh perasaan bahagia. “Jangan pernah tinggalkan aku lagi, aku mohon… Aku tidak yakin bisa menjalani sisa hidupku tanpa bersamamu… “

 

“Tidak akan.” Kyuhyun menjawab cepat. “Sekalipun nanti kaulah yang bosan dan menyuruhku pergi, aku tidak akan pernah sedikitpun menjauh darimu.”

 

Hyun-Ra mengangguk kuat-kuat. “Aku percaya padamu, Kyu, aku selalu percaya padamu… “

 

Dan keduanya saling memejamkan mata dengan kelegaan luar biasa, saling menikmati kehangatan tubuh dari masing-masing, saling menikmati bagaimana mengharukannya pertemuan yang penuh keagungan ini.

 

Pertemuan setelah 8 tahun lamanya…

 

Dan kini Hyun-Ra yakin, bahwa dirinya tidak hanya sekedar bermimpi.

 

***

 

Pagi harinya seperti biasa HeeKyu duduk di kursi panjang pinggir taman kecil yang langsung mengarah ke pintu gerbang kampus, menunggu kedatangan Hyun-Ra. Sedari kemarin tak ada kabar apapun dari sahabatnya itu, tidak seperti biasa, yang kadang hampir setiap jam Hyun-Ra menelponnya hanya untuk menanyakan barang-barang pentingnya yang dia lupa meletakkan. Tapi kemarin bahkan sampai semalam Hyun-Ra tak ada sekalipun menghubunginya dan itu cukup membuatnya resah dan berpikir kesana-kemari. Apalagi semenjak kemarin yang Hyun-Ra meninggalkannya sendirian di kampus dan pulang lebih dulu—yang membuatnya terpaksa mengikuti kencan tiba-tiba dengan pria bernama Woo-bin itu.

 

HeeKyu mengernyit, teringat dengan rengekan Woo-bin kemarin yang memintanya untuk pergi berdua, dan perlakuan pria itu setelahnya membuatnya hampir semalaman tidak bisa tidur. Woo-bin begitu lembut, begitu penuh kehalusan hingga tanpa terasa dirinya begitu nyaman dibuatnya. HeeKyu tersenyum kecil ketika ingatan kemarin muncul lagi di benaknya.

 

Tiba-tiba pandangannya terpaku pada satu arah, matanya melotot sempurna dan bibirnya menganga terperangah melihat objek yang sedang melangkah ke arahnya.

 

Di sana, Shin Hyun-Ra, sahabatnya yang selama ini berpenampilan cupu tapi sekarang… Oh Tuhan, Hyun-Ra tampak begitu cantik dengan penampilan tak terduganya, tak lagi cupu, tak lagi ada kacamata tebal dan rambut kepang dua, tertutup tapi sangat manis.

 B4-picsay

Senyum HeeKyu seketika merekah, meski bingung tapi dia cukup senang melihat sahabatnya kembali merubah penampilannya. Inilah Hyun-Ra yang dulu, Hyun-Ra sahabatnya yang selalu tampak cantik di setiap penampilannya. HeeKyu berdiri, tersenyum lebih merekah saat kini Hyun-Ra sudah mencapai ke arahnya.

 

“Hyun-Ra?” HeeKyu bergumam tanpa sadar, nadanya masih terkesan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

 

Hyun-Ra sendiri mengerutkan kening tak mengerti mendapati ekspresi HeeKyu dengan kehadirannya. “Kau kenapa?”

 

HeeKyu mengerjap-ngerjap lalu menggeleng. “Tidak, hanya saja… Kau tampak terlihat sangat cantik.” Hanya kalimat itu yang bisa diucapkannya, meski sebenarnya banyak pertanyaan yang berkecamuk di benaknya, tapi cukuplah dia melihat Hyun-Ra seperti ini dan dia sudah begitu senang. Agar Hyun-Ra tak lagi menjadi cemoohan orang-orang yang selama ini selalu mencemoohnya dengan penampilan dekil dan cupunya, agar si Tae Jun pria sinting itu tahu dan tak lagi mencacinya.

 

Kening Hyun-Ra semakin mengerut dalam, menatap HeeKyu dengan curiga.

 

“Kau mengatakan aku cantik? Ah, aku tahu, pasti kau ingin meminta traktiran untuk sarapan, iya kan?”

 

HeeKyu menggeleng lagi, dengan senyum yang masih merekah oleh rasa senang yang meletup-letup. “Justru hari ini aku yang akan mentraktirmu makan, sepuasmu, apapun yang kau mau.”

 

“Eh? Tumben sekali kau jadi baik begitu?” Lagi-lagi Hyun-Ra menyelidik curiga.

 

“Sudah tidak usah cerewet, jangan sampai aku menarik kata-kataku kembali. Ayo, ikut aku.”

 

HeeKyu sudah bersiap menarik lengan Hyun-Ra untuk pergi, namun belum sempat melangkah tiba-tiba dia menangkap dua orang pria tengah berjalan menuju ke arahnya. Kim Woo-bin, bersama dengan seorang pria tampan di sampingnya. Kening HeeKyu mengerut, merasa tidak asing dengan pria tampan itu. Ah ya! Bukankah pria itu Cho Kyuhyun? Pria yang namanya disebut-sebut oleh para perempuan di kampus ini? Di setiap sudut gedung kampus pasti ada saja yang membicarakannya dengan semua pesona dan juga sikap dinginnya. Astaga, apakah Cho Kyuhyun itu yang Woo-bin ceritakan beberapa waktu lalu sebagai sahabatnya yang mencintai dan memuja Hyun-Ra? Astaga, astaga… Sebenarnya ada berapa Cho Kyuhyun sih di kampus ini? Kenapa dirinya waktu itu tidak langsung terpikirkan kepada pria ini?

 tumblr_mec7hg8Lhn1qbnykoo1_1280-1-picsay

“Maaf, bolehkah aku membawa pergi kekasihku?” Entah bagaimana kedua pria itu kini sudah berada di hadapan mereka. Kyuhyun langsung berkata posesif dengan matanya memancar penuh puja ke arah Hyun-Ra dan kemudian beralih kepada HeeKyu.

 

HeeKyu tercengang, pria ini bilang apa tadi? Kekasihku?

 

“Aku ingin membawa kekasihku bersamaku, apa kau tidak keberatan?” Kyuhyun mengulangi pertanyaannya.

 

HeeKyu kini menganga syok, kepalanya menoleh kepada Hyun-Ra dan pelototan matanya seolah berkata ‘cepat jelaskan apa maksud pria ini’.

 

Hyun-Ra sendiri hanya tersenyum malu kepada sahabatnya itu, mengangguk kecil lalu kemudian berbisik, “Aku akan ceritakan setelah kita berada di rumah nanti.”

 

Tak ada kejelasan apa-apa lagi dari Hyun-Ra karena setelah itu Kyuhyun sudah menarik tangannya untuk pergi, meninggalkan HeeKyu dengan raut wajah yang masih terbengong menatap pasangan itu dan Woo-bin yang tampak terkekeh geli dengan reaksi lucu HeeKyu.

 

“Bolehkah kalau aku yang sekarang mengajakmu pergi berdua?” Woo-bin berkata pelan bermaksud menyadarkan HeeKyu. Sedari kemarin dia memutuskan untuk menggunakan kelembutan dalam usahanya menjerat gadis ini. HeeKyu adalah gadis yang gampang meradang dan kadang moodnya berubah-ubah. Jadi dia perlu berhati-hati dan harus pintar-pintar menggunakan akal agar HeeKyu merasa nyaman bersamanya. Dia yakin, tidak lama lagi gadis ini akan jatuh ke dalam pelukannya.

 

HeeKyu mengarahkan kepalanya kepada Woo-bin, dan ketika melihat ada senyum kecil di bibir pria itu, dia baru tersadar bahwa sedari tadi dia terlalu dikuasai oleh perasaan terkejut dan tak percayanya. Apakah dirinya baru saja terlihat menggelikan? “Apakah pria tadi… Sahabatmu?” Dia bertanya, masih cukup kebingungan dengan yang tak disangkanya itu.

 

Woo-bin mengangguk. “Ya, dialah Cho Kyuhyun, pria yang kuceritakan padamu, sahabatku yang begitu mencintai sahabatmu. Kau pasti bingung dengan semua ini ‘kan, bagaimana bisa mereka terlihat seperti itu? Jangan bertanya apa-apa padaku, karena aku sendiri juga terjangkit penyakit bingung sepertimu tentang mereka berdua, tapi Kyuhyun belum mau menjelaskan apa-apa padaku.”

 

HeeKyu mendesah kecewa lalu kemudian kembali mendudukkan tubuhnya di atas kursi itu yang diikuti oleh Woo-bin.

 

“Bagaimana jika kali ini saja kita membahas tentang hal lain dan lupakan dulu kedua sahabat kita?”

 

HeeKyu langsung mengerut menyelidik. “Tentang apa maksudmu?”

 

Woo-bin nyengir dan sedikit menunduk, tampak terlihat malu-malu.

 

“Tentang kita, mungkin?”

 

***

 

“Kenapa kita kesini?” Hyun-Ra menatap mata Kyuhyun dengan tatapan hangat ketika mereka sudah berada di atap kampus yang cukup sepi dan nyaman, dalam hati masih tak menyangka bahwa kini Kyuhyun-nya sudah kembali, datang padanya dengan cinta yang sama. Dan perasaan Hyun-Ra begitu berbunga saat menyadari kalau dirinya begitu hebat mencintai pria ini, pria pertama sekaligus akan menjadi yang terakhir dalam hidupnya. Cinta pertamanya, Cho Kyuhyun.

 

Kyuhyun membalas tatapan itu dengan sebuah pancaran keteduhan, meraih pinggang Hyun-Ra dan menariknya agar lebih dekat dan dia bisa menatap wajah indah itu dengan lebih lekat.

 

“Aku hanya ingin berdua saja denganmu dan menurutku di sini adalah tempat yang cocok. Bukankah tidak ada hal lain lagi di tempat ini yang bisa kau lihat selain diriku?” Kyuhyun tersenyum, membelai sayang pipi mulus Hyun-Ra. “Aku hanya ingin menjadi satu-satunya pusatmu, aku ingin kau hanya menyadariku.”

 

Hyun-Ra mengernyit, lalu tersenyum geli. “Ternyata sekarang kau sudah berubah menjadi pria romantis, ya? Padahal kau dulu begitu kaku dan tidak peduli.”

 

Kyuhyun terkekeh. “Kau masih ingat bagaimana aku dulu?”

 

“Tentu saja.” Hyun-Ra menyentil pelan hidung Kyuhyun. “Aku tidak akan pernah melupakan sifat jahilmu padaku dulu. Kau terlalu sering membuatku kesal.”

 

Sejenak Kyuhyun terdiam mendengar ucapan Hyun-Ra. Tidak pernah melupakannya? Benarkah seperti itu? Lalu, kenapa selama ini Hyun-Ra mengacuhkannya? Kekasihnya ini seolah telah lupa kepada dirinya dan seperti tidak mengenalnya. Baru kemarin Hyun-Ra mengingat dirinya dan menyebut namanya. Lalu, ada apa dengan Hyun-Ra selama berbulan-bulan belakangan ini? Dan lagi, perubahan mengejutkan Hyun-Ra yang tiba-tiba mengejar lelaki lain cukup membuatnya tersiksa oleh perasaan sakit hati yang membunuh.

 

Sejujurnya saja banyak hal yang ingin Kyuhyun tanyakan kepada Hyun-Ra, banyak hal di dalam benaknya yang membutuhkan kejelasan dan jawaban Hyun-Ra. Namun dia pikir tidak perlu di saat ini, dia lebih ingin menikmati indahnya pertemuannya dulu, menikmati kebersamaan ini yang sudah bertahun-tahun tak bisa dirasakannya. Momen indah bersama Hyun-Ra tak bisa tergantikan dengan apapun. Dia ingin menikmati itu dulu, dan nanti dia akan menanyakannya secara perlahan-lahan. Dia yakin, Hyun-Ra memiliki alasan tertentu dengan semua yang terjadi selama ini dan dia juga merasa… bahwa Hyun-Ra tidak pernah benar-benar meyakitinya.

 

Dia yakin itu.

 

Melihat keterpakuan Kyuhyun, tiba-tiba Hyun-Ra merasa khawatir. Apakah perkataannya baru saja telah menyinggung kekasihnya?

 

“Kau kenapa? Apa aku menyinggungmu? Kenapa kau diam?”

 

Kyuhyun seketika mengerjap sadar, kembali tersenyum lalu menggeleng kecil.

 

“Tidak, sayang, aku hanya sedang merasa butuh sesuatu.”

 

Hyun-Ra mengernyit. “Kau butuh apa?”

 

Tatapan Kyuhyun terlihat membara oleh cinta. “Aku butuh bibirmu,” jawabnya santai. Dan seakan tak memberikan kesempatan kepada Hyun-Ra untuk sekedar merasa terkejut dengan permintaannya, Kyuhyun sudah lebih cepat mendekatkan wajahnya menyentuh bibir itu, dengan memuja, dengan tekanan dalam namun penuh kelembutan, mencecap rasa manis dari setiap lekukan bibir yang selama ini didambanya.

 

Ciuman Kyuhyun membuat Hyun-Ra melayang, merasa begitu dicintai dan tanpa sadar tangannya sudah terangkat menyentuh rahang pria itu, menikmati pagutan lembut dari pria yang dikasihinya.

 

***

 

Tae Jun menyaksikan semua itu dari balik tembok yang tersembunyi, melihat Hyun-Ra yang begitu mencengangkan baginya dengan kecantikan dan penampilan barunya, kini tenggelam dalam ciuman pria bernama Cho Kyuhyun itu.

 

Biasanya di hari-hari jam segini dirinya sedang berada di taman belakang kampus, sibuk menikmati belaian dan pemujaan-pemujaan para perempuan yang dengan terang-terangan menyukainya dan melemparkan diri kepadanya. Tapi entah kenapa hari ini semua itu sudah tidak menarik lagi baginya. Hatinya lebih terpacu untuk mencari Shin Hyun-Ra dan memutuskan untuk menyerahkan diri juga waktunya kepada gadis itu. Namun sekarang apa yang dilihatnya sungguh membuatnya merasakan suatu perasaan aneh, suatu perasaan yang seketika menyesakkan dadanya.

 

Rasanya seperti… Cemburu

 

Tae Jun menyentuh dadanya, merasakan ada dentaman kencang di sana dan dia meringis. Apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya? Kenapa dia begitu tidak rela melihat Hyun-Ra berada di pelukan pria lain dan bahkan ternyata pria itu adalah kekasihnya? Padahal selama ini dia begitu tidak peduli dengan semua perempuan yang dikencaninya apakah mereka sudah berkekasih atau bahkan bersuami, asal mereka bisa memuaskannya di atas ranjang dia tidak mau peduli tentang apapun. Tak pernah ada rasa sesak yang dirasakannya.

 

Tetapi sekarang…

 

Kenapa dirinya malah merasakannya?

Dan parahnya, rasa itu ada kepada gadis yang selama ini selalu dicacinya.

 

Apakah ini karma?

 

Kemudian samar-samar terdengar percakapan dari dua manusia di sana dan Tae Jun kembali menajamkan pendengarannya.

 

“Woo-bin membutuhkan mobilku dan aku harus mengantarkan kuncinya ke bawah. Kau jangan kemana-mana, tunggu aku di sini, dan aku akan cepat kembali.”

 

Setelah itu didengarnya suara derap langkah kaki yang berjalan mendekat lalu dengan cepat Tae Jun bersembunyi ke sudut yang lebih tak terlihat, mengamati bagaimana Kyuhyun tergesa-gesa menuruni tangga dan dia tersenyum, merasa ada kesempatan emas untuk dirinya mendekati Hyun-Ra.

 

Tak mau menunggu waktu lagi, Tae Jun kemudian langsung keluar dari persembunyiannya dan berjalan ke tempat Hyun-Ra berdiri, menemukan tubuh mungil itu sedang membelakanginya menatap keramaian di bawah sana.

 

Dan didorong oleh suatu keinginan di dalam dirinya Tae Jun dengan berani langsung merengkuh pinggang Hyun-Ra dari belakang, mendekapnya lalu mengendus leher putih itu dengan sedikit bernafsu.

 

Hyun-Ra terperanjat, kaget oleh perlakuan itu dia kemudian berbalik, mendapati bahwa ternyata bukan Kyuhyun yang sedang memeluknya. Sekuat tenaga dia mendorong dada pria itu menjauh dari tubuhnya. Dia mundur ketakutan, firasatnya mengatakan bahwa pria ini jahat dan berbahaya. Dia ingin Kyuhyun cepat kembali.

 

“Siapa kau?” Hyun-Ra berucap panik, wajahnya tiba-tiba memucat oleh perasaan takut.

 

Tae Jun menatap Hyun-Ra dengan sedih, matanya menyiratkan ada penyesalan di dalamnya dan dia lalu menjatuhkan tubuhnya, berlutut memohon di hadapan Hyun-Ra.

 

“Aku tahu aku salah memperlakukanmu dengan buruk selama ini, aku tahu aku keterlaluan, aku tak menyadari kalau kau begitu tulus mencintaiku. Sekarang aku menyesal, aku mengakui kebodohanku dan aku ingin meminta maaf padamu. Maafkan aku, Hyun-Ra, maafkan aku… Aku mohon berilah aku kesempatan untuk menebus semuanya. Aku ingin mengganti kesalahanku dengan sebuah ketulusan, aku bersedia berubah lebih baik untukmu asal kau memaafkanku.” Tae Jun menatap Hyun-Ra dengan tatapan dalam. “Aku ingin kau menjadi kekasihku, aku mohon… “

 

Tubuh Hyun-Ra membeku di tempat dan mulutnya menganga syok. Dalam sekejap wajah pria yang sedang berlutut itu mengundang ingatan mimpi semalam yang langsung membanjiri otaknya. Tentang semua adegan kejadian yang membuatnya terkejut. Dan pria inilah… Hyun-Ra ingat betul, pria inilah yang ada di mimpinya yang mencampakkan perempuan malang di cermin itu dengan begitu kejam. Dia memang belum menceritakan mimpi itu kepada siapapun termasuk Kyuhyun dan HeeKyu. Dia merasa mungkin mimpi itu hanyalah bunga tidur sebagai mimpi buruk yang harus dilupakannya. Namun sekarang dengan tiba-tiba hati nuraninya berteriak bahwa mimpi itu tidaklah hanya sebuah mimpi, tapi itu kenyataan yang sengaja ditunjukkan kepada Hyun-Ra, suatu kenyataan yang memang pernah terjadi sebelumnya. Dan permintaan perempuan di cermin itu yang menyuruhnya membalaskan sakit hatinya untuk menghentikan kebiadapan pria ini… Astaga, apa yang harus dilakukannya? Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.

 

Sekarang, melihat pria ini bersimpuh di hadapannya dan memintanya jadi kekasihnya sungguh membuat rasa iba muncul menyelip di celah terkecil hatinya, rasa iba yang mampu menggetarkan nuraninya kepada siapa saja yang memohon kepadanya bahkan sampai bersimpuh seperti itu di depannya. Dia tidak pernah tega melihat seseorang bersikap seperti itu demi memohon sesuatu darinya.

 

Di tengah kekacauannya itu tiba-tiba terdengar sebuah bisikan halus di telinganya, sebuah bisikan yang seperti berniat mengarahkannya dengan apa yang harus dilakukannya.

 

“Dialah pria yang menghancurkanku, Hyun-Ra, dialah pria yang telah merampas kehormatanku dan membuat hidupku berakhir sia-sia. Balaskanlah sakit hatiku demi jiwaku dan bayiku, demi perempuan-perempuan di luar sana yang juga telah menjadi korban kebiadapannya. Hancurkan dia, Hyun-Ra, demi kami yang sudah terbuang, hancurkan dia… ”

 

Hyun-Ra tersentak keras, jantungnya serasa akan melompat keluar dengan suara yang begitu jelas di telinganya. Dia masih berdiam, merasa semakin bingung dengan harus berbuat apa sampai dia menyadari ada sosok yang berdiri di sana dan kini melangkah murka mendekat ke arahnya, dengan pancaran amarah yang begitu kental menyelimutinya.

 

Sosok Cho Kyuhyun.

 

 

To Be Continued…

63 thoughts on “Hyun-Ra Loves Story – Part 4

  1. OMG Cassandra serem z.
    Ancaman’a tu lo dia smp2 bilang mau menguasai tubuh Hyun ra wat selama’a.
    Moga2 setelah Kyuhyun menemukan Tae jun yg bersimpuh d depan Hyun ra,
    Hyun ra mau cerita yg sebenar’a.
    Tentang Cassandra, dan dendam’a.

  2. Ooh jadi casandra itu ingin balas dendam,tapi caranya itu merugikan orang lain.knpa ga langsung aja di datangin tae joon?kan kasian hyunra kyuhyun mereka berdua itu terganggu.

  3. Itu tolong arwah yg bersenyayam di tubuh hyunra… tolong pengertian dong mau bntu tp maksa, ini lg adegan romantis kyura msa mau ilang aja gara” si taejun mohon” gtu …
    Cuma kasian sma Kyuhyun, klo ntr hyunra tau”nya mau nolongin cassandra

  4. si taejun emang brengsek. anak org sampai bunuh diri. skrg karma mulai dtg. tpi kasian jg hyunra. pst imbasnya kedia jg. kalau dia ksh kesempatan ke2 ke taejun, kyu gmn ?

  5. Ah jadi begitu arwah itu punya alasannya kenapa dia merasuki hyun ra semata2 untuk membalas perlakuan buruk itu arwah wah makin seru aja nih

  6. Untung kyuhyun cepet datang , jadi itu masalahnya ,, terus aoa hyun ra bakalan ikutin bisikan itu apa tidak ,, tapi berharap keputusanny tidak membuat kyuhyun salah paham dan tersakiti

  7. Owh jadi gitu ceritanya.. Taejun parah kali ya.. Semua perempuan disakitinya, apa memang pada hyunra kah dia mengalami kehancuran..

  8. nih yg nenk kga suka, memedi yg minta tolong tapi maksa,, kga di tolongin ngancem… kupret👊
    kesian padahal mreka baru ktemu,, mesra”nya lagi😚

Tinggalkan komentar