Revenge And Love – Part 6

Revenge And Love _ Part 6

 

Created On Jember, 15 Juni 2014

Sebelumnya…

Part 1 

Part 2

Part 3

Part 4

Part 5

__o0o__

 

Kyuhyun berada di sebuah tepian yang tak dikenalnya, kebingungan yang membelit membuatnya takut untuk meneruskan langkah, seolah dia sedang berada di sebuah pijakan dengan jurang terjal di depannya atau kembali berbalik dan berhadapan dengan singa yang siap menerkamnya.

Dia merasakan perasaan aneh, yang dia sendiri bahkan takut menggambarkannya.

 

This Story by @ChoWirfania

 

***

Kyuhyun sedang berbaring miring, menatap Hyun-Ra yang kini tertidur berbantal lengannya dalam balutan selimut yang menutupi sampai dada. Gadis ini cantik, Kyuhyun sadar itu, gadis ini baik dan tulus mencintainya, Kyuhyun pun sadar itu. Setelah percintaan itu usai Hyun-Ra langsung tertidur kelelahan. Masih teringat jelas di benaknya saat gadis itu menjerit kesakitan dengan usahanya menenggelamkan dirinya, merintih-rintih meminta dirinya memelankan gerakan, dan juga desahan memelas gadis itu yang memohon padanya untuk berhenti dan menyudahi semuanya saat dirinya akan kembali mengulanginya, lagi dan lagi, setelah berkali-kali. Kyuhyun mengernyit, merasa dirinya begitu bajingan karena sudah membuat Hyun-Ra nyaris pingsan kelelahan hanya karena ingin memastikan apa yang dilakukannya malam ini akan langsung membuahkan hasil sesuai rencananya tanpa harus dirinya mengulangi lagi di waktu-waktu berikutnya. Dia ingin malam ini berhasil, menunggu, lalu dia akan menjatuhkan bomnya. Menjadikan Shin Hyun-Ra seperti yang diinginkannya.

Tapi…

Itu dulu, sebelumnya, dan tadi. Sekarang yang dirasakannya adalah hal aneh, hal yang paling dibencinya bahkan sudah dipastikan tidak akan pernah dirasakannya. Seperti, ingin melindungi dan memberikan ketulusan sepenuh hati, menjadikannya benar-benar miliknya. Gadis ini sudah memberikan kepuasan dari kenikmatan yang tidak pernah Kyuhyun rasakan sebelumnya. Dia seolah teracuni dengan apa yang ada di tubuh Hyun-Ra hingga membuatnya seperti gila.

Kyuhyun memejamkan matanya sejenak dan menghela nafasnya dalam, menentang keras-keras sesuatu yang mulai menyelip di hatinya, suatu perasaan lebih atas gadis ini. Tidak. Dia tidak boleh termakan oleh dendamnya sendiri, dia tidak boleh berbelok arah dan menghentikan rencananya di tengah jalan. Karena itu berarti dia sama saja mengkhianati Ahra, kakak yang disayanginya.

Tapi…

Haruskah dia melampiaskannya pada Hyun-Ra? Haruskah gadis ini yang menerimanya? Bisakah dia menghentikannya saja dan melupakannya?

Tidak. Kyuhyun kembali menentang keras dengan sebelah pemikirannya. Jika lelaki biadap itu bersalah maka seluruh keluarganya juga bersalah. Penderitaan Ahra harus terbalaskan, kesakitan Ahra harus terbayar dengan setimpal dan sakitnya harus sama. Ini adalah dendam Ahra, dendamnya juga, dan masih banyak yang ingin Kyuhyun lakukan untuk menuntaskan semua itu. Hyun-Ra harus menerimanya, menderita dengan begitu pedihnya, hingga lelaki biadap itu akan merasakan apa yang selama ini dirasakannya.

Lalu dengan pelan diletakkannya kepala Hyun-Ra di bantal, bangkit dari berbaringnya dan melangkah ke arah kamar mandi di kamar kecil kontrakan Hyun-Ra, mengguyur tubuhnya di bawah pancuran dengan suasana hati serta pikiran yang membuatnya tiba-tiba merasakan sesak.

Dia bingung, merasa tiba-tiba menjadi lemah. Namun satu yang pasti, dia tidak akan pernah mengkhianati Ahra.

 

***

 

Sayup-sayup suara kicauan burung yang terdengar serta sinar matahari yang menembus jendela kaca kamar kecil itu membuat Hyun-Ra terbangun dari tidur pulasnya. Dia mengerjapkan matanya dan mengedarkan pandangannya, untuk beberapa saat merasa lupa diri dan kehilangan orientasinya. Namun kemudian dia sadar bahwa dirinya masih berada di kamarnya sendiri. Hyun-Ra bergerak pelan, merasa sedikit perih di bagian tubuh bawahnya dan menyadari bahwa dirinya telanjang di balik selimut. Tiba-tiba ingatannya langsung menjalar pada kejadian beberapa jam lalu, pada percintaan itu, pada Kyuhyun yang menyentuhnya dengan rakus dan begitu menggebu. Dengan seketika Hyun-Ra mendudukkan tubuhnya panik, tersadar akan kesuciannya yang telah hilang dia mencari Kyuhyun.

“Sudah bangun?” Suara bass itu tiba-tiba terdengar dari arah sampingnya.

Hyun-Ra menoleh cepat, melihat Kyuhyun tengah duduk di kursi sofa kecil sana sudah tampak rapi dengan pakaian kerjanya, dan Hyun-Ra mendesah lega. Setidaknya Kyuhyun tidak langsung pergi meninggalkannya setelah kejadian semalam. Tapi kemudian pipi Hyun-Ra merona merah merasa malu ketika Kyuhyun menatapnya dalam dan mungkin saja pria itu sudah lama berdiam di sana, memperhatikan dirinya yang sedang tidur. Astaga, Hyun-Ra langsung gugup, bagaimana tidurnya tadi? Apakah dia baik dan dan tidak membuat Kyuhyun terkikik geli melihatnya?

Lalu dilihatnya Kyuhyun di sana bangkit, berjalan ke arahnya dengan begitu elegan dan mempesona, dengan paras indah bagaikan titisan dewa Yunani. Kyuhyun berhenti di samping ranjangnya, dengan posisi berdiri dia mencondongkan tubuhnya, meraih dagunya untuk kemudian melumat bibirnya dengan tautan panas dan membakar, membuatnya harus mendongak penuh menerima perlakuan Kyuhyun.

Ciuman ini masih tersirat akan gairah, begitu membakar seolah Kyuhyun akan kembali mengulangi kegiatan semalam. Hyun-Ra mengernyit, berharap Kyuhyun tidak akan melakukannya lagi.

Kyuhyun lalu melepaskan ciumannya, masih tetap di posisinya menatap manik mata Hyun-Ra dengan kobaran api di matanya, antara hasrat dan benci menyatu di dalam sana.

“Perlu kumandikan, atau kau ingin mandi sendiri?”

Hyun-Ra mengerjap-ngerjap dengan pertanyaan yang dilontarkan Kyuhyun, merasakan hangat nafas pria itu di wajahnya dan Hyun-Ra menggeleng dengan gugup. “A—aku akan ma—mandi sendiri.”

Kyuhyun menyeringai miring dan menjauhkan wajahnya, menegakkan tubuhnya masih dengan pancaran mata yang menyalang penuh kemisteriusan. “Aku menunggumu dan kita akan pergi untuk sarapan.” Kyuhyun kembali mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibir Hyun-Ra, hanya sekilas dan dia kemudian melenggang pergi keluar dari kamar.

Untuk sesaat Hyun-Ra termangu menatap pintu yang sudah tertutup itu. Kyuhyun terlihat berbeda, sedikit lebih liar dan entah benar atau tidak sepertinya kekasihnya itu menyimpan sesuatu, yang dia sendiri tidak tahu tentang apa. Kyuhyun tampak lebih dingin dan misterius. Ah, ataukah itu hanya perasaannya saja karena terlalu takut Kyuhyun akan meninggalkannya setelah berhasil menidurinya?

Dengan tertatih Hyun-Ra melangkah ke kamar mandi, membasuh tubuhnya menyegarkan diri, mencoba mengabaikan sedikit rasa penyesalan yang hinggap di hatinya. Dia tahu apa yang sudah dia lakukan adalah salah, tahu bahwa apa yang terjadi semalam seharusnya terjabarkan dengan kata ‘dia tidur dengan suaminya’ bukan ‘dia tidur dengan pacarnya’. Sekarang penyesalan pun tak ada gunanya, kesuciannya memang sudah dia berikan kepada Kyuhyun, tanpa paksaan, dan Hyun-Ra cukup bersyukur bahwa Kyuhyun yang mendapatkannya, pria yang begitu dicintainya. Bukankah semalam dia sudah bertekad, dia bersedia melakukan apapun untuk Kyuhyun agar kekasihnya itu tidak bersedih dan bisa terhibur? Sekarang yang dia harapkan hanyalah, Kyuhyun untuk selalu bersamanya dan tidak akan pernah meninggalkannya, maka dia akan tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan apapun, tidak akan merasa kehilangan apapun.

***

Hampir saja Hyun-Ra terlambat. Setelah Kyuhyun mengantarnya tadi, dengan langkah terburu- buru dia menaiki lift menuju ruangan bosnya. Pagi ini dia harus menyerahkan data yang baru diselesaikannya untuk bosnya teliti. Dan beruntung dia bisa menyelesaikan pekerjaannya itu di kemarin hari mengingat semalam dia tidak mempunyai waktu mengerjakan tugas kantornya karena disibukkan sesuatu. Hyun-Ra menggigit bibirnya mengingat kembali kejadian itu, sebuah kesalahan.

Dengan mengenyahkan pikirannya Hyun-Ra lalu keluar dari lift, berjalan tergesa melewati lorong di sana namun kemudian terhenti ketika melihat Changmin keluar dari ruangannya. Pria itu berbalik dan langsung terpaku melihat dirinya, menatapnya menilai seolah memastikan sesuatu dari dirinya, membuatnya seketika menjadi canggung. Hyun-Ra menunduk perlahan mengamati penampilannya, mencari sesuatu yang mungkin saja terlihat aneh di pandangan bosnya tapi rasanya tidak ada. Penampilannya tetap seperti biasa, sopan dan tertutup.

Hyun-Ra mengernyit. Lalu, kenapa Changmin menatapnya seperti itu?

“M—maaf presdir, saya terlambat 5 menit.” Hyun-Ra akhirnya bersuara. Selain karena tidak nyaman dengan suasana itu, dia ingin mengalihkan perhatian Changmin dari tatapan intens terhadap dirinya.

Changmin di sana mengerjap dan tersadar, merutuki kebodohannya dalam hati lalu sedikit berdehem membersihkan tenggorokannya. “Kenapa terlambat hari ini?”

Ada apa denganmu dan Kyuhyun semalam? Apakah kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu terlihat pucat? Pertanyaan-pertanyaan itu yang bermunculan di benak Changmin, tetapi pria itu menahannya.

Hyun-Ra mendongakkan kepalanya lalu membungkuk meminta maaf. “Maafkan saya presdir, di perjalanan tadi terhambat oleh sebuah kecelakaan sehingga Kyuhyun harus berbalik arah dan mencari jalan lain. Maafkan saya.”

Changmin sedikit tertegun dan mendengus tak kentara. Entah kenapa kali ini hatinya seperti dipukul hanya dengan Hyun-Ra menyebutkan nama Kyuhyun. Bukankah dirinya sudah menerima kedekatan hubungan mereka dan mengatakan kepada Kyuhyun kalau dirinya merelakannya? Tapi kenapa saat ini dia mulai merasa tidak rela? Ada sebagian dalam dirinya yang ingin nekat mengambil Hyun-Ra dan memisahkannya dari Kyuhyun, menjadikan Hyun-Ra hanya milik eksklusifnya dan membawanya kabur ke tempat jauh sehingga Kyuhyun tidak bisa menjangkaunya.

Namun kemudian Changmin menggeleng keras dalam hati. Tidak Changmin, Kyuhyun itu sahabatmu, kau akan terlihat seperti musuh dalam selimut jika melakukan hal kejam seperti itu.

Changmin mencoba menguasai diri dan mengangguk menatap Hyun-Ra. “Kuharap hubungan asmaramu benar-benar tidak akan mengganggu waktu bekerjamu.” Pandangan Changmin tersirat peringatan yang serius. “Dan letakkan berkas yang kuperlukan hari ini di meja kerjaku.”

Hyun-Ra mengangguk cepat-cepat dan sekali lagi membungkuk meminta maaf. “Baik, presdir.”

Lalu Changmin berjalan melewati Hyun-Ra, meneruskan langkahnya yang tertunda tadi, tapi kemudian berhenti lagi di beberapa langkah dan berbalik ke arah Hyun-Ra.

“Ngomong-ngomong aku belum mengatakannya pagi ini padamu.”

Hyun-Ra pun ikut berbalik mendengar Changmin bersuara lagi, menunggu bosnya itu melanjutkan kata-katanya.

Dan Changmin tampak meneguk ludahnya susah payah, tatapannya terkunci di wajah Hyun-Ra dan mengiba, mendamba dengan begitu dalam. Tak bisakah kau melihatku di sini yang sungguh menginginkanmu? Tak bisakah kau pergi dari Kyuhyun dan datang padaku? Kau mengambil semua hatiku tanpa sisa, Hyun-Ra, tanpa sisa…

“Terima kasih sudah hadir dipestaku, aku senang, dan kau terlihat begitu cantik malam itu.” Changmin mengukir senyum kecilnya lalu kembali berjalan, meninggalkan Hyun-Ra yang kini tersenyum tersipu malu.

Bosnya memujinya, dan dia merasa senang sekaligus malu.

***

Kyuhyun memasuki kantornya dan menghempaskan tubuh lelahnya di atas sofa ruangannya, mengabaikan tatapan menyelidik Seunghyun yang tengah merapikan beberapa map di atas mejanya.

Mata Seunghyun menyipit semakin menyelidik, mengamati Kyuhyun yang kini memejamkan matanya tampak kelelahan. Dia lalu mendekat dan duduk di sofa lain dekat Kyuhyun.

“Kenapa denganmu? Kau sakit? Kemana saja semalam kau tidak pulang?”

Mendengar pertanyaan mengintrogasi Seunghyun, Kyuhyun membuka matanya sejenak, melirik Seunghyun sekilas dan kemudian memejamkan matanya lagi. “Tidak perlu menatapku seperti itu, hyung, dan semalam aku menginap di tempat Hyun-Ra.”

“Menginap??” Kening Seunghyun mengerut dalam dan seketika dia di hinggapi perasaan was-was. “Jangan bilang kalau kau sudah meniduri gadis itu.”

“Memang itu yang aku lakukan.” Kali ini Kyuhyun menjawab tanpa membuka matanya. Masih teringat jelas di benaknya ketika semalam meledakkan dirinya di dalam tubuh Hyun-Ra, begitu dahsyat, dan nikmatnya tidak pernah Kyuhyun bayangkan sebelumnya. Dia memang tidak punya perbandingan karena Hyun-Ra adalah gadis pertama yang ditidurinya. Tapi kenikmatan tubuh Hyun-Ra jujur saja seperti heroin baginya, sungguh memabukkan dan membuat candu, meski semua yang dilakukannya hanya berdasarkan dendam.

Seunghyun tercenung di tempatnya. Lama tidak mengatakan apa-apa. Nuraninya menentang semua rencana dendam Kyuhyun kepada lelaki itu melalui Hyun-Ra, namun dia selalu merasa tidak tega ketika sudah melihat raut lelah dan putus asa Kyuhyun. Dia tahu bagaimana kesakitan kyuhyun karena selama ini dialah yang membantu Kyuhyun merawat Ahra.

“Kyu, apakah setelah itu kau akan meninggalkannya? Kau sudah berhasil mencapai separuh rencanamu, apa kau akan langsung mencampakkannya?”

Mata Kyuhyun terbuka dan menatap Seunghyun. “Belum, hyung. Aku harus memastikan dulu dia hamil atau tidak.”

“Dan kalau tidak?”

Kyuhyun tersenyum iblis, mengarahkan tatapan nyalangnya ke arah depan. “Aku akan mengulanginya lagi, berkali-kali, sampai gadis itu hamil dan dendamku terbalaskan.”

Seunghyun menghela nafasnya dalam-dalam, merasa kasihan terhadap gadis itu. “Tak bisakah kau berhenti dan tidak melakukannya pada gadis itu? Ingatlah Kyu, gadis itu tidak bersalah, bukan dia yang seharusnya menanggung semua pembalasanmu. Kau mungkin akan menyesal setelah semua dendammu terwujud, dan aku tidak mau melihatmu berada pada keadaan seperti itu.”

“Tidak akan, hyung.” Kyuhyun menjawab cepat. “Gadis itu satu-satunya umpanku untuk menyeret lelaki biadap itu ke dalam lembah kehancuran. Aku tidak akan menyesal, dan sekalipun menyesal aku akan lebih tenang dan puas sudah membalaskan semua dendam Ahra noona.”

“Pikirkanlah lebih dulu, Kyu.” Seunghyun masih tak menyerah. “Pikir ulang semuanya, meskipun sedikit terlambat tapi akan jauh lebih baik kalau kau menghentikannya sekarang.”

Mata kyuhyun menyorot tajam, aura gelapnya mulai terlihat dan dia menggertakkan giginya menatap Seunghyun. “Jangan kembali coba-coba mengacaukan pikiranku, hyung. Atas dasar apa aku harus menghentikannya?”

“Ahra,” jawab Seunghyun tegas. “Aku tahu Ahra tidak akan menginginkan kau seperti ini, tidak menginginkan kau menjadi laki-laki kejam pendendam. Aku tahu itu.”

Kyuhyun tersenyum sinis. “Jangan mengada-ngada, jangan sok tahu. Hyung tidak cukup mengerti dengan apa yang sudah terjadi pada keluargaku, pada eomma, pada appa dan noonaku. Semua hancur, karena lelaki biadap itu.”

“Ya.” Seunghyun mengangguk. “Aku memang tidak cukup tahu, dan aku hanya menilai semua dari sudut pandangku.”

Ya, Seunghyun memang tidak tahu apa-apa, dia hanya merasa semua yang dilakukan Kyuhyun adalah salah. Tapi semenjak beberapa waktu lalu, ketika dirinya secara tidak sengaja mendengar Ahra menangis dalam tidurnya dan mengingau ‘tolong jangan pisahkan kami’, Seunghyun mulai mengartikan sesuatu yang lain, kesimpulan berbeda dan pastinya bertolak belakang dari yang Kyuhyun sendiri ceitakan. Namun Seunghyun tak cukup mempunyai pengetahuan kuat tentang semua itu untuk dia jadikan senjata menyadarkan Kyuhyun, dan dia rasa dia memang harus mencari tahu sesuatu.

Kyuhyun di sana mendengus dan melonggarkan cekikan dasinya. “Kalau begitu berhentilah menentang semua yang aku lakukan, hyung. Percuma, aku tidak akan berhenti sebelum gadis itu benar-benar menderita.”

Seunghyun kembali mengangguk dan kali ini diiringi desahan menyerah. Kyuhyun terlalu keras kepala, terlalu dibutakan oleh amarah dan dendamnya. Dan sekeras apapun dia mencoba mengingat Kyuhyun, sebelum ada fakta lain yang membantunya Kyuhyun tidak akan mungkin mendengarkan kata-katanya. Dia akan mencari tahu, sebelum kehancuran itu datang dia harus menghentikan Kyuhyun. Karena instingnya mengatakan bahwa Kyuhyun telah salah jalan, salah arah, dan apa yang dilewatinya hanya akan mengantarkannya pada sebuah penyesalan.

Dan Seunghyun tidak ingin Kyuhyun mengalami itu nantinya.

“Bagaimana dengan Ahra noona saat semalam aku tidak ada, hyung? Tadi aku tidak sempat pulang ke rumah karena harus mengantar Hyun-Ra ke tempat kerjanya.” Kyuhyun bertanya dengan raut wajah khawatir.

“Dia baik, cukup tenang dan tidak merepotkan para pelayan.”

“Apa dia mencariku?”

“Awalnya iya, tapi kemudian terlupakan setelah aku mulai merecokinya dengan cerita-cerita lucu masa kecilku.”

Kyuhyun seketika tersenyum mendengar itu, berterima kasih pada Seunghyun dan bernafas lega. “Aku beruntung masih memilikimu, hyung, kau selalu membantuku. Terima kasih untuk semuanya.”

Seunghyun ikut tersenyum dan memberikan tatapan menenangkan. “Ya. Aku hanya merasa berkewajiban untuk selalu membantu di setiap kesulitanmu.”

Dan juga untuk selalu mengingatkanmu mana jalan yang benar dan mana yang salah. Meski dalam hal ini aku tidak berhasil, tapi nanti kau akan menyadari kebaikan kata-kataku. Dan sampai saat itu tiba, semoga semuanya masih bisa terselamatkan.

***

Malam itu Kyuhyun bermimpi. Mimpi yang aneh dan mengerikan. Dia bermimpi berada di tepian jurang neraka yang menganga lebar, sedang memegang kuat tangan Ahra yang akan terjatuh ke dasar neraka. Angin berhembus kencang, sangat kencang hingga seperti akan menerbangkan semuanya. Kyuhyun terus menggenggam tangan Ahra, berusaha sekuat tenaga untuk menariknya ke atas tepian sampai kemudian sebuah jeritan terdengar di belakangnya. Dengan panik dia menoleh ke belakang, melihat Hyun-Ra di sana menjerit meminta tolong dari angin yang menghantamnya, mengombang-ambingnya. Tubuh Hyun-Ra tumbang, terseret angin hingga ke arah Kyuhyun lalu dengan ringan terbawa ke bibir neraka. Dengan cepat Kyuhyun menangkap tangan Hyun-Ra, menahannya agar tidak terjatuh dengan sebelah tangannya lagi, membuatnya mengerang keras menarik kuat kedua beban di tangannya.

“Lepaskan dia Kyuhyun, atau kau tidak akan kuat menahan dan akan ikut terjatuh.” Terdengar teriakan Ahra di sana, dengan keras, dengan derai air mata di wajahnya karena ketakutan. “Lepaskan dia dan tariklah aku. Cepat Kyuhyun!”

Tubuh Kyuhyun tegang dan dia menelan ludahnya tercekat, memandang ke arah Hyun-Ra yang juga penuh air mata dengan tatapan memohon. Gadis itu tidak berkata apa-apa tapi pancaran matanya terasa meminta pertolongan. Lalu Kyuhyun beralih kepada Ahra lagi, berucap dengan suara bergetar. “Aku tidak bisa melepaskannya, noona, aku mencintainya… ”

“Jadi kau lebih memilih menyelamatkannya dari pada aku?” Teriakan Ahra terhalau oleh hembusan kencang angin namun Kyuhyun masih bisa mendengarnya.

“Aku tidak memilih, noona, aku tidak akan memilih. Aku akan menyelamatkan kalian berdua.”

“Kau tidak akan bisa, Kyuhyun, kau akan ikut terlempar.”

“Aku akan berusaha, aku akan menyelamatkan kalian.” Tapi setelah selesai mengucapkan itu sebelah tangan Kyuhyun yang sedang memegang tangan Ahra tiba-tiba jadi kram, seakan melumpuhkan urat-urat tenaganya dan dia tidak kuat menahan. Pegangannya terlepas, mengakibatkan tubuh Ahra terlempar ke bawah.

Kyuhyun tersentak keras, mendengar teriakan Ahra yang semakin terjun ke bawah.

“Kau ternyata melepaskanku, Kyuhyun, kau membiarkanku demi menyelamatkannya!!”

“Noonaaa!!”

“Kau adikku dan kau pengkhianat!!”

“Noonaaa!!” Kyuhyun terus memanggil-manggil Ahra, tapi yang dia lihat setelahnya adalah tubuh Ahra yang terhempas ke dasar lalu tertelan oleh lautan api di sana, lebur, tanpa jejak.

“Tidaakk!!” Dengan panik Kyuhyun tergeragap, terenggut paksa dari mimpinya yang lelap. Tubuhnya berkeringat dan nafasnya tersengal. Dia kemudian memejamkan matanya penuh kelegaan luar biasa ketika menyadari bahwa semua itu hanyalah mimpi. Mimpi yang aneh sekaligus begitu menakutkan.

Kyuhyun mendesah keras, berusaha menstabilkan deru nafasnya. Pikirannya langsung tertuju pada kepedihan Ahra yang selama ini di saksikannya, kepada Ahra yang tersakiti dengan begitu kejamnya, lalu menjalar pada kejadian malam itu, pada malam percintaannya dengan Hyun-Ra, pada tetesan air mata gadis itu saat dirinya mengambil kesuciannya, dan kemudian kembali lagi pada penderitaan Ahra.

Tapi… kenapa di mimpi itu dia mengatakan mencintai Hyun-Ra? Itu tidak mungkin ‘kan? Dia tidak mungkin terjerumus pada dendamnya sendiri ‘kan?

Kyuhyun kacau, meremas rambutnya frustasi, dan pada akhirnya amarah dalam dirinya kembali mendominasinya, dendam dihatinya lebih menguasainya. Bagaimanapun dendam itu harus terlampiaskan, dendam itu harus terbalas. Tujuan hidupnya hanyalah untuk menghancurkan lelaki itu dan keluarganya. Dan dia akan terus memburu untuk menuntaskan amarah yang selalu membelitnya, terus, tanpa henti, sampai kemenangan itu dicapainya.

Hyun-Ra harus menderita.

Tetapi… Kenapa perasaan sesak yang asing tanpa permisi menekan perasaannya? Membuatnya semakin sakit dan tidak mampu menahan rasa.

***

Hyun-Ra termenung separuh malam, memikirkan hal yang sudah dia lakukan dengan Kyuhyun, hal yang menurutnya begitu tabu. Melakukan kesalahan yang sangat fatal. Dia tahu bahwa seluruh hatinya memuja Kyuhyun dan begitu mencintainya, setiap senti tubuhnya pun membenarkannya. Tapi dia tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Sebagai gadis baik-baik dia memimpikan hanya kepada suami masa depannyalah kehormatannya akan dia serahkan. Kyuhyun memang dicintainya, tapi Kyuhyun belum menjadi suaminya. Bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu yang buruk dan Kyuhyun lari darinya?

Hyun-Ra menggeleng.

Jangan khawatir Hyun-Ra, benaknya menjawab, Kyuhyun adalah pria baik dan dia tidak akan berbuat macam-macam untuk menyakitimu. Bukankah dia tetap menunjukkan kasih sayangnya padamu meski dia sudah mendapatkan harta berhargamu?

Tanpa sadar Hyun-Ra mengangguk sendiri, mulai meyakini dengan kata-kata di benaknya.

Tiba-tiba getaran ponsel di atas meja samping ranjangnya membuyarkan menungannya. Hyun-Ra meraih ponselnya, melihat layar yang menyala itu dan keningnya mengernyit.

Presdir Shim?

Hyun-Ra melirik jam dindingnya yang menampangkan jam 1 dini hari sebelum akhirnya menjawab panggilan itu.

“Presdir?” Hyun-Ra langsung berkata dan lupa untuk mengucapkan salam lebih dulu, terlalu bingung dengan bosnya yang menelponnya di jam segini.

“Aku tidak tahu lagi harus membagi cerita ini dengan siapa. Tapi aku butuh teman bicara untuk mencurahkan semua perasaanku.” Perkataan Changmin pun terdengar tidak perlu berbasa-basi, terdengar getir, seolah memendam sesuatu yang dalam.

Kening Hyun-Ra semakin mengernyit dalam dan tiba-tiba merasa ingin tahu.

“Ada apa presdir? Saya bersedia mendengarkan cerita anda.”

“Apa aku mengganggu tidurmu?”

Hyun-Ra tersenyum meski Changmin tidak melihatnya. “Tidak, kebetulan saya memang belum tidur.”

“Kenapa? Apa kau tidak bisa tidur? Kau terganggu suatu pikiran?”

“Tidak, hanya saja insomnia sedang kambuh.”

Hening sejenak, dan terdengar helaan panjang nafas Changmin di seberang sana dan Hyun-Ra berpikir, apa yang sebenarnya sedang mengganggu bosnya itu? Apa yang ingin diceritakannya?

“Hyun-Ra.. “ Changmin memulai lagi, sedikit ragu. “Sebenarnya aku sedang jatuh cinta pada… seorang perempuan. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya meski sebenarnya aku ingin melupakannya.”

Hyun-Ra ternganga. Jatuh cinta? Wow, Hyun-Ra jadi tertarik untuk tahu siapa perempuan yang sudah membuat seorang Changmin jatuh cinta. Tapi kalimat akhir Changmin membuatnya lagi-lagi mengernyitkan keningnya.

“Jika anda memang mencintai perempuan itu kenapa anda ingin melupakannya? Bukankah seharusnya anda mendatanginya dan mengungkapkan perasaan anda?”

“Ya, aku tahu.” Changmin kembali mendesah. “Tapi perempuan itu sudah mempunyai kekasih dan dia mencintai kekasihnya.”

Kali ini Hyun-Ra tertegun mendengar penuturan Changmin. Pria luar biasa seperti Changmin mencintai perempuan yang sudah dimiliki pria lain dan harus terluka? Hyun-Ra cukup terkejut dengan itu. Changmin itu tampan, baik, dan bukankah akan banyak perempuan indah lainnya yang berlomba ingin menjadi kekasihnya?

“Aku tidak bisa mencintai perempuan lain, mungkin memang banyak yang lebih cantik, tapi aku hanya ingin dia.” Perkataan Changmin seakan menjawab pertanyaan di benak Hyun-Ra.

Dan sekali lagi Hyun-Ra tertegun, dalam beberapa detik tidak menemukan kata-kata untuk diucapkan.

“Menurutmu aku harus bagaimana? Aku tidak bisa melupakannya, aku menginginkannya hingga aku nyaris gila. Tapi aku sadar aku tidak mungkin merebut paksa dia dari kekasihnya. Aku bingung, Hyun-Ra… “

Hyun-Ra benar-benar bungkam, tercengang, sama sekali tidak tahu harus menjawab apa. Dia bisa saja menyarankan Changmin merebut perempuan itu dan membuatnya mencintai Changmin. Toh, dia rasa tidak akan sulit mencintai pria baik seperti Changmin dengan semua keistimewaannya. Tapi bagaimana dengan kekasih perempuan itu? Itu sama saja melukai orang yang tidak bersalah.

“Hyun-Ra, kau mendengarku?” Changmin bertanya lagi ketika Hyun-Ra hanya diam saja di sana.

Hyun-Ra sedikit terkesiap lalu mengerjap-ngerjap. “Ah, iya presdir, saya mendengar anda. Saya hanya bingung harus berpendapat seperti apa.”

Sekarang giliran Changmin yang terdiam, menghela nafas beberapa kali, membuat Hyun-Ra mengerti dengan keputus-asaan bosnya itu.

“Hyun-Ra, apa boleh aku merebutnya?” Suara Changmin menyiratkan kekacauan. “Aku bahkan rela melepaskan semua kemewahanku asalkan aku bisa memilikinya.”

“Hati-hati presdir.” Hyun-Ra menjawab cepat, mengingatkan. “Ini masalah hati, dan anda tidak bisa asal memutuskan sesuatu. Ingat presdir, perempuan itu mencintai kekasihnya. Bagaimana jadinya jika anda merebutnya paksa? Cara apa yang akan anda lakukan? Meskipun nanti anda berhasil memilikinya, tapi apakah dia bisa menerima anda dengan hati terbuka? Mengarahkan cinta pada lain hati itu tidaklah mudah.”

Changmin memejamkan matanya pedih, hatinya sesak dengan jawaban Hyun-Ra. Apakah itu yang akan terjadi jika dia nekat merebut Hyun-Ra dari Kyuhyun? Dia memang tidak bisa memutuskan sesuatu dengan sebuah kenekatan, apalagi Kyuhyun itu adalah sahabatnya, sahabat terbaiknya. Dia akan terlihat seperti musuh dari dalam dan pengkhianat rendahan.

“Saya memang tidak mengerti dengan perasaan anda jadi saya tidak akan bisa tahu. Dan saya juga hanya bisa memberikan saran itu, mengingatkan anda untuk berhati-hati. Maaf kalau memang saran saya tidak bisa anda terima dan menyinggung anda.”

“Tidak, Hyun-Ra, tidak.. “ Changmin menyela, merasa tidak enak diri. “Seharusnya aku yang meminta maaf sudah mengganggumu tengah malam seperti ini. Aku akan memikirkan semua perkataanmu, dan kuharap aku bisa melupakannya… Jika memang itu yang harus aku lakukan.”

Hyun-Ra menganggukkan kepalanya dan tersenyum, tapi kemudian sadar kalau Changmin tidak bisa melihatnya. “Jika memang ada harapan, saya akan berdoa semoga anda bisa meraih cinta anda, tanpa paksaan, tanpa harus ada hati yang terluka.”

“Terima kasih.” Desahan Changmin terdengar sedikit lega, berharap besar akan doa Hyun-Ra. “Aku merasa tenang sudah mencurahkan semua ini padamu.”

 

“Ya, presdir, sama-sama. Saya senang bisa menjadi tempat curahan dan pendengar anda.”

“Selamat beristirahat, sampai jumpa besok pagi.”

 

“Ya, sampai jumpa besok pagi.”

Dan sambungan itu terputus, menyisakan Hyun-Ra yang masih tercengang di tempatnya.

Ya, semoga Changmin yang baik bisa mendapatkan cintanya, doanya terpanjat dengan tulus.

 

 

 

To Be Continued…

53 thoughts on “Revenge And Love – Part 6

  1. Eottokhae eottokhae eottokhaee…. 😨😨😨😨😱😱😱😱😱😱😱😱😱
    Saiaa sudh gak bisa berkata2 lagiiii…. pen baca selanjutnya aja….

  2. kyu kejebak sama balas dendamnya sendiri😏 awas kyu tar lu nyesel loh..
    duuuh changmin, kesian amat lu, hyunra kga tau ntu perasaan changmin untuk dia😢

Tinggalkan komentar